Sad Wind ✔ | YoonYeol

EPILOG

"Pa, hari ini aku dianter papa ya."

Jagoan kecil yang kulahirkan enam tahun lalu tengah mengacak-ngacak sarapannya karena kesal. Bibirnya mengerucut lucu karena Chanyeol lagi-lagi sibuk dengan pekerjaannya.

Aku menghela nafas, "Chansoo, hari ini mama yang anter ya?"

Chansoo menggeleng membuat sarapannya sedikit berhamburan.

Park Chansoo, nama yang diberikan oleh ayah Chanyeol hingga kakek dan cucu itu memiliki nama yang sama.

"Sayang... pagi ini dianter mama dulu ya, papa janji bakal jemput Chansoo abis itu kita main sampe malem." Ucap Chanyeol membujuk seperti biasa.

"Papa janji?"

"Iya dong. Kita naik bianglala biar mama cemburu." Jawabnya.

Aku terkekeh mendengar obrolan ayah dan anak itu.

Kalau diibaratkan raja dan ratu, kami sudah mendapat putera mahkota. Dia sangat tampan dan manja seperti ayahnya.

***

Angin malam ini membuatku ingat kembali kenangan di masa lalu. Saat Chanyeol mengajakku ke taman hiburan lalu kami batal menaiki bianglala.

Aku takut ketinggian, tapi saat ini kami bertiga berhasil duduk sambil melihat malam Seoul yang gemerlap di atas bianglala.

Saat pikiranku labil dan kacau, dulu, saat aku dan Chanyeol masih berada dalam kekangan agensi, aku berpikir bahwa Chanyeol seperti angin yang semakin aku mencoba mencapainya, dia akan semakin menjauh.

Aku terus menangis atas keputusannya untuk pergi. Tapi sekarang aku menyadarinya, ketika aku memutuskan untuk menunggu Chanyeol, air mataku tetap membawanya padaku. Karena pada saat itu, setiap air mataku adalah sebuah kerinduan.

Kata-kata yang tidak bisa aku katakan, kata-kata yang selalu saja bersembunyi di dalam bibirku. Aku menelannya sampai menjadi genangan air mata.

"Na, please smile for me as well."

Sekarang sudah berbeda.

Aku tersenyum padanya untuk kembali mengawali hidup. Sekarang aku akan selalu merasa pantas bersanding dengannya. Penantian kemarin membuatku sadar bahwa aku mencintainya layaknya dia mencintaiku.

Karena Sad Wind sudah berakhir.

yayas,
©2018