Semilir angin menerpa wajahku begitu juga rambutku. Dingin langsung menyapa wajahku. Daun-daun kering berterbangan dibawa angin malam.
Aku tahu kalau angin malam itu tidak bagus untuk kesehatan, tetapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin merasakan angin malam dan mengenang masa lalu bersamanya.
Malam ini, tepat pukul setengah sepuluh aku merindukannya.
Sudah hampir tiga bulan dia menginggalkanku. Aku tidak mengerti kenapa dia suka sekali meninggalkanku. Padahal disini, aku merindukannya. Teramat sangat merindukannya.
Dia lagi apa, ya? Apa dia sudah punya sahabat baru? Atau perempuan baru? Atau guru baru?
Atau, atau, atau.
Aku rindu kamu, Erla.
Aku menahan pipiku dengan tangan kananku lalu menghembukan napas lelah. Aku menatap kursi taman yang berwarna cokelat susu berada di taman depan rumahku.
Kursi yang sering aku duduki bersama Erla ketika sedang bermain atau berbicara tentang hal bodoh. Entah itu tentang kucing yang kecebur selokan dekat sekolah, adik sepupunya yang jorok karena suka menjilati jarinya setelah mengupil-oke maaf, itu sangat menjijikan-hingga dia pernah salah menggandeng Ibunya ketika berbelanja di mall.
Lalu setelah itu aku menatap langit luas yang disana terdapat satu bulan dan ribuan bintang. Melihat itu lagi-lagi aku merindukan sosok Erla.
Biasanya setelah kami pulang kerja kelompok, Erla selalu menyuruhku menatap langit dan bertanya, "Kamu lihat bintang yang terang dan sendiri itu?"
"Lihat."
"Pokoknya kamu harus jadi kayak dia, ya! Harus bersinar terang walaupun kamu sendiri. Dan percaya padaku kalau bintang bersinar itu banyak yang mau. Contohnya, aku. Aku mau sama kamu, lho! Hihi." Dia tertawa menggemaskan.
Ah, Erla. Aku ingin memelukmu malam ini.
Terima kasih sudah mau menerimaku.
Terima kasih karena sudah sabar menghadapiku.
Terima kasih sudah pernah hadir dalam hidupku, Verlano Pramudya.
Terima kasih untuk semuanya.
Maafkan aku juga belum bisa memberikan apa yang kamu mau.
Maafkan aku karena belum bisa menjadi Viola yang kamu inginkan.
Maafkan aku karena belum bisa mejagamu dengan baik.
Maafkan aku, Er. Maaf.
Aku menghapus jejak air mataku setelah menutup jendela kamar aku mengambil figura lelaki di atas meja dan Aku tersenyum tipis.
"Besok aku akan menjenguk makam kamu, Er. Tenang aja. Aku tahu kamu pasti rindu aku, hihi."
====
Penulis : Maisa Akhmalia Putri
vanillacaraamel
KAMU SEDANG MEMBACA
Seleksi EWS
RandomKumpulan cerita dari para penulis baru di dunia orange dengan tema : malam. Semua karya yang di-publish, murni hasil karya member seleksi ErrorWS.