Dia yang Memberanikan diri

10 0 0
                                    

Hari itu terasa lebih panjang bagi Nate, karena hari itu adalah hari terakhir latihannya. Nate mengepalkan tinjunya dan melepaskan kobaran api saat ia membuka tangannya. Seolah menari di atas tangannya, kobaran api itu membentuk sebuah tombak yang menyala dengan bilah yang tampak terbuat dari api. "Dengan ini aku bisa melindungi semuanya! Aku bisa menyelamatkan Ellin dan menjaga Sylvia, aku kuat!! Haha..HAHAHA!!". Nate teringat kembali akan masa lalunya bersama dengan Ellin, saat itu ia meminta Ellin untuk mengajarinya menggunakan pedang. "Kau lihatkan Nate, beginilah caranya." Ellin memperlihatkan bagaimana caranya ia bermain pedang. Gaya pedang Ellin adalah pedang satu tangan dengan mengandalkan kecepatan tangan. Selain itu Ellin juga mengandalkan kekuatan lawan sebagai titik tolak untuk mengubah serangannya dengan cepat. "Gaya pedangku ini dapat mengubah posisi bertahan menjadi menyerang dengan cepat begitu pula sebaliknya. Kau mau coba?". Bayangan berapi kembali muncul di hadapan Nate dan menyadarkannya.

"Semoga kau puas dengan kekuatan yang kau capai. Lebih dari ini, hanya mata kirimu saja tidak akan cukup sebagai bayarannya".

"Kau harusnya lebih tahu kalau aku tidak hanya kehilangan mata kiriku, Kogeta. Aku tidak pernah bisa tidur tenang selama dua tahun ini".

"Tapi berkat itu juga kau bisa menguasai Soulcraft lebih cepat dari siapapun, bukan ? "

Nate hanya tersenyum melihat hasil pengorbanan dan kerja kerasnya terbayar dengan kobaran api di ujung tombak yang ia genggam. "Semua orang pasti punya senjata dan gayanya sendiri Nate, suatu hari kau pasti akan menemukannya,". Ellin benar sekarang aku telah menemukannya. Mungkin Sylvia tidak akan pernah menyetujui pilihannya untuk mengadakan perjanjian dengan Link sebelum mengikuti tahap-tahap penting untuk menjadi seorang linker, tapi ini satu-satunya cara agar ia bisa meyakinkan Ellin untuk kembali. Nate mengepalkan tinjunya kembali dan tombak itu menghilang dalam sebuah bola api. Ia berlari ke desa untuk bertemu dengan Sylvia, lebih cepat ia menjelaskan keadaannya, lebih baik, pikirnya.

Setelah Ellin pergi, Nate tidak berani melihat kesedihan Sylvia, Nate tahu bahwa Sylvia selalu ingin bertemu dengannya. Nate selalu melihat Sylvia mengawasinya saat ia akan pergi berlatih dan saat sore hari saat dia pulang. Namun Nate selalu menghindarinya, ia akan memalingkan wajahnya saat pandangan mereka bertemu. Di dalam hati Nate, ia merasakan hal yang sama dengan yang Sylvia rasakan. Nate tidak ingin Sylvia menanggung beban ini bersamanya, Nate pasti akan membawa Ellin pulang. Sore itu Nate menunggu di atas bukit tempat pedangnya tertancap. Biasanya saat sore hari Sylvia akan terlihat di dalam rumahnya dari bukit itu. Nate mencemaskan Sylvia yang belakangan ini tidak pernah dilihatnya. Nate mencoba menyusun kata-kata untuk menjelaskan semua keadaan ini.

Matahari telah terbenam, namun Nate tidak juga melihat Sylvia. "Haruskan aku pergi ke rumahnya.". Nate terus memikirkan hal tersebut namun ia belum juga memutuskan untuk pergi ke rumahnya atau tidak. Nate harus mengumpulkan keberaniannya terlebih dahulu untuk menemui sahabatnya yang telah lama tidak ditemuinya itu. Semakin berjalanannya waktu akhirnya Nate memberanikan diri untuk mengambil langkah pertamannya menuruni bukit itu menuju rumah Sylvia.


Valtear Project: The Main StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang