Chapter 13

1.6K 171 13
                                    

***

Suara musik dari lagu London Bridge milik Fergie yang sengaja diputar dengan volume keras itu menggema di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang temaram. Nampak sepasang mata itu terus menatap tajam pada sosok yang kini tengah terduduk lemah tanpa kuat mengangkat kepalanya, yang terasa berat akibat dua botol alkohol yang ia habiskan sendiri. Laki-laki itu menggerakkan tangannya cepat seraya mematikan tape yang terletak di pojok ruangan.

“Kau terlihat sangat kacau.”

Suaranya membuat sosok yang tengah mati-matian berusaha membuka mata itu mendongak kearahnya.

“Apa ini caramu menyelesaikan masalah?!”

Sosok mabuk itu hanya tersenyum tanpa mampu mengangkat kepalanya lebih lama untuk menatap laki-laki di depannya.

“Apa dengan seperti ini semuanya selesai, huh?”

Hening, hanya terdengar suara cegukan beberapa kali dari laki-laki yang tengah setengah sadar itu, diikuti dengan helaan napas kesal dari sosok di hadapannya. Sosok itu tampak melipat tangan di depan dada seraya membuang muka ke arah lain. Ia mengernyit, saat mata sipitnya mendapati ponsel sahabatnya itu bergetar, lantas melirik pada sosok yang kini mulai kehilangan kesadaran itu.

“Angkat ponselmu! Sepertinya itu telepon penting karena sedari tadi berdering.”

“Tsk!”

Sosok itu tersenyum kecil seraya perlahan membuka kedua matanya yang masih terasa sangat berat.

“Aku tahu apa yang akan mereka katakan.”

Baekhyun, laki-laki itu kembali mendengus frustasi lantas berjalan meninggalkan Chanyeol yang masih terduduk dalam posisi mabuknya.

“Tidurlah, aku akan tidur di ruang tengah.”

Chanyeol hanya mengerjapkan matanya pelan saat suara samar Baekhyun masih sempat menembus inderanya. Ponselnya terus berdering, tapi ia tetap bergeming. Matanya menatap lurus pada televisi besar yang terdapat di kamar pribadi sahabatnya itu. Namun ada fokus lain yang ia lihat. Sesuatu dalam benaknya yang terus-terusan membuatnya tak tenang dan merasa sangat bersalah. Sesuatu yang terus mengganggu hati dan pikirannya, sesuatu yang bahkan menyakitinya.

.

.

“Chanyeol?”

Laki-laki itu menghentikan langkahnya, saat di belakang sana sesosok gadis tengah menatap nanar dengan kedua bola matanya yang berair. Ia menghela napas pelan tanpa berbalik.

“Apa lagi yang kau ingin dengar dariku, huh?

“…”

Hening, tak ada jawaban. Hanya terdengar suara hembusan angin dan gemerisik dedaunan yang terkadang berjatuhan. Laki-laki itu masih terdiam dalam posisinya saat perlahan gadis di belakangnya melangkah mendekat. Sorot matanya syarat dengan suasana hatinya yang bahkan sulit untuk digambarkan. Kepalanya menunduk dengan sebelah tangannya yang meremas kuat ujung dress selututnya.

“A-aku masih tidak mengerti,” jawabnya ragu dengan suaranya yang parau menahan buncahan dalam dadanya, yang siap meledak jika saja ia tak berusaha mati-matian membendungnya.

Laki-laki itu berbalik dengan cepat seraya menghela napas kasar. Rahangnya mengeras, menandakan ada sesuatu yang ia tahan.

“Aku kira kau cukup cerdas untuk memahami semuanya, Jung Soojung.”

Ia terdiam saat di hadapannya perlahan bahu gadis itu bergetar, bersamaan dengan kepalanya yang terangkat untuk menatapnya. Katup bibirnya sulit untuk ia gerakkan, saat mata nanar merah meradang gadis itu bertemu dengan iris hitamnya.

That GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang