BAGIAN 21

912 145 37
                                    

Aku merenung menatap pantulan diriku di kaca practice room. Sudah empat hari aku tidak bertemu Chanyeol. Bahkan tidak ada yang tahu ke mana perginya dia.

Aku sudah menghubungi neneknya. Tapi nenek tidak mau memberi tahuku. Katanya, Chanyeol melarangnya. Aku jadi semakin penasaran karena itu.

Ada apa dengan Chanyeol?

Terakhir kami bertemu adalah saat kami perang tepung di rumahku. Kemudian Chanyeol pamit pulang lebih dulu setelah membereskan dapur yang berantakan.

Waktu itu aku sudah memandangnya curiga. Tapi kusimpan rapat-rapat karena tidak ingin menghasilkan masalah baru.

Lalu hasilnya sekarang aku tidak tahu dimana Chanyeol. Aku sampai meminta Jina untuk bertanya pada ayahnya. Tapi kali ini ayahnya pun tidak tahu. Dia bilang Chanyeol memang tidak memberi tahunya.

Tuan Han sampai harus meyakinkan yang lainnya pasal hilangnya Chanyeol. Karena jika dalam waktu satu minggu tidak datang latihan, tanpa kabar, maka trainee tersebut resmi dikeluarkan.

Aku khawatir.

Bahkan menurut rumor yang kudengar, ibu Chanyeol pun tidak tahu di mana puteranya, Jina yang memberi tahuku. Jina juga bilang kalau nenek Chanyeol pun tidak tahu keberadaannya.

Padahal nenek sempat mengabariku bahwa Chanyeol pergi diam-diam dan tidak ingin orang-orang mengetahui itu. Aku patut beryukur karena nenek masih mau memberitahuku pasal kepergiannya.

Sebenarnya Chanyeol ke mana?

Sekarang ini kami memang teman. Tapi siapa yang bisa melupakan pria gila sepertinya?

Aku terus saja menghubunginya dan mengiriminya pesan Line. Tapi tidak ada satu pun yang dia baca. Bahkan kurasa ponsel Chanyeol sengaja dinonaktifkan.

Ya ampun ini bukan caranya untuk menghindariku kan?

Aku terus memandang pantulan wajahku di sana. Jika Chanyeol tidak kembali dalam satu minggu tanpa kabar, sudah jelas dia di drop out dari agensi. Dan aku tidak mengerti lagi bagaimana cara menyikapinya.

Aku takut dia pergi.

Dan satu-satunya kalimat yang tidak pernah aku lupa adalah saat Chanyeol berkata,

"See you, Na. Semoga kita jodoh ya."

Kuharap dia tidak benar-benar pergi, ke mana pun itu, tanpa sepengetahuanku. Aku tidak rela dan tidak siap untuk kehilangannya.

Dia teman terbaikku.

Tidak akan ada lagi yang sepertinya.

"Na, ke ruang teater bentar!" Pinta coach-nim lalu dia mengantarku sampai sana.

Yang aku lihat ruangan itu kosong dan masih tertata rapi. Lagi pula hanya beberapa kali aku masuk ruang itu, sisanya aku banyak menghabiskan waktu di practice room.

"Emangnya ada apaan, ssaem?" Tanyaku.

"Mulai sekarang kamu bakal lebih sibuk di kelas akting ya, biar terbiasa."

Aku mengangguk menanggapi, merasa bahwa semuanya hampir tercapai. Tapi di sini sepi, untuk apa Kim-ssaem mengajakku ke sini?

"Sebenernya aku sengaja ajak kamu ke sini, ada yang mau ketemu soalnya." Katanya.

Aku menatapnya lalu mengisyaratkan keingin tahuanku tentang siapa orang yang ingin menemuiku. Lalu kenapa mengajakku ke sini?

"Tuh, di belakang kamu."

Aku sedikit terperangah juga penasaran siapa orang yang dimaksud Kim-ssaem. Lalu aku memutar tubuh ke belakang.

Demi apapun.

Sad Wind ✔ | YoonYeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang