+day 19

772 230 42
                                    

untuk pertama kalinya setelah putus dengan jonghyun, mata rae kembali berbinar hanya karena melihat sosok anak laki-laki di hadapannya menyantap spaghetti dengan lahap. saus bolognese dari seruputan nya terciprat ke serbet putih yang menggantung di lehernya. ada rasa gemas menggelitiki rae hanya dengan menonton lelaki yang sudah tidak lagi bisa dibilang anak-anak itu makan.

"kak ih kok malah liatin aku sih? dimakan dulu kek itu spaghetti nya. kan abis ini kita mau jalan," anak lelaki tersebut menggerutu sambil menunjuk spaghetti di hadapan rae dengan dagunya.

rae yang tertangkap basah memandangi lelaki itu dari tadi langsung mengangguk riang dan menyantap makanan miliknya.

"wah, senengnya anak papa sama ponakan om selalu adem ayem gini," ucap seorang pria paruh baya memasuki ruang makan dengan seorang wanita yang tidak jauh lebih muda darinya.

lelaki yang duduk di sebrang rae hanya tersenyum sambil menyapa kedua orang tua itu. suasana yang awalnya ceria dan penuh kehangatan itu mendadak menjadi sunyi. ia dan rae sudah mengunci mulut masing-masing seolah mereka berdua sudah diatur untuk tutup mulut saat ada orang tua rae.

"daehwi gak capek apa kemaren baru datang terus langsung jalan-jalan?" tanya wanita itu sambil menuangkan kopi untuk suaminya yang kini asyik menjawab telfon.

daehwi menggeleng pelan. "enggak lah tan, kalo diem terus justru nanti akunya bosen."

wanita itu hanya terkekeh mendengar jawaban anak laki-laki yang duduk di bangku kelas dua belas itu.

"daehwi sama rae kalau mau keluar biar bilang sama pak saud, nanti biar disupirin," ujar ayah rae setelah menutup telfonnya.

rae mendelik kepada kedua orang tuanya di ujung meja makan. ia sontak membuang wajah ketika melihat mereka mengobrol hangat. ada perasaan sakit yang mengganjal tiap kali ia melihat mereka berdua. rae masih belum bisa menerima bahwa wanita acuh itu telah menggantikan posisi ibu kandungnya.

"bilangin om kamu wi, aku udah dua puluh tahun, udah bisa nyetir mobil dan jaga diri sendiri. gak usah perlakukan aku kayak anak kecil lagi," gertak rae yang membuat adrenalin daehwi meningkat.

"kak, jangan gitu dong," ujar daehwi tertawa kikuk. ia mengawasi keadaan sebelum perlahan menaruh garpu dan pisau untuk menghentikan makan siangnya.

ayah rae mendengus pelan. "kalau dibilangin nurut! papa cuma gak ingin kalian kenapa-napa!"

rae menjatuhkan garpu dan menyingkirkan piringnya dengan kasar.

"kayak yang selama ini suka repot ngurus aku aja sih? udahlah, mending berhenti nyetirin hidup aku," sungut rae sambil bangkit dari kursinya.

daehwi menatap rae dan kedua orang tuanya bergantian dengan was-was. mulutnya menutup dengan rapat sedangkan matanya membulat pertanda ia sudah siaga satu kalau-kalau terjadi pertengkaran.

air muka ayah rae sudah tampak penuh dengan gejolak amarah, namun ibu rae membantu untuk menahannya pecah.

daehwi kemudian menangkap sinyal dari rae yang mengisyaratkan untuk pergi. dengan cepat, anak itu mengangguk semangat dan berlari kecil membuntuti rae.

⏮⏸⏭

"kak gila ih, tadi aku hampir mau nangis aja liat kakak gitu," daehwi menggigit bibir bawahnya mengingat kejadian di rumah tadi.

mereka berdua berjalan menyusuri mall tanpa tahu arah. memang awal tujuan mereka kesini adalah untuk bertemu dengan teman lama daehwi. namun sampai sekarang, temannya itu belum kunjung mengabari juga.

the aftermath ❣jonghyun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang