Peramal dan Komandan yang Kejam

9 0 0
                                    

Penginapan yang mereka sewa tidak begitu buruk, selain kamar yang sempit dan kasur yang kurang empuk penginapan itu masih layak pakai bahkan menyediakan mereka tempat untuk memasak. Mereka baru saja menghabiskan makan malam mereka namun mereka belum dapat tidur. Semua itu karena perkataan dua gadis yang baru saja mereka jumpai.

"menurutmu apa yang akan terjadi besok? Akankah ada hubungannya dengan ramalan kita?" Sylvia bertanya dari atas tempat tidurnya. "entahlah, tapi jika itu perkataan dua orang perempuan itu benar, maka nyawa Julianne akan terancam. Bagaimana jika kita menunggu dan melihat kejadian pada esok hari? Setidaknya kita bisa membantu jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan" Saran Rei sambil berdiri dan melihat keluar jendela. Mereka pun sepakat untuk menunggu hari esok dan baru akan melanjutkan perjalanan jika saat sore hari sama sekali tidak terjadi apa-apa dalam desa ini.

Keesokan harinya, tepat pukul 4 dini hari saat Sylvia dan Rei masih tertidur lelap, terdengar suara ledakan yang sangat keras. Suara tersebut diiringi dengan langkah kaki berat dan suara baju zirah yang biasa digunakan untuk perang. Rei yang terbangun dan melihat keluar jendela mendapati sebuah pasukan lengkap memasuki desa dari tembok yang sepertinya diledakan tadi. Ia langsung membangunkan Sylvia agar mereka dapat bersiap-siap bila terjadi sesuatu. "Rei, saranku lebih baik kita membawa semua barang bawaan kita kedalam semak-semak di ujung desa kemudian membantu para penghuni desa ini untuk menyelamatkan diri" Ujar Sylvia seraya mengambil busur dan tempat anak panah disamping tempat tidurnya. Seusai menempatkan barang mereka di tempat yang aman, kedua orang itu langsung menuju ke tempat dimana para prajurit itu berkumpul dan bersembunyi dibalik sebuah bangunan.

"Hai warga Varic! Kami disini tidak ingin membuat kekacauan, yang kami minta hanyalah serahkan sekarang juga wanita bernama Julianne Rouge. Maka kami akan meninggalkan desa ini dengan damai!" Seorang prajurit dengan pakaian baja berwarna hitam berteriak sambil menghunus pedangnya ke udara, sepertinya ia adalah pemimpin dari pasukan tersebut. Seluruh penduduk hanya diam tak berdaya, ada seorang wanita yang berusaha lari namun seorang prajuri segera menangkapnya dan menyeret orang itu kepada komandan mereka. Dengan kasar rambut perempuan itu dijambak dan komandan tadi menaruh sebilah pedang di depan lehernya. "Bagi siapapun yang tidak ingin bernasib sama seperti perempuan ini, segera serahkan peramal itu!" Teriaknya semakin keras.

"Hentikan permainanmu itu anjing suruhan!" Julianne muncul dari kerumunan orang tadi. "nona Julianne, jangan menyerahkan dirimu! Lebih baik kau kabur dari sini sekarang juga, biarkan kami yang menanggung semua ini. Kau masih sangat dibutuhkan banyak orang di luar sana" Seorang penduduk berusaha mencegah tindakan Julianne. "Maafkan aku, tapi aku sudah tidak tahan lagi kehilangan banyak orang oleh karena kemampuanku ini". Sang peramal itu maju ke depan puluhan prajurit bersenjata lengkap dengan Link yang sudah bersiap menyantap makanan di belakang para prajurit itu.

