Foto (Aron)

1.6K 176 9
                                    

Gue sama Rangga dan David lagi kumpul di rumah gue. Biasa, kalo malming kayak sekarang mereka suka ngumpul-ngumpul di rumah gue. Untuk David, ini kali pertama, sih, dia ke rumah gue malam minggu--biasanya dia pergi nge-date bareng Sovi. Gue juga nggak tau kenapa.

"Vid, lo nggak bareng Sovi?" tanya Rangga, mengalihkan pandangannya dari TV ke David.

"Nggak. Katanya hari ini dia mau jalan bareng Eva. Jadi yaudah," jawab David sekenanya tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

Rangga tertawa geli. "Gue pikir udah bosen jalan sama dia," candanya.

David ngambil guling dan dilempar ke Rangga yang membelakanginya. Gue yang menyaksikan itu cuma ikut ketawa-ketawa doang.

"Kampret lu! Jangan bicara pake dengkul, ya, kalo soal gue sama Sovi. Gue cinta tulus sama dia," hardik David.

"Ampun, Bos!"

Setelah situasi kembali hening, David mendekati gue di atas tempat tidur. "Ron, pinjem hp, dong."

"Buat apa?" tanya gue.

"Hp gue lobet. Gue mau chat-an sama Sovi, nih. Kangen gue."

"Elah ... kangen, kangen. Jijik gue dengernya tau. Nggak bisa, ya, kalian itu nggak ngumbar-ngumbar kemesraan di depan umum?" semprot gue.

"Ini nggak di depan umum, kok. Cuma di depan lo berdua," bantah David. "Lagian, ya, elo nanti kalo udah jadian sama Eva juga pasti kenal sama istilah kangen, kok. Sekarang aja lo bisa jijik."

"Emang gue bakal jadian sama Eva?" Gue menaikkan sebelah alis.

"Emang lo nggak mau jadian sama dia?" balas Rangga yang entah sejak kapan sudah membelakangi TV dan menghadap gue dan David.

Gue masih diam ketika David menimpali, "Nggak bakal bisa selama lo masih malu-malu kayak gini sama dia."

Jujur aja, gue bosen dengar kata 'malu-malu' dari mereka buat gue.

Tapi nggak bisa gue pungkiri juga, gue emang begitu. Gue masih malu dan kaku kalo sama dia.

Hal ternekat yang gue lakuin sama Eva adalah foto bareng pas valentine kemarin lusa.

"Eh, gue nggak dipinjemin, nih, hp-nya?" David nagih pinjamannya.

"Eh, iya." Gue menyodorkan hp yang sebelumnya gue pegang ke David.

Setelah kasih hp gue ke David, nggak ada yang bisa gue lakuin selain ikut nonton Opera Van Java di TV yang juga lagi ditonton Rangga sekarang. Sesekali gue menguap. Heran juga, aksi-aksi lucu komedian yang berhasil membuat Rangga ketawa terpingkal-pingkal malah sama sekali tidak berefek untuk gue.

Gue ngantuk.

Sampe akhirnya gue mutusin buat memejamkan mata.

Dan gue ketiduran.

💘

"Sialan! David! Bangun lo woy!!!"

Gue memukul-mukul David yang tidur meluk guling di tempat tidur gue dengan guling lain tanpa ampun.

Ketika gue lihat dia sudah bergerak dan memutar badan ke arah gue, gue langsung berteriak, "Kenapa lo masukin foto gue sama Eva di Instagram?! Sialan bener, nih, anak!"

Gue bener-bener nggak bisa berkata-kata lagi sama tindakan nekat David yang mengorbankan diri gue sendiri. Gue baru aja ngecek hp dan notif dari Instagram deras banget, padahal gue nggak nge-post apa-apa semalam. Pas gue cek, gue langsung kaget bukan main ngeliat orang-orang nge-like foto gue sama Eva di hari valentine waktu itu. Bukan cuma like doang, tapi banjir komentar juga!

Dan gue tau pelakunya pasti David karena cuma dia yang minjem hp gue semalam.

"Woy! Apaan, sih?! Orang lagi tidur juga!!"

"Elo kenapa post foto gue sama Eva di Instagram, hah? Gimana kalo dia liat? Gue harus bilang apa coba?"

David terduduk dengan mata yang masih terbuka setengah. "Eh, Ron,"-dia nepuk bahu gue-"kalo lo mentingin rasa malu dan harga diri lo, kapan lo bisa maju? Sampe kapan lo mau diam terus di tempat? Mestinya lo bersyukur punya temen macam kita, ya, karena kita bantuin elo pedekate ama Eva," ujarnya.

"Ya iya, tapi kenapa harus di Instagram coba? Itu, 'kan, sama aja gue ngumbar kode di sosmed dan seluruh penjuru dunia bisa liat! Lo apa-apaan, sih?" Gue duduk di pinggir ranjang sambil mengacak rambut frustasi.

Gue sedang mikirin alasan apa yang harus gue kasih tau ke Eva kalau seandainya cewek itu bertanya--dan pasti dia bakal bertanya.

"Ah, jangan berlebihan, deh, Ron. Ambil positifnya aja kali." Rangga tau-tau menyahut.

"Setidaknya dari sini kita bisa liat reaksinya Eva gimana. Dari situ, kita bisa nebak gimana perasaan dia ke elo," kata David.

Gue menghela napas panjang. "Nebak juga belum tentu benar."

💘

Too Shy And Too Late [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang