Akhir Sebuah Rasa?

17 1 0
                                    


Tibalah aku dimasa saat aku tak tau harus bertanya pada siapa dan bagaimana tentang rasa yg sedang kurasakan sebenarnya. Akhirnya metode berdiskusi pada diri sendirilah yang aku gunakan sebagai pilihan. 

Tentang bagaimana rasa Ghali padaku? Apa dia menyukaiku atau sebaliknya? 

Mengungkapkan rasa hanya membuatku menjauh darinya. Aku tak ingin hubungan kami yang sedekat nadi ini akan berakhir dengan jarak seperti bumi-matahari. Tapi aku juga akan mati rasa jika aku tak mengungkapnya. Bagaimana jika aku mengajak Ghali untuk berdiskusi tentang rasa secara bersama-sama? Tentu itu cara yang dewasa, tapi tak semua orang bisa diajak diskusi tentang rasa. Karena tentang itu hanya kita yang dapat memahaminya. 


**
Sore ini aku berhasil mengajak Ghali ke Taman Kota yang lokasinya lumayan jauh dari rumah. 

Mencoba memberanikan diri mengajaknya diskusi dari hati ke hati, menjelaskannya dengan teliti agar ia tak menjauhi. 

Saat aku ingin memulai untuk menjelaskannya, dia mengajakku menikmati es krim kesukaanku dengan embel-embel ditraktir. Akupun mengikutinya. Saat itu kami benar menikmati es krim seperti biasa dengan canda tawa. Aku tidak ingin merusak moment ini sebenarnya. Tapi aku mengajaknya diskusi tentang perasaanku padanya, aku hanya takut moment canda-tawa ini akan menjadi kesedihan untukku dan untuknya. 


Aku mengurungkan niat untuk hal itu.

Aku terlalu bodoh merusak moment baik ini.

Aku terlalu bodoh merusak hariku bersamanya. 


Cuaca yang tadi cerah kini menjadi gelap gulita dihiasi dengan air rintik dari langit ke bumi, mendung tak terkira. Seketika hujan membasahi bumi pertiwi. Ghali menarik tanganku dengan maksud mengajakku meneduh. Kami meneduh di Halte sekitar taman itu. Karena hari sudah sore dan malam akan tiba, daerah itu sepi tak berpenghuni hanya sesekali kendaraan yang lewat. 

Aku mencoba memulai perbincangan 
"Ghal, kalo ada sahabat lo yang suka sama lo, lo gmn?"

Seketika Ghali menatap sinis
"Jangan bilang lu suka gua?"

Tanpa dijelaskan dia sudah tau rupanya. 
"Gitu deh, tapi gua gamau ngerusak persahabatan kita, klasik sih alesannya tapi itu yang gua rasa. Gatau sih kalo lu gimana apa yang lu rasain ke gua. Tapi yang namanya sahabat cowo-cewe itu pasti salah satu ada yang naruh hati. Gua harap setelah lu tau gimana gua ke lu, lu ga menjauh dan masih anggep gua sahabat."

"Gua juga ada rasa baper sama lu, tapi gua anggep semua itu rasa kagum. Kagum sebagai sahabat. Sama halnya kaya lu, gua juga mau kita sahabatan dan hubungan kita baik-baik aja," jelas Ghali yg menyentak hati.


Saat ini aku tak tau apa aku bahagia atau berduka. Semerawut kaya benang kusut lah pokoknya. 

"Gua mau kita sahabatan yang gatau putusnya kapan," kata Ghali yang lagi-lagi menyentak hati. 
"kalaupun kita jodoh, Tuhan ga akan kasih kita jalan yang salah. Jalan yang kita ambil untuk sahabatan itu bener. Ketimbang pacaran putus marahan,  endingnya kehilangankan."


Kala itu aku mendapat kepastian
Kalau aku adalah sahabat terbaiknya
Dan dia tak akan meninggalkan


Hujan di senja ini terindah. Dimana aku sadar, aku salah mengartikan sebuah rasa. Dimana aku tau bahwa seseorang yang aku takuti akan pergi justru dia akan bertahan dan tak akan meninggalkan.


AKU DAPAT KENANGAN TERINDAH
DI SUATU SENJA YANG MEMBAWA HUJAN 

-Senja Bersama Hujan

Senja Bersama HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang