Hari Valentine (Adeeva)

1.8K 194 5
                                    

[Adeeva]

"Kembali lagi bersama kami di Radio WeLuv SMA Garuda Jaya!"

"Wah! Nama radio kita kayaknya cocok banget, ya, sama hari yang penuh cinta ini. So, kami dari tim WeLuv mau ucapin Happy Valentine buat kita semua!!"

"Eh, Regina. Kayaknya lebih cocok kalo kita ucapin dalam bahasa Indonesia, deh. Lebih romantis. Ulang, ulang."

"Eh, iya juga, Za. Oke, kami dari tim WeLuv mau ucapin Selamat Hari Kasih Sayang! Hari ini jangan marah-marah, ya, guys. Lewati Hari Kasih Sayang ini dengan senyuman dan berbuat baik kepada sesama."

"UNO!" teriak gue heboh setelah gue meletakkan satu dari dua kartu ke tumpukan kartu di tengah-tengah kami.

Gue, Sovi, Vita, Rangga, David, dan Aron berkumpul di belakang kelas--duduk di lantai--buat main UNO yang dibawa Rangga.

Sekarang, kartu yang tersisa di tangan gue adalah kartu hitam, di tengah-tengahnya ada empat warna, dan di sudutnya tertulis '+4'. Yes! Gue udah bisa dipastikan bakal menang! HAHA!

Untung bukan Aron di samping gue, tapi Rangga, jadi gue nggak segan-segan buat turunin kartu +4 ini.

"Nah, kalian semua pasti tau permainan truth or dare, 'kan?"

"Tau, kok." Rangga menyahut, menjawab pertanyaan Regina dari speaker.

Sekarang giliran gue lagi! "Plus empat!" teriak gue. Setelah menurunkan kartu itu, gue refleks berdiri dan melompat kegirangan kayak baru aja menang lotre.

"Ah, si Eva mah menang mulu. Nggak kasian sama kita apa?" gerutu David.

"Rangga! Tambah empat kartu!" Tanpa sadar gue bergaya kocak sambil nunjuk Rangga.

Ya ampun! Gue mempermalukan diri sendiri di depan doi!

Gue melihat reaksi Aron yang diam-diam ngetawain gue sambil menunduk. Sadar tingkah gue berlebihan, gue langsung berdeham dan pura-pura cool.

"Nah, kita pengen kasih dare buat kalian, nih."

"Dare-nya wajib, nggak, Gina?"

"Wajib! Wajib buat semua murid. Kalo nggak, nggak bakal ada tambahan nilai!"

"Jadi, apa nih dare-nya?"

"Dare-nya adalah ... foto bareng semua teman-teman kalian! Fotonya harus satu-satu, ya. Nggak boleh sekaligus."

"Hmm ... Jadi harus foto berdua gitu, ya?"

"Yap! Bener, Za. Kalo udah, bisa langsung masukin flashdisk terus dikasih ke panitia. Ini buat perayaan valentine doang, kok, guys. Atau mungkin, buat kalian yang lagi ngejar gebetan yang sekelas, berguna banget, 'kan, ya. Apalagi yang diem-diem suka! Ciee!!!"

"Dare-nya boleh juga," kata Sovi sambil mengerling ke arah David.

Astaga. Ini, sih, bukan dare buat yang udah punya pasangan. Nggak perlu kasih tantangan juga, mereka bebas mau foto kapan aja.

Rangga nurunin satu kartunya. "Wow! Kesempatan, nih." Gue melihat Rangga menggoda Aron. Gue nggak tau apa maksudnya. Kesempatan buat Aron?

"UNO!"

Teriakan Vita membuat kami pada ketawain Rangga--karena sisa kartu di tangannya cuma satu dan dia sama sekali lupa untuk meneriakkan 'UNO'. Alhasil, Rangga mendecak kesal kemudian ngambil dua kartu di tumpukan kartu tertutup.

"Makanya fokus," sindir Vita.

💘

Sejauh ini, gue udah foto sama sepuluh teman kelas gue, termasuk Sovi.

"Makasih, ya, Va," kata Lia setelah baru aja foto bareng gue. Gue ngangguk sambil mengacungkan jempol, kemudian berlalu.

Hp di tangan gue sibuk gue bolak-balikin. Bingung aja, hp-nya mau diapain, kalo toh teman-teman gue yang minta foto bareng dan make hp mereka sendiri.

Gue mengedarkan pandangan ke seisi kelas yang lagi rame banget. Sovi lagi heboh keliling kelas buat minta foto bareng, jadi gue nggak bisa ngapa-ngapain. Sovi, tuh, kalo udah asik sendiri, pasti lupa sama gue. Untung gue sabar.

"Va, foto bareng, yuk."

Gue menoleh ke sumber suara sampe gue syok. Itu Aron yang ngajak gue foto!

Tapi karena syok-nya nggak boleh kelamaan, maka gue langsung menjawab, "E-eh, iya, boleh."

Aron berdiri di dekat gue sampe bahunya nempel ke bahu gue. Dia ngangkat hp-nya, mengatur posisi yang pas.

Gue tersenyum lebar sampe gigi gue keliatan. Bisa gue lihat sendiri, ekspresi gue di layar hp Aron sekarang bener-bener ekspresi terbahagia gue saat bersama Aron. Catat, itu bukan fake. Sama sekali bukan. Senyuman gue asli, nggak dibuat-buat.

Tidak lama kemudian, Aron ikut tersenyum, lalu mengambil gambar tersebut dengan satu kali klik.

Itu ... foto pertama gue bareng Aron ... berdua.

"Ron, boleh kirim ke gue fotonya?"

💘

Too Shy And Too Late [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang