|TBL:Chapter 8|

9.6K 1.4K 98
                                    

Sesuai janji ya di snapgram (zeeyazeee) double update ya~

btw kalau ada dari kalian yang follow ig ku dan minta di follback, komen di postingan terbaru ig ku ya~


Karena tidak mungkin bagi Keola untuk mengundurkan diri dari pekerjaan yang sangat ia butuhkan ini. Keola memutuskan untuk menciptakan jarak antara dirinya dan Arvin. Kurang lebih, itu sudah berlangsung selama satu minggu, sejak hari ketika Keola menyadari ia memiliki perasaan khusus terhadap Arvin. Dan sepertinya cara ini cukup ampuh, karena secara perlahan Keola mulai bisa mengubur perasaannya. Meskipun tentu saja, dengan tinggal di satu atap yang sama, bertatap muka setiap hari, banyaknya mereka menghabiskan waktu bersama, menjadi rintangan terbesar bagi Keola untuk melenyapkan perasaan berbahaya itu.

Tampaknya hari ini bukan hari keberuntungan Keola. Pagi ini saat ia keluar kamar, ia menemukan Arvin berada di ruang tengah, menonton TV dengan santai tanpa Vania di sampingnya.

"Vania tadi dijemput sama sopir Ibu saya," kata Arvin. "Mau diajak jalan-jalan ke puncak. Katanya, sih...minggu depan pulang."

Seandainya Keola punya penyakit jantung, bisa dipastikan ia akan segera pingsan di waktu yang sama saat Arvin memberitahukan soal liburan Vania selama seminggu di puncak bersama Ibu nya Arvin.

Berarti selama seminggu ke depan...gue cuma berdua sama Arvin di sini?!

"Kamu nggak usah nyiapin sarapan buat saya, ya. Tadi saya udah bikin sereal. Kamu bikin aja buat kamu sendiri. Oh, iya...hari ini saya cuma setengah hari di rumah sakit. Nanti sepulang saya dari rumah sakit, saya jemput kamu di lobby ya. Kita belanja keperluan rumah-udah mau habis semua kayaknya."

Keola ingat. Ia belum melaporkan apa-apa saja keperluan rumah yang hampir habis terutama bahan makanan di kulkas. Padahal ia sudah merinci hal-hal itu sejak lama.

"Oh, iya, Vin...saya udah nyatet apa aja yang udah mau habis, kok. Udah dari lama, sih...tapi saya lupa."

"Lagi banyak pikiran?" timpal Arvin. "Kalau kamu butuh libur, bilang aja. Nanti saya kasih libur."

Keola baru saja berpikiran untuk meminta hari libur selama Vania berada di puncak, saat Arvin buru-buru menambahkan...

"Tapi tunggu Vania pulang dulu, ya."

***

Sesuai dengan obrolan mereka tadi pagi. Arvin menjemput Keola, segera setelah ia menyelesaikan pekerjaannya di rumah sakit.

Begitu memasuki mobil, Arvin mengamati penampilan Keola lekat-lekat. Sontak saja Keola jadi salah tingkah. Gadis itu pun memprotes, "Kenapa? Kok gitu banget lihatinnya?"

"Nggak...khawatir aja nanti kamu nggak nyaman pake baju begitu pas belanja," jawab Arvin, lugas, sambil melajukan mobilnya menuju pintu keluar area apartemen.

Keola memandangi penampilannya sendiri. Celana pendek cowok army selutut, kaos hitam belel kebesaran, dan sandal jepit swallow warna biru yang sudah agak pudar warnanya. "Memangnya kenapa? Daripada nanti becek, kan?"

"Becek?" Arvin heran. "Memangnya kamu pikir kita mau kemana?"

"Ke pasar, kan?"

Arvin tertawa sambil menggelengkan kepala. "Pasar terlalu jauh. Lagian mau belanja apa di pasar kalau udah siang gini? Kita ke supermarket, ke mall. Yang habis kan nggak cuma bahan makanan, La."

Tamed By LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang