-day 5

996 270 73
                                    

bahu rae merosot seolah ia belum makan selama seminggu. di ayunan taman dekat kos-kosan jonghyun gadis itu merenung, menyandarkan kepalanya di rantai ayunan. malam dingin itu hanya diisi suara angin lembut dan decitan besi ayunan yang sepertinya kurang diberi pelumas.

mereka berencana untuk bertemu malam itu, namun rae memang sengaja datang lebih awal. entah kenapa ia merasa harus mempersiapkan diri.

belakangan ini, rae harus sembunyi-sembunyi untuk keluar rumah. bahkan hanya untuk pergi ke kampus atau ke minimarket pun, supirnya keukeuh menawarkan diri untuk menemani. beruntungnya, malam ini supir tersebut mengantarkan ayahnya pergi ke bandara untuk pertemuan di luar kota. ibunya sedang mengikuti pertemuan ibu-ibu sosialita yang tidak rae mengerti apa guna dan tujuannya.

"hey, udah lama?" tanya sebuah suara yang membuyarkan lamunan rae.

meski rasanya enggan, sebuah senyum secara refleks terbentuk di wajah rae ketika jonghyun muncul dan duduk di ayunan di sampingnya.

gadis itu menggeleng pelan. "enggak kok."

rae meraih tangan jonghyun dan menggenggamnya erat seolah itu adalah hari terakhir mereka bisa bersama. meski ia telah berkomat-kamit menyingkirkan segala pikiran negatifnya, namun rae punya firasat buruk. seolah jonghyun menyetujui ajakannya untuk bertemu hari itu hanya karena ia ingin mengajaknya putus.

jonghyun menggenggam tangan rae dan membawanya ke bibirnya. ia tersenyum mengingat mereka sudah lama tidak bertemu selain di kampus sebatas bertukar sapa.

"aku kangen," adalah dua kata yang keluar dari mulut jonghyun yang cukup membuat rae merasa lega lebih dari apapun.

ia merasa senang bahwa selama beberapa hari mereka tidak bertemu, jonghyun masih menyisakan tempat di hati dan pikirannya untuk mengingat rae.

"aku juga," balas rae. "kangen, pake banget."

lelaki itu terkekeh mendengar respon rae. rasa-rasanya ia ingin membawa rae ke tempat yang lebih nyaman. namun baik rumah rae maupun kosan jonghyun bukan lagi tempat yang aman untuk mereka. orang-orang ayah rae akan menangkap mereka seolah mereka adalah tersangka kriminal. dan ia juga ingin benar-benar berduaan dengan rae, jadi tempat umum seperti restoran atau kafe bukan tempat yang memungkinkan.

keduanya terdiam sambil menatap langit dan menikmati angin yang berhembus malam itu. meski terasa indah, namun suhu udara sepertinya semakin menurun. jonghyun yang melihat rae datang dengan kaos oblong dan celana jinsnya langsung melepas dan melingkarkan jaketnya di bahu rae. gadis itu menahannya untuk duduk dan jonghyun berjalan maju agar berhadapan dengan rae.

"aku takut," lirih rae, membuat jonghyun berlutut di hadapannya.

lelaki itu menyibakkan rambut rae di belakang telinganya lalu mengelus lembut pipinya. jika boleh jujur, jonghyun pun juga merasa demikian. berhadapan dengan dekan bahkan rektorat sama sekali tidak membantunya untuk berani berhadapan dengan ayah rae dan meluluhkan hatinya. namun melihat gadis di hadapannya bergetar dengan mata berkaca-kaca, jonghyun bersumpah pada dirinya bahwa ia akan melindunginya dan terus berada di sisinya.

"papa selalu cuek," ucap rae, bahunya mulai bergetar. "papa gak pernah semarah ini kecuali saat dia berantem sama almarhumah mama."

jonghyun yang tidak bisa berkata apa-apa langsung memeluk rae erat. ia sendiri bingung kenapa ayahnya amat sangat membenci jonghyun ketika mereka bahkan belum pernah bertemu. apakah jonghyun sehina itu di mata ayah rae? mungkin memang jonghyun tidak sekaya anak konglomerat atau se-terhormat anak pejabat, namun ia juga punya harga diri yang perlu dijaga. lagipula, ia anak yang berprestasi, dan rae selalu bisa bahagia dengan dirinya.

the aftermath ❣jonghyun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang