Kisah Hijrah - Ketika Hati Memilih (1)

18.5K 565 4
                                    

Siapa orang yang tidak memiliki masalalu? Pasti tidak ada karena semua manusia pasti mempunyai masalalu. Masalalu pasti ada yang indah dan ada yang buruk. Begitu pun dengan seorang wanita remaja berkacamata yang bernama Andini Nur Annisa. Ya, aku pernah mengalami masalalu yang begitu buruk yaitu mencintai seorang ikhwan secara berlebihan.

Sejak itu aku duduk di kelas 2 SMP di salah satu SMP negeri di kota ku, Karawang. Aku mempunyai sahabat yang bernama Syafira. Aku berkenalan dengannya disaat kami berdua duduk di kelas 1 SMP. Kami tidak satu kelas, rumah pun jauh. Kami dekat karena sahabat sejak kecilku, Putra. Saat itu Putra menyukai Fira, begitupun sebaliknya, hingga kami diperkenalkan oleh Putra.

"Lo lagi suka sama siapa, Din?" tanya Fira saat kami berdua berada di kantin sekolah.

"Gue? Hmm, tau Bayu?" tanya ku.

"Oh iya, yang kelas 8-G itu kan?" Aku hanya mengangguk. Fira baru saja selesai memakan makanan yang dibelinya tadi.

"Emang sejak kapan lo suka sama dia?" lanjutnya.

"Kelas enam mungkin" jawabku santai.

"WHAT?!" Fira terkejut karena dia belum tahu bahwa aku dan Bayu itu satu sekolah.

"Wiss biasa aja kali, Mbak, ampe segitunya," jawabku.

"Jadi kalian itu satu SD? Ceritain dong Din. Gue kepo nih," pintanya.

"Iya iya, sabarr. Jadi gini. Dulu itu, Putra punya geng gitu, tapi cuman 3 orang, nah mereka itu Putra, Bayu sama si Willy. Tahu kan Willy yang mana?" tanya ku sebelum melanjutkan, Fira hanya mengangguk.

"Nah, jadi dulu tuh aku di comblangin gitu sama mereka, tapi gue ga mau, tapi si Bayu sempet suka sama gue katanya. Ya gue awalnya gak peduli, eh ga lama mungkin karma dateng," jelasku pada Fira yang sekarang sedang mengambil permen dari kantong bajunya.

"Oh gitu, tapi kok dia kayaknya ga suka sama lo ya? Dia tahu lo suka sama dia ga?" tanya Fira.

"Iya dia tahu, maybe. Sekarang sih bodo amat, gue mau move on aja. Makan hati mulu capek," jawabku.

Pas dengan jawabanku kepada Fira, bel masuk pun bunyi. Kami berjalan menelusuri lorong-lorong kelas dan memasuki ruangan kelas ujian masing-masing. Hari ini adalah hari terakhir Ujian Akhir Semester.

"Triiingg.. Triiingg.. Waktu Ujian telah selesai." Kira-kira seperti itulah bunyi bel saat Ujian di sekolah ku.

Semua siswa berhamburan keluar menuju lapangan, karena Pak Asep akan memberikan beberapa pengumumman.

Setelah kurang lebih satu jam kami di tengah lapangan, akhirnya pengumuman yang disampaikan oleh salah satu guru kesiswaan tersebut selesai. Aku langsung menuju angkutan umum, karena hari ini begitu panas.

Begitu sampai di rumah, aku mengucapkan salam lalu menyalami ibu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Udah dzuhur belum?" tanya ibu setelah aku mencium tangannya.

"Belum, nanti aja bu."

"Jangan di tunda-tunda dek, ntar nambah dosa kamu." Aku mengabaikan ucapan ibu dan berlalu ke kamarku. Ibu hanya menggelengkan kepala melihat putri yang satunya ini lalai akan kewajibannya.

Saat itu aku memang terkadang lalai akan kewajibanku sebagai umat beragama Islam. Aku selalu menunda-nunda waktu sholat, bahkan terkadang itu hanya alasan, yang akhirnya aku tidak menunaikannya.

Aku melepas jilbabku dan menggantungkannya. Kemudian aku mengganti bajuku dengan kaos, setelah itu mengambil hp yang berada di atas nakas.

Aku memang gadget addict, tidak bisa berjauhan dengan hp ku.

Inspirasi HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang