Kisah Hijrah - Waktu yang Berharga

8.2K 367 30
                                    

Aku memang baru-baru ini memutuskan untuk hijrah. Namun semakin hari, semakin kuat juga azamku untuk hijrah. Memang banyak jalan yang harus dilewati ketika hijrah. Mulai dari yang jalan yang lurus, berbelok-belok, bahkan berbatu. Memang tak mudah menguatkan tekad tuk hijrah.

Hey, apa kita lupa? Bahwa kita punya Allah? Yang selalu temani kala seluruh dunia menjauh sekalipun.

"Aku punya niat hijrah, tapi..."

Selalu, selalu ada kata 'tapi' yang mereka, bahkan aku ucapkan. Mereka yang baru memutuskan untuk hijrah. Mungkin, ada seribu satu alasan yang akan mereka katakan. Alasannya pun banyak dan bervariasi.

Mulai dari,
"Masih ragu."
"Gak ada temen."
"Ntar disangkanya sok alim."
"Ntar diomongin temen."
"Ntar diomongin kaya ustadzah."
"Ah, pokoknya aku masih ragu buat hijrah. Boleh ga, hijrahnya di pending dulu?"

Dll.

Dan masih banyak lagi alasan orang yang sampai saat ini masih di antara pintu surga dan pintu neraka,*eeehh. Maksudnya yang masih bingung, antara hijrah atau hijrahnya ditunda.

Mungkin, sering kita baca bahwa "Hijrah itu ga sulit, yang sulit itu istiqomah" dan yaps, itu ada benernya juga. Secara kan, di dunia ini sudah banyak orang yang hijrah, namun tidak bisa istiqomah.

Namun, tidak sedikit pula orang lain, bahkan teman kita yang belum memiliki niat hijrah. Tataplah ia, bimbinglah dia ke jalan Allah. Genggamlah tangannya, ajak dia untuk hijrah bersamamu. Ajaklah dia untuk bersama-sama menghadapi berbagai macam cacian dari orang lain. Karena kadang, banyak orang hijrah namun tak ada teman dan selalu saja ada cobaan dari Allah melalui beberapa orang. Seperti misalnya, di bully, di maki, di sidir, dll.

Hmm, aku mau nanya. Sekarang, kalian udah berapa tahun?

Jika misalnya masih muda, maka gunakanlah masa mudamu untuk hijrah, memperbaiki diri. Minta sama Allah agar meneguhkan hati kita yang kadang suka labil.

Jangan sia siakan masa mudamu wahai calon penghuni surga. Sudah banyak ku dengar keluhan dari kakak-kakak kita sesama muslim. Mereka menyesal, karena mereka baru memutuskan hijrah di usia puluhan tahun. Mereka curhat padaku,

"Kenapa sih, aku baru nyadar sekarang? Kenapa gak dari dulu aku hijrah?"

Jangan sampai kita menyesal. Lebih baik saat ini kita berusaha menghadapi berbagai macam cobaan saat memutuskan untuk hijrah, daripada terlambat. Yuk! Mumpung masih muda.

"Kamu beruntung banget yah, umurnya masih segitu, tapi ilmu agamanya udah banyak."

Aku bukan manusia yang beruntung, kak. Bahkan aku tak sebaik itu. Kak, bahkan aku saja pernah menangis gara-gara menyesal.

"Kenapa aku baru hijrah di umur 15 tahun sih? Kenapa aku baru sadar? Kenapa nggak dari dulu aku berubah?" ucapku sambil nangis, mengadu pada Allah.

Yups. Umurku masih 15 tahun, tapi aku merasa belum puas. Bahkan ada satu pertanyaan yang bagiku sangat sulit. Yang tingkat kesulitannya tinggi, mungkin para profesor yang memiliki ilmu tinggi pun tak dapat menjawabnya.

"Kau gunakan untuk apa umurmu selama 15 tahun ini? Apakah bermanfaat?"

Pertanyaan yang muncul itu terus terngiang-ngiang di otakku. Mungkin aku bisa menjawabnya dengan enteng, misalnya, aku gunakan untuk makan, minum, tidur, main, sekolah, dll.

Namun bukan itu maksudku. Anak kecil pun bisa jika jawabannya seperti itu.

Aku iri pada mereka, si gadis-gadis muslimah kecil yang menggunakan masa anak-anaknya untuk mengaji, belajar agama, dll. Lah kita, pas anak-anak yang kita tau hanya main, kan?

Aku merasa aku terlambat. Namun ternyata aku salah, sudah ada beberapa orang yang curhat padaku. Mereka mengeluh karena tidak bisa seperti aku. Padahal aku ini siapa? Aku hanya pendosa yang juga ingin hijrah seperti mereka.

Ada juga, beberapa orang yang berkata bahwa aku diberi banyak ilmu agama oleh orang tuaku. Namun, itu salah.

Bukan karena pengaruh keluarga aku belajar agama, tapi karena dorongan hati ini. Sebut saja ini hidayah dari Allah. Aku searching sana sini, nanyain ke mbah google, minta buku fiqih pada Abah-kakek-aku, baca-baca buku, dll.

Itulah usaha, hingga menghasilkan diriku yang sekarang. Bukan, bukan diri yang pandai memecah masalah, bukan diri yang pandai menjawab ketika ditanya hal tentang agama, bahkan bukan diri yang baik.

Tapi inilah aku, aku yang sedang berusaha istiqomah, mempertahankan dan meningkatkan ketaatan. Namun, aku masih berusaha. Aku belum mencapai itu semua. Usahaku tak selalu istiqomah, kak. Bahkan akupun suka berbuat dosa secara diam-diam tanpa kalian ketahui. Karena kita sama, sama-sama pendosa yang berharap ampunan Allah.

***
"Wahh, kamu masih kecil udah jago yah, nasehatin aku. Aku kagum sama kamu, walau masih muda, tapi mampu memberi aku jawaban yang nyentuh hati aku."

"Aku ga peduli, walaupun kamu lebih muda daripada aku. Karena jika aku mau, aku akan curhat lagi sama kamu."

Begitulah perkataan sebagian orang padaku. Jujur, ada rasa senang saat ada yg memuji. Namun aku tak pantas dipuji. Allah lah yang lebih pantas dipuji. Karena Allah yang membuatku seperti ini. Aku tanpa Allah, bukanlah siapa-siapa.

Ah iya. Aku sering nangis. Nangis karena keadaanku.

Keadaanku, yang ku rasa terlambat berhijrah. Kadang aku nangis, karena lingkungan ku yang tak pernah mendukung untuk hijrah. Adakah yang sama sepertiku??

Jujur saja. Aku itu orangnya pendiem. Kalo mau curhat sama orang, pasti mikirnya itu sampe 30 kali. Mau curhat ke temen, malu. Dan aku juga memang bisa dikatakan kurang terbuka pada orang tuaku. Aku hanya curhat pada mereka, hal-hal yang menurutku penting saja. Selain itu tak pernah ! Adakah yang sama sepertiku?

Hingga akhirnya, ku temukan sebaik-baik tempat curhat, Allah. Kucurahkan segala isi hati, hingga aku terisak. Aku merasa aku ini orang paling b*d*h. Orang yang tak menggunakan waktu 15 tahun ini sebaik mungkin.

Coba bayangkan, dulu saat aku masih SD. Aku selalu menampakan auratku pada lelaki yang bukan mahramku. Dan, aku suka sholat. Bahkan tak pernah terlewatkan. Namun bagiku sholat itu tak sempurna 1% pun. Mengapa?

Karena aku tak mengingat Allah. Karena aku tak menghadirkan Allah. Seakan Allah itu tak ada dan tak memperhatikan, padahal? Allah Maha Melihat.

15 tahun. Adalah waktu yang tidak singkat, bukan? Dan aku menggunakan waktu yang cukup lama itu hanya untuk bersenang-senang menikmati indahnya dunia. Padahal, dunia ini hanya sementara. Kita hanya singgah sebentar di dunia. Karena kehidupan yang kekal hanyalah di akhirat kelak.

Adik-adik, kakak-kakak, teman-teman, mari kita gunakan waktu kita untuk mendekatkan diri pada Allah. Se-kecil apapun umur kita. Karena kita tak tau kita hidup sampai kapan. Yang dijamin mati cepat itu bukan hanya nenek2, kakek2. Bukankah, anak-anak juga ada yang mati? Itulah salah satu tanda, bahwa mati tidak memandang umur. Kalo Allah mau, beberapa detik kemudian juga kita pasti mati.

Ya Allah, kita masih banyak dosa.

Nah, karena dosa itulah kita diberi waktu oleh Allah. Allah nyuruh kita biar menggunakannya dengan baik.

***
Kisah nyatanya Ukhti XXX :)

Buat kamu, jangan sia siakan umurmu. Aku sayang sama kamu, saudara seimanku. Mari kita raih cinta kasih Illahi. ~Ukhti Xxx.

Hohoho, ada yg tau Ukhti Xxx itu siapa? But, dia siapa-siapa nya mah gak penting yah.

Oiya, masih adakah yang mau curhat sama Ukhti Ifa? Add aja line nya: saifa12

Kalo belum ada respon berarti dia lagi off, so, keep waiting for me.

Inspirasi HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang