Sebuah Penghancuran

86 5 0
                                    


Tiba sesaat pengumuman UN

Inilah hasil. Tidak ada yang perlu disesali. Tidak ada yang kalah. Sebuah perasaan penghancuran yang benar-benar membuatku hancur.

Ini hasil dari semua.
Sekolah kami selama 3tahun
Hanya ditentukan 4hari
Seakan-akan 1091 hari lainnya tak berguna.

Menangis tak akan mengubah hasil.
Sekarang jalanin semua. Biarkan semua seperti air yang mengalir. Tenang.
Jika ada orang yang lebih darimu, berarti usaha dia juga lebih darimu.

Satu per satu impian menghilang.
Sebuah kata 'cinta' mematikan semuanya. Apalah aku ini, penikmat cinta tak peduli cita. Sekali lagi, tak ada yang perlu disesali dari semua itu.

Ketika kita bermimpi dan gagal, percayalah mimpi yang terakhir adalah sebuah kenyataan.

Pengumuman kelulusan selesai. Hujan mengguyur bumi ini. Begitu juga hati ini, terguyur oleh derasnya hujan.

**
Kini hanya sebuah doa yang menjadi senjataku. Dan nasihat ibu sebagai penguatku. 'Yang penting kita udah nunjukin yang terbaik yang ada dalam diri kita, masalah diterima apa engga itu urusan Allah. Skanerio Allah jauh lebih indah' hanya kalimat mematikan itu yang membuatku bangun dari keterpurukan.

Itulah orang tua, kadangkala membuat kita bangkit dan benar-benar bangkit tapi kadang ucapannya juga mematahkan semangat anaknya sendiri. Tapi, orang tua adalah salah satu makhluk yang menyayangi tanpa kata tapi.

**
Saat yang mematikan. Aku terpuruk pada nilai. Tapi orang disekelilingku, tetap menjalani sebuah percintaan. Padahal percintaan itu yang mematahkan nilainya. Mereka tidak trauma ataupun kapok. Mereka nampak asik menjalaninya. Sudah biarlah. Aku hanya bisa membantu mereka lewat sebuah doa.

**
Pendaftaran dimulaii
Semua berbondong bondong untuk mendaftar maupun mengikuti tes. Ada juga yang sudah menyerah duluan sebelum berperang. Ada juga yang berpangku tangan melihat perjuangan orang tuanya (you know what i mean?)

Sudah hari ke 3 dan pendaftaran selesai. Alhamdulillah, aku masih nyangkut di salah satu SMA negeri. Meskipun ini bukan pengharapan. Tapi pengharapan baru bisa dimulai disini. Sedikit meringankan beban orang tuaku, aku merasa lega. Setidaknya aku adalah harapan terakhir dikeluarga setelah semua sudah berkeluarga.

Aku terheran
Melihat teman-temanku yang dibawahku ternyata juga masuk sma negeri.
Ya ini lah kehidupan
Inilah perjuangan
Dimana yang berjuang kalah dengan yang ber-uang.

Dimana aku harus benar-benar mengikhlaskan persaingan dengan uang.

Ikhlas itu sulit. Apalagi mengikhlaskan sesuatu yang kita impikan. Tapi sadarlah, Allah adalah penulis skanerio terbaik. Kita hanya bisa berencana namun Allah yang berkehendak.
Mungkin dulu aku selalu memohon tanpa mensyukuri apa yang telah Dia kasih padaku.
Lewat kejadian ini, aku diajarkan untuk selalu mensyukuri setiap keadaan.

Inilah sebuah kehidupan. kalau hidup mulus terus, kita ga tau apa itu Sabar dan Ikhlas. 


*****
TINGGALKAN JEJAK SESUDAH BACA
VOTE DONG
KOMEN DONG
NANTI GUA KASIH KEDONGDONG

Senja Bersama HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang