Lavrionne....
Nama itu terdengar asing bagi Sylvia dan Rei, mereka bukannya tidak pernah mendengar nama kota itu tapi masih belum bisa membayangkan seperti apa kota itu. Lavrionne berada di wilayah berbeda dari asal Sylvia dan Rei karena terdapat di daerah netral yang terletak di selatan. Kota ini memiliki julukan "Kota Raja", sebutan itu diberikan karena terdapat makam dari raja terdahulu di dalam kota yang juga terkenal karena kegiatan perdagangannya tersebut. Untuk menghormati raja terdahulu, wilayah kota Lavrionne diresmikan sebagai wilayah yang bebas dari perang.
Jarak antara Desa Varic dengan kota Lavrionne adalah 15 hari dengan berjalan kaki tanpa berhenti. Beruntungnya, pada hari kedua, mereka bertemu dengan rombongan pedagang yang melewati tempat itu, lebih tepatnya mereka beruntung karena ada Victorica di kelompok mereka.
"Sudah lama kita tidak bertemu ya, Vic. Lihat kau sudah sebesar ini sekarang."
"Tentu saja... Paman dan bibi juga masih terlihat awet muda."
"Hahaha... kau bisa saja..."
Untuk sementara waktu mereka dapat bersantai terlebih dahulu sebelum mereka tiba di Lavrionne. Saat ini di dalam karavan ada Lydia, Sylvia dan Rei, sedangkan Vic berada di tempat mengemudi bersama dengan para pedagang. Lydia sedang sibuk merapikan tas bawaan Vic sedangkan Rei hanya melihat ke luar karavan. Karena tidak tahu apa harus dilakukan, Sylvia memutuskan untuk membantu Lydia. Setelah merapikan tas milik Victorica mereka membicarakan banyak hal.
"Jadi kau ingin mengetahui keberadaan teman-temanmu?"
"Iya...sebenarnya sahabatku pergi beberapa tahun yang lalu sehingga aku berniat untuk mencarinya namun saat aku mencarinya aku hanya menemukan kota-kota yang sudah hancur."
"Kerajaan dan kota-kota di Wilayah Barat memang sedang mengalami masa-masa sulit selama 5 tahun terakhir ini. Banyak orang sudah menjadi korban atas perang yang tidak pernah selesai ini. Tenang saja kau tidak sendiri, di Lavrionne juga banyak orang seperti kalian. Mungkin kau dapat bertemu dengan temanmu di sana."
"Aku harap begitu. Mungkin yang dikatakan peramal itu benar, aku hanya perlu menunggu."
"Bagaimana dengan dirinya?"
"Maksudmu Rei?"
"Aku yakin dia bukan orang biasa. Dia bisa melakukan sihir yang serumit itu. Di mana kau bertemu dengannya?"
"Dia menyelamatkanku saat itu." Melihat dari ekspresi Sylvia, Lydia tidak mungkin bertanya lebih lanjut mengenai Rei.
"Kau menggunakan panah Sylvia?" Lydia melihat Sylvia memegang busurnya.
"eh?" Sylvia mulai bingung dengan pertanyaan Lydia.
"Maksudku, kau tahu harga Anima panah sangat mahal dan tidak mungkin kau memakai panah latihan itu teruskan, kau tahu mungkin aku bisa mengajarimu berpedang?"
"Aku tidak pernah memikirkannya, busur ini adalah pemberian sahabatku. Mungkin aku akan mempertimbangkannya."
Sylvia mulai teringat pertama kalinya ia berlatih memanah.
SYLVIA's POV
Aku belari menyusuri desa untuk pergi ke tempat Ellin, ada hal penting yang ingin kuberitahukan kepadanya. Guru yang biasanya mengajar kami akan datang minggu ini, aku harap Ellin dapat ikut belajar besama dengan kami.
Rumah Ellin terletak sedikit jauh di luar desa, tapi itu tidak masalah, aku sudah biasa pergi ke sana untuk mengantarkan obat untuknya. Langkah-langkah kecilku mulai bertambah cepat saat rumahnya mulai terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valtear Project: The Main Story
FantasySetelah pertempuran manusia dengan para Link berakhir, terciptalah era kedamaian. Tapi era Kedamaian ini terancam hancur akibat kematian seorang Jendral Ras Manusia. Ellin pergi dari desa untuk mencari tahu kebenaran dari kematian ayahnya. Kedua sah...