Readers! Silakan nyalakan lagu Ballad kalian. Pokok-nya, yang menyedihkan alur lagu-nya.
Selamat membaca!
---
Semua menatap-nya. Menatap murid tengah mendapat pelukan dari wali kelas. Guru itu juga tak tahu bahwa respon yang di dapat sebesar ini.
Park Ji Hoon, pria itu mengamuk usai mendengar berita dari Shin Yoo Mi. Tangis-nya pecah, layak harimau yang marah sebab tergganggu. Tak lupa, kata 'kakak' terlantun dalam teriakan.
"KAKAK!!!"
Ia mengamuk sebagaimana jadi-nya. Yoo Mi, wanita itu segera memeluk, agar lebih tenang.
"Tenang-lah, jangan seperti itu. Tolong terima, Park Ji Hoon." Yoo Mi mengelus surai yang ia peluk, meski tak berbuah hasil maksimal.
"KAU BERBOHONG!! KAKAK KU TAK SEPERTI ITU!! JANGAN BOHONG,"
Sontak, Ji Hoon terbatuk lantaran terus berteriak. Ia juga memukul bahu Yoo Mi, karena tak terima akan semua.
Sedikit penjelasan, bahwa Park Ji Hoon, yakni pria paling pemalu di sekolah. Ia tak pernah berani bicara depan kelas, sampai rasa ingin sekali pun. Ia tak pernah berani menerima tawaran orang asing, sampai orang itu memaksa. Jika sudah dipaksa, ia akan menerima.
Kini, tak peduli akan kata 'malu', bagi-nya. Entah teriakan, atau-pun tatapan dari banyak orang, ia tak peduli. Yang penting, soal kakak-nya.
"Ayo, biar saya antar menuju kakak mu berada." Dengan cepat, Yoo Mi merangkul pria surai cokelat ke luar sekolah, menuju sang kakak.
Banyak yang memotret-nya dari segala arah, guna membuat berita. Itu-lah, alasan Yoo Mi merangkul-nya sambil memeluk dari samping, untuk menghindari pemotretan.
---
"Tuan Park Seong Woo, silakan."
Park Seong Woo, sedari tadi ia menatap ke belakang, menunggu sang adik. Namun, apa boleh buat, ia tak memberitahu sama sekali.
"Tuan Park Seong Woo? Anda mendengar saya?" Tanya-nya sekali lagi.
"A-aa, baik-lah."
Pria seragam warna biru -untuk wilayah Korea Selatan-, segera membentang sebelah tangan guna mempersilakan Seong Woo masuk dalam ruangan. Mendengar sesuatu, langkah terhenti seketika.
"KAKAK!!!"
Pas sekali, sang adik datang dalam waktu tepat. Alis Seong Woo mengerut, karena kedatangan-nya.
"Bagaimana kau..." Ucap-nya terpotong begitu melihat wanita berjalan pelan di belakang. Setahu-nya, ia pernah bertemu saat mengambil raport sang adik.
Park Ji Hoon, ia berlari kencang begitu bertemu sang kakak. Mereka menangis, begitu saling menatap. Secepat-nya, ia memeluk Seong Woo, kakak-nya sendiri.
Aneh. Anak itu tak merasa balasan dari sang kakak. "Apa yang kakak lalukan, huh? Tolong balas pelukan ku."
Seong Woo tersenyum, lalu melepas pelukan, "Kau tak lihat tangan kakak, huh? Tangan kakak dikunci borgol." ia terkekeh pelan.
"Kalau begitu, cepat minta lepas. Setelah itu, kita pulang. Ayo, jangan tinggal-kan aku sendiri." Pria itu menarik tangan Seung Woo, agar beranjak dari tempat yang menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby || Park Ji Hoon ✔️
Short Story[Completed] Usai kejadian mengenaskan, sebuah keputusan mengatakan agar sejoli ini mendekap sementara di rumah sakit jiwa. Siapa yang menyukai tempat menyeramkan itu? Sudah pasti tidak ada. Park Ji Hoon, ia kesepian. Hidup menderita setelah kehilang...