-day 2

656 198 28
                                    

tangan jonghyun berkeringat dingin saat sebuah pesan sampai di ponselnya. menerima pesan dari dekan sekali pun, ia tidak pernah segugup ini. jadi kenapa ia harus gugup menerima pesan dari nomor tidak dikenal yang mengaku sebagai ayah rae itu?

tertera jelas di layar ponselnya pesan yang tertulis: benar dengan saudara kim jonghyun? temui saya di samping kampus jam tiga sore.

jonghyun melirik jam tangannya. ini sudah jam tiga kurang sepuluh menit dan ia sedang mempertimbangkan apakah ia sebaiknya pergi atau tidak. terakhir kali mereka berjumpa—yang juga merupakan pertemuan pertama mereka—semuanya tidak berjalan seperti yang diharapkan.

namun setelah berbagai macam pertimbangan, jonghyun memutuskan untuk menemui ayah rae. toh juga belum tentu semuanya akan berakhir buruk, kan? situasi terburuk yang bisa terjadi adalah ia dimaki ayahnya. jonghyun tahu ayah rae orang yang berpendidikan, jadi tidak mungkin ia melakukan sesuatu yang tidak masuk akal seperti membunuhnya.

spot di samping kampus adalah tempat yang cukup strategis untuk mengadakan pertemuan rahasia. tempat itu selalu sepi dan hampir tidak terjamah karena hanya ada kebun kecil milik warga sekitar dan sebuah tempat makan yang sudah tutup.

netra jonghyun menangkap sebuah mobil sedan BMW yang menurutnya adalah mobil ayah rae. ketika jonghyun mendekat, seorang lelaki menurunkan kaca jendela yang membuktikan benarnya anggapan jonghyun. ia mengisyaratkan jonghyun untuk masuk dan jonghyun tentu menurutinya.

pria itu memberikan beberapa waktu untuk jonghyun bernafas sebelum melontarkan sebuah pertanyaan.

"bagaimana kabar ayah kamu?"

jonghyun yang sedikit terkejut mengerjapkan matanya lalu kembali bertingkah normal. "b-baik."

ayah rae mengangguk. atmosfir di dalam mobil tidak terasa aneh ataupun tegang, itu lebih terasa membingungkan bagi jonghyun.

"usaha apa ayah kamu sekarang?" tanyanya lagi.

"ayah usaha kain batik," jawab jonghyun.

pria itu melirik ke kaca spion. "sukses ya?"

jonghyun mengangguk. "alhamdulillah lancar."

"kamu sudah besar. terakhir kali saya lihat, kamu masih suka merengek," ucapnya yang membuat jonghyun tertohok.

ia tidak habis pikir. bagaimana ayah rae bisa bertingkah seolah ia mengenal keluarga jonghyun dengan dekat sementara ia sendiri tidak punya kenangan apapun dengan ayah rae.

"kalau kamu sayang rae, kamu pasti tahu kalau ibu rae sudah meninggal," tebak ayah rae dan jonghyun mengangguk. "kamu tahu kenapa dia meninggal?"

"karena kecelakaan," jawab jonghyun menggigit lidahnya. ayah rae seolah tengah mengintrogasinya sekarang.

"apa kamu ingat ketika kamu berusia delapan tahun, kamu pernah terlibat dalam sebuah kecelakaan?"

jonghyun menelan ludah. ia menatap ayah rae yang sudah menusuknya dengan tatapan mengintimidasi. namun bukan itu yang sebenarnya membuat bulu kuduk jonghyun merinding.

ayah rae seperti mengetahui segalanya. dan kini ia menanyakan hal tersebut seolah kecelakaan jonghyun dan kematian ibunda rae ada hubungannya.

pada akhirnya jonghyun hanya mengangguk.

"hari itu kamu sangat rewel hingga ayah kamu terpaksa membawa kamu ke tempat kerja," celoteh ayah rae.

sedari tadi, benak jonghyun mencoba untuk menghubungkan petunjuk yang diberikan ayah rae dan jonghyun bersumpah ia sudah bisa menemukan titik temu semua ini. sekarang ia hanya berdiam diri di tempat duduk, berharap praduganya salah.

"kalau hari itu ayah kamu tidak membawa kamu, mungkin ibu rae akan selamat."

dunia seolah runtuh ketika kata-kata itu terlontarkan. senyum rae adalah satu-satunya hal yang melintas di benaknya dan itu membuat matanya pedih.

"kamu tahu seberapa besar dosa yang sudah kamu lakukan? dan sekarang kamu masih berani mempertahankan hubunganmu dengan rae?"

dadanya seketika sesak dan tenggorokan jonghyun terasa tercekat. ia ingin berteriak sekencang-kencangnya.

dosa yang sangat besar, pikir jonghyun. ia tahu bagaimana rae menyayangi ibunya. dan meski terkadang ia memendamnya, kerinduan rae terhadap sosok ibunya terpampang jelas di wajahnya. rasanya jonghyun mengambil andil besar dalam kematian ibu rae sekaligus merebut kebahagiaan rae.

"kalau kamu sayang rae, putuskan hubungan kalian. demi kebahagiaan rae," ucap ayahnya membuat jonghyun mengangguk.

ia sangat ingin menolak permintaan itu tetapi batinnya memaksa untuk mengiyakan.

"baik, kalau itu yang terbaik," timpal jonghyun.

setelah dipersilakan, ia keluar dari mobil ayah rae yang langsung melesat ke jalan besar. sementara jonghyun mencoba mengontrol dirinya untuk tidak berteriak dan menangis seperti orang yang kehilangan nalarnya di siang bolong seperti ini.


⏮⏸⏭




iya gak ada lagu pengiringnya

box misuh disini



dan gUYS baca ceritaku yang 10 ways yuk hehehe

the aftermath ❣jonghyun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang