BAGIAN 17

866 135 32
                                    

Masih kepikiran olehku tentang anehnya sikap Chanyeol pagi tadi. Dia hanya mengirimiku satu pesan lalu hilang lagi. Aku memang tidak menghubunginya setelah itu. Kupikir Chanyeol sedang tidak bisa diganggu, buktinya dia tidak ada waktu untuk sekedar meneleponku. Setidaknya buat aku tidak begitu kecewa karena kebohongannya.

Memang perceraian itu bukanlah hal baik untuk diceritakan. Tapi sebagai pacar, aku hanya ingin merasa berguna untuknya.

Setidaknya aku tahu bahwa dari semua hal yang terjadi, yang harus aku lakukan adalah mengerti bagaimana dirinya. Aku sadar jika aku kecewa, tapi di saat seperti ini bukanlah hal bagus untuk menunjukkan kekecewaanku. Chanyeol membutuhkanku. Aku hanya perlu membuatnya nyaman bersamaku.

Aku menyayanginya.

Maka kekecewaan seperti itu haruslah tidak berarti apa-apa bagiku.

Aku ingin mencoba mengerti dirinya.

"Na, belum tidur?"

Aku bergerak menyamping untuk menjawab pertanyaan Jina bahwa aku belum tidur. Gadis itu menatapku dari seberang sana. Tempat tidur kami memang terpisah.

"Lagi mikirin Chanyeol ya?" Tanyanya.

Aku mengangguk.

"Na, apa ayah aku gak tahu kalo kalian pacaran?"

Aku menatap Jina sebentar. Aduh, aku harus jawab apa? Dari pertanyaannya kurasa Jina tidak tahu jika Chanyeol meminta izin secara langsung pada ayahnya.

Apa aku jujur saja ya?

"Ji, sebenernya Chanyeol udah izin secara langsung buat macarin aku."

Kudengar Jina berdecak dengan wajah seperti menahan emosi, "Terus dia kasih izin? Harusnya dia keluarin kalian dari perusahaan."

Aku terperanjat kaget.

"Kok ngomongnya gitu? Kamu bilang dukung aku sama Chanyeol kan?"

Jina mendelik lalu bangun dari tidurnya. "Justru karena aku ngedukung kalian. Akan lebih baik kalo kalian lepas dari perusahaan."

Aku menahan nafas sebentar lalu menghembuskannya kasar. "Tapi aku gak mau, Ji."

Jina terdiam.

"Na, percaya deh sama aku. Semuanya jadi lebih sulit kalo kalian tetep di agensi ini." Katanya lagi.

Mungkin iya.

Tapi langkahku sudah dekat.

Sedikit lagi aku akan berhasil menjadi aktris.

"Please, tinggalin perusahaan terus bahagia sama Chanyeol."

Hei, ada apa dengannya?

"Ji, emang harus kayak gitu? Kenapa sih?" Tanyaku penasaran.

"Please, Na. Bantu aku raih keinginan aku juga. Aku udah bela-belain maafin ayah aku demi itu semua. Aku juga udah ngelakuin banyak hal buat sampe ke titik ini. Jangan halangi aku, Na, bisa kan?"

Sekarang aku tahu, yang ingin diraihnya bukanlah Chanyeol.

***

"Yoona, tadi dicariin Jisoo-sunbaenim." Ucap Yuri yang kutemui di lorong dekat toilet.

"Loh? Terus dia bilang apa?"

"Dia bilang ada yang mau diobrolin sama kamu."

Tiba-tiba Sooyoung yang berdiri di samping Yuri pun menyenggol bahuku. "Kiw, jadi pilih Jisoo atau Chanyeol nih?" Tanyanya menggodaku.

Sad Wind ✔ | YoonYeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang