DI GUILD LAVRIONNE
Sylvia, Rei, Lydia dan Vic telah selesai makan. Setelah itu Lydia dan Vic membersihkan piring-piring yang mereka gunakan.
"Setelah ini Victorica akan mengantar kalian ke tempat tidur kalian masing-masing... Beristirahatlah yang cukup." Lydia lalu keluar dari ruangan itu.
Vic lalu mengajak Sylvia dan Rei untuk pergi ke kamar. Pertama Vic mengantar Rei terlebih dahulu karena kamar yang akan digunakannya berada di bagian barat bangunan. Sedangkan kamar Sylvia berbeda 3 kamar dari kamar Rei. Setelah itu Vic menunjukan kamar Vic dan Lydia kepada Rei dan Sylvia.
"Kalau ada sesuatu yang kalian butuhkan, kakak bisa panggil aku.."
Seusai semua penjelasan dari Victorica, Rei dan Sylvia masuk ke kamar masing - masing. Ini pertama kalinya Rei tidur di bawah tanah dan ia masih belum terbiasa. Saat ia melihat ke luar bangunan itu, yang terlihat hanyalah dinding gua yang menyerupai langit malam beserta dengan cahaya redup dari kabut debu valtear. Tidak ada bintang maupun bulan, namun ada kedipan cahaya dari langit-langit tempat itu, semakin diamati, kedipan cahaya itu muncul dari beberapa kristal yang menempel pada dinding gua dan bersinar seakan memiliki energi untuk menciptakan cahaya sendiri. Ia menengok pada sebuah bukit di samping bangunan tempat ia tidur. "Pasti pemandangan di situ jauh lebih indah daripada di sini".
Karena tidak bisa tidur, Rei memutuskan untuk berjalan-jalan. Mungkin berjalan-jalan di sekitar bangunan itu dapat membantunya untuk tidur. Saat Rei baru saja keluar dari kamarnya, sebilah pedang menggores dinding dan hampir memutuskan kepalanya bila ia tidak sempat menunduk. Rei lalu berguling ke sisi lain dari arah penyerangnya itu, ia mengambil pisau panjangnya dengan tangan kanannya dan membalas serangan tadi.
Sang penyerang mampu menangkis terkaman pisau panjang itu dengan pedang yang ada di tangan kirinya dan menyerang balik menggunakan pedang besar yang ada di tangan kanannya. Serangan itu membuat Rei mundur beberapa langkah. Rei dan si penyerang itu saling berhadapan, Rei tidak percaya bahwa yang menyerangnya adalah gadis dewasa yang menggunakan 2 pedang. Satu pedang yang besar di tangan kanan dan pedang kecil yang ada di tangan kirinya. Gabungan kedua pedang itu memberikan efek kekuatan dan kecepatan bersamaan.
Merasa mustahil untuk sebuah pisau melawan dua pedang, Rei mengeluarkan senjata keduanya yaitu sebuah pisau kecil. Tapi ternyata memang tidak mungkin melawan pedang dengan pisau, Rei kembali terhempas ke belakang setelah menangkis pedang besar itu dengan kedua pisaunya. Tangan kirinya mulai bergetar, ia tidak bisa mengontrol tangan kirinya dengan baik berkat pertarungan terakhirnya yang membuat Rei harus mengorbankan tangan kirinya. Wanita itu lalu kembali menerjang Rei dengan pedang di tangan kirinya, bila urusan kecepatan Rei memang tidak kalah cepat tapi bila soal kekuatan mungkin ia akan kalah. Dalam kondisi seperti ini kekuatan menjadi senjata utama karena tempat bertarung mereka sangat sempit yang mengakibatkan susahnya menghindari senjata besar yang mengerikan. Rei mulai menggunakan sihir untuk memperkuat kedua senjata dan juga momentum gerakannya, sebuah lingkaran sihir muncul pada kedua pisau miliknya. Kali ini Rei lebih mengkonsentrasikan kekuatannya untuk menyerang, gadis tadi terlihat lebih serius dalam menghadapi musuhnya, banyak gerakan yang sebelumnya tidak ia gunakan mulai terlihat sebagai balasan atas serangan Rei.
Terjadi benturan-benturan keras antara senjata milik mereka berdua, goresan dan lubang pada tembok gedung mulai muncul satu persatu akibat pertarungan sengit itu. Harapan satu-satunya dari Rei adalah menunggu sebuah kempatan untuk menjatuhkan senjata musuhnya, tapi gadis ini sama sekali tidak kelelahan dan tidak memiliki sedikitpun celah dalam pertahanannya. Beberapa serangan beruntun dilakukan namun ia selalu saja dapat menangkis dan melakukan serangan balasan tanpa peduli dengan ruangan di sekitarnya.
Tak lama, seperti tersadar bahwa ada yang tidak beres dengan tubuh bagian kiri dari Rei, gadis itu melancarkan sebuah ayunan keras untuk membuat celah dari pertahanan Rei, melihat musuhnya kehilangan kendali dan lengah, ia kembali mengayunkan senjata besarnya ke arah Rei yang mengakibatkan Rei terlempar ke luar bangunan karena menabrak kaca, saat tabrakan itu terjadi, muncul luapan api dari punggung Rei yang melindungi dan membantunya untuk jatuh dengan lebih pelan. Melihat bahwa musuhnya masih bernafas setelah terjatuh dari lantai 4, gadis itu ikut lompat ke luar jendela sambil melafalkan beberapa mantra dan tak lama, sebuah tombak panjang muncul. Sebelum sempat berdiri tegak dan memikirkan bagaimana gadis itu menganti senjatanya, Rei terpukul oleh tombak itu tepat pada dadanya. Pukulan itu membuat Rei kehilangan keseimbangan. Serangan gadis itu tidak berhenti sampai di situ, saat Rei terlihat kehilangan keseimbangan gadis itu memanfaatkannya dengan sangat baik. Tombak itu menghilang dari tangannya dan muncul kampak berukuran separuh tubuh orang dewasa yang langsung digunakan dengan kedua tangannya untuk memukul kembali Rei.
Rei tidak mungkin menghindarinya, ia menggunakan kedua pisaunya untuk menangkis serangan kampak itu. Meskipun Rei sudah melakukan sihir Amplify[sihir penguatan] pada kedua senjatanya, pisau kecil milik Rei tetap hancur berkeping-keping dan pisau panjangnya terhempas. Tubuhnya pun ikut terlontar ke udara, kondisinya saat ini tidak memungkinkan ia untuk menahan serangan berikutnya. Sementara gadis itu mengerakkan tubuhnya sebagai poros untuk melanjutkan serangan, kampak itu sudah berganti dengan tombak yang siap menusuk tubuh Rei yang sedang terhempas.
Tiba-tiba muncul cahaya putih terang dan sebuah bongkahan kristal es muncul di antara mereka, bongkahan es itu menahan serangan gadis itu. Setelah tubuh Rei dan pisau panjangnya terjatuh ke tanah dan sepertinya gadis tadi terlihat sudah kehilangan rasa ingin menyerangnya, bongkahan es itu mencair dengan sangat cepat meninggalkan hawa dingin dan bekar air yang mulai menghilang. Rei menggeliat di tanah dan memegang dadanya dengan kesakitan, sepertinya beberapa tulang rusuknya retak saat terserang pukulan tombak tadi.
"Vanessa! apa yang kau lakukan?" Seorang pemuda muncul dan nampak tak percaya dengan apa yang telah dilakukan oleh rekannya. Temannya baru saja membuat beberapa hiasan kecil di lantai 4 dan menghancurkan sebuah jendela. Tapi perempuan yang bernama Vanessa itu terlihat menghiraukan larangan rekannya sambil menampilkan muka tak puas dan beranjak untuk menyerang Rei lagi. Pemuda itu dengan cepat mengeluarkan Soulcraft miliknya dan menahan temannya itu. ia tidak ingin partnernya membuat kerusakan pada Guild itu lebih parah lagi. Akan tetapi, Vanessa dengan gesit melewati temannya dengan lincah dan menerjang Rei yang masih dalam posisi berlutut.
Kali ini, Vanessa tidak berniat untuk membunuh namun ia hanya mengunci tubuh Rei dengan memelintir tangan kirinya agar tidak bsia bergerak. Rei hanya terlihat pasrah dengan muka menempel pada tanah, tubuhnya sudah tidak memiliki tenaga lagi. Walaupun Vanessa memperkuat peintirannya, pemuda bernasip malang itu sama sekali tidak merintih kesakitan dan hanya terdiam. Ia sudah tidak dapat merasakan apapun dari tangan kirinya karena cedera yang ia terima di desa Varic. Dan karena gerakan yang terlalu kuat dari Vanessa, perban yang menutupi simbol pada tangan Rei terlepas. Saat itu juga Vanessa membuka matanya lebar-lebar seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat, kemudian ia segera melepaskan genggamannya pada tangan kiri Rei. "Jangan-jangan, orang ini....".
KAMU SEDANG MEMBACA
Valtear Project: The Main Story
FantasySetelah pertempuran manusia dengan para Link berakhir, terciptalah era kedamaian. Tapi era Kedamaian ini terancam hancur akibat kematian seorang Jendral Ras Manusia. Ellin pergi dari desa untuk mencari tahu kebenaran dari kematian ayahnya. Kedua sah...