TOLONG, JANGAN BERCADAR!
Ya, aku tidak mau kau bercadar. Itu pemikiran awalku. Bagaimana tidak, kau bercadar dan tidak bercadar, selalu saja ada orang2 yang membenci hijrahmu. Mulai dari kau tak berhijab lalu memutuskan berhijab, sudah ramai orang mengolokmu. Kemudian kau belajar menghijrahkan hijab ketatmu menuju hijab lebarmu, mengenakan kaus kaki, handsock, mereka semakin menjadi2 mencercamu, sok ustazah, sok alim, ini itulah. Hingga akhirnya dengan kemantapan hati kau putuskan bercadar, memakai hijab serba hitam, yang hanya nampak mata saja, mereka semakin menghakimimu, menudingmu dengan sebutan radikalis, ekstrimis, istri teroris.
Sungguh aku tak tega engkau dikatakan demikian. Ingin sekali kukatakan padamu, "Berhentilah hijrah. Tolong, jangan bercadar!", ya sisi emosionalku berteriak demikian. Walau aku sadar itu sebenarnya tidak benar.
Lalu mulai kutahu ketegaranmu menghadapi berbagai macam cercaan itu. Di hadapan khalayak ramai, engkau memang menyunggingkan senyum merona di wajah, tapi di munajat doa, sepertiga malam, di kala sendiri mencekam keadaan, engkau menangis keras2 menyadari kerapuhanmu, ketakberdayaanmu. Ya, kau memang wanita biasa yang tercipta dari rusuk yang bengkok. Sungguh tak apa menangis, kau tak bisa menjadi orang kuat selamanya.
Semakin sering ku menuntut ilmu agama, semakin aku paham alasanmu bertahan. Kau hanya ingin menjalankan sunnah para sahabiyah Nabi. Meneladani ummul mukminin dalam berpakaian sehari2. Ingin menjadi seperti matahari, yang menundukkan pandang bahkan sebelum mata ingin memandang. Bukan menjadi rembulan, yang memungkinkan ribuan mata bebas memandang. Bukan, bukan itu fitrahmu. Ah, ini hanya alasan mendasarmu. Tapi aku yakin, kau pasti memiliki ribuan alasan lain yang tak kutahu mengapa harus bercadar. Selama itu baik, bagiku tak masalah, yang masalah adalah mereka yang mempermasalahkan kebaikanmu. Miris, teriris, apalagi jika itu datang dari saudara muslim sendiri.
Kembali sisi emosionalku ingin mengatakan padamu, "Tolong, berhentilah bercadar. Apa kau tidak lelah terus menerus menjadi orang baik?", aaahh, sekali lagi abaikan perkataanku. Aku hanya terlalu mencemaskan dirimu.
Bagaimana keadaanmu?
Bagaimana kehidupanmu?
Apa kau pernah dilukai?
Apa kau merasa terintimidasi?
Kuharap kau menemukan rekan2 seperjuanganmu. Para asatidzah yang senantiasa menguatkanmu. Kajian2 ilmu yang selalu memotivasimu. Maaf, sebagai lelaki, aku hanya bisa menyelamatkan satu orang wanita.Semoga engkau senantiasa kokoh diatas sunnah, menjadi wanita teladan yang melahirkan generasi2 hebat islam. Sungguh dari rahimmu kelak, aku berharap akan bermunculan banyak mujahid islam yang berada di garda terdepan dalam membela kemuliaan ummat! Tolong, teruslah bercadar!
Ada sebuah kalimat bijak yang ingin selalu kuulang2 dalam tiap tulisan, "jadilah mutiara yang tersembunyi kokoh di dalam cangkang, di lautan dalam. Tak mudah didapatkan, tak mudah diperebutkan, kecuali mereka yang bersedia berjuang"
Sumber :
Akhukum fillah,
Erwin Pandu Pratama
( IG : @erwinpandupratama )
KAMU SEDANG MEMBACA
Inspirasi Hijrah
SpiritualBerhijrahlah semata-mata karena Allah.. ''Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka'' (Ar-Rad : 11) Berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah dgn pemahaman Salaf, In syaa Allah...