Saat suasana menegang, tiba-tiba seorang gadis yang bentuk tubuhnya nampak masih berumur 15 tahun muncul dibelakang Sylvia dan Rei, jika dilihat penampilannya, anak perempuan ini hanyalah orang biasa dengan rambut sepanjang bahu, namun dapat terlihat bahwa ia bukanlah orang sembarangan. "Kedua kakak disini kemarin sempat datang ke tempat Julianne kan? Bisakah kalian berdua membantu mengevakuasi para penduduk saat kami menyibukan para prajurit itu?" pintanya, tak lama munculah anak seumuran dengan gadis tadi dengan gaya rambut twintail sedang meregangkan lengannya. "aku ingat! Kalian adalah dua orang pengunjung yang datang setelah kami!" Rei akhirnya mengenali muka dari dua orang itu. Mereka hanya tersenyum lalu seakan-akan mengucapkan mantra kecil, munculah sebuah pedang besar dari lingkaran sihir dan jatuh tepat pada telapak tangan salah satu dari mereka. Seorang lainnya melakukan hal yang sama namun kali ini muncul sebuah kedua tangannya diselimuti oleh sarung tangan dan munculah sebilah pedang dari punggung sarung tangan tadi. Seluruh senjata itu adalah soulcraft karena memiliki simbol dan bahasa Link kuno.

"Kita lakukan hal ini seperti biasa Vic"

"Ya ya... akan ku rusak para otak udang itu dengan sekali tebas!"

"Kalau begitu kami serahkan penduduk pada kakak ya" Kata gadis dengan 2 pedang pendek itu pada Sylvia dan Rei kemudian segera melesat ke arah para prajurit.

Hanya dalam beberapa menit kedua gadis itu dan Julianne sudah meratakan 70 persen dari jumlah prajurit yang ada. Saat seorang pengguna pedang besar itu membanting senjatanya ke tanah, munculah duri-duri tajam yang menghancurkan apapun didepannya. Sedangkan yang satu lagi memainkan senjatanya, dengan lihai dan ia menggunakan kekuatan angin dalam tiap seranganya, hal ini membuatnya sulit ditangkap dan angin itu juga melindunginya dari beberapa serangan para prajurit. Sylvia dan Rei segera membantu para warga desa untuk bersembunyi di tempat yang aman, mereka di arahkan ke dalam hutan untuk sementara sampai masalah ini mulai reda. Sang komandan dengan baju besi hitam yang dari tadi melihat para anak buahnya dihabisi hanya terdiam, dan kemudian ia tersenyum.

"Maaf para penduduk dari desa Varic, kami memohon kerjasama dan kesabaran kalian semua selama konflik di dalam desa masih berlangsung" Sylvia mengatakan hal itu di depan para warga sambil membungkuk kan badan. "Ya, kami mengerti apa yang sedang terjadi, segeralah kalian berdua ke sana dan membantu para pemberani itu untuk menolong nona Julianne" Pemimpin desa Varic mengijinkan 2 orang itu untuk segera membantu pertarungan di dalam kota.

Ketika sampai di dalam desa, mereka hanya menemukan tumpukan prajurit yang telah kalah. "kemana 2 gadis dan nona Julianne itu pergi?" Rei bertanya pada seorang prajurit yang masih sadar sambil menodongkan pisau panjang ke arah lehernya. Prajurit itu menunjuk ke arah hutan belantara di luar desa. Mereka berdua bergegas menuju ke dalam hutan dan akhirnya menemukan apa yang mereka cari. Namun keadaan yang mereka lihat sangat bertolak belakang dengan apa yang dibayangkan. Komandan pasukan tadi berhasil mengalahkan 2 gadis tadi bersama dengan sang peramal yang terpojok pada sebuah batang pohon. Rei menarik tangan Sylvia untuk bersembunyi di dalam semak-semak. "Jadi hanya ini kemampuan para anggota guild itu? Sungguh mengecewakan, bahkan aku tidak sempat menggunakan soulcraft ku hari ini" kata pria itu sambil mengangkat kapak besar yang sangat kokoh. Salah seorang dari 2 pemilik soulcraft tadi mengalami luka parah pada bahunya dan yang lainnya berdiri dengan kaki gemetar melindungi temannya dan Julianne.

Sylvia hanya dapat menutup mulutnya tak percaya, Rei menundukan kepalanya seperti sedang menahan amarahnya, mungkin ia kesal karena tidak bisa berbuat apa-apa. "Jika 3 orang linker tidak bisa menghadapi orang itu, tentu saja mustahil bagiku untuk menolong mereka" Pikiran itu terlintas di otak Sylvia. "Baik, waktunya main-main sudah selesai, sebaiknya ku habisi kalian dan membawa peramal itu" prajurit itu memasang kuda-kuda dan mengayunkan kapak nya dengan keras ke arah gadis yang sedang berdiri di depannya.

Valtear Project: The Main StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang