Jangan lupa vote dan komen:"
.
.
.
.
.
.
.
.
a long way from the playground
🌼🌼🌼
Rosé mengecilkan volume radionya ketika terdengar bel dari luar. Gadis itu bangkit dan menghampiri layar kecil. Layar itu berfungsi untuk menampilkan apa yang di rekam di depan pintu apartemennya.
Dehaman gadis itu terdengar.
"Siapa?" suaranya beda. Maksudnya, Rosé menyamarkannya. Jaga-jaga kalau itu fans maniak yang ingin membunuhnya. Walaupun Rosé sendiri yakin, kelakuan fans yang berlebihan tidak akan terjadi pada artis baru debut. Ya, tapi untuk antisipasi.
"Koo Junhoe," suara orang itu terdengar sangat khas sehingga langsung menggerakan tangan Rosé untuk membukakan pintu.
"Cepetan," titah Rosé sambil menunduk membiarkan rambut pirang kemerahannya tergerai menutupi wajahnya.
"Lo tuh kayak hantu tetep aja cantik,"
Pintu tertutup.
"Makasih," ujarnya sambil tersenyum.
"Nggak usah senyum. Gue tau lo capek,"
"Apa hubungannya?"
"Ya masa lo 24/7 senyum mulu. Kita itu perlu ramah tapi ada juga saatnya kita harus meluapkan emosi kita. Apalagi lo. Ntar kalo stres gimana? Yang sedih, 'kan, gue juga,"
"Apasih Jun. Tugasnya yang kemaren bab apa?"
"Reproduksi," Junhoe terkekeh. "Praktek,"
"Hah?" Rosé kebingungan. "Emangnya ada?"
Junhoe terbahak.
"Lho kok ketawa?"
"Nggak papa, Rosie cantik,"
"Hm... ya," Rosé mengalihkan pandangan, pura-pura mengambek.
"Marah gitu. Cantiknya ilang," Junhoe melihat reaksi Rosé. "Et et et... jangan senyum dulu. Nanti gue jatuh cinta,"
"Yaaa..." Rosé mengambil buku-bukunya dan menaruhnya di meja depan TV, tempat di mana Junhoe duduk sekarang. Dia duduk membelakangi TV, yang berarti dia berhadapan dengan seorang Koo Junhoe.
"Oke kita mulai aja belajarnya,"
"Biologi sih mudah ya sebenernya. Tapi susah ngehafalin nama latinnya itu," aku Rosé.
"Nah ya gue itu paham sama lo, Chaeyoung. Makanya gue bikin ringkasan yang bisa bikin lo paham sama materinya jadi lo lebih mudah ngehafalinnya," Junhoe memberikan beberapa lembar kertas print-out.
"Terjamin, 'kan?"
"Yoyo yang sebego itu juga paham,"
"Eanjir," Rosé terbahak-bahak.
Sudut bibir Junhoe ikut tertarik ke atas melihat tawa Rosé. Tuhan, kalau ada makhluk yang lebih cantik dari seseorang di hadapannya, Junhoe berani berenang di kolam sedalam tujuh meter. Tapi sepertinya Junhoe tidak perlu melakukan hal tersebut karena Rosé adalah makhluk yang paling cantik. Setidaknya di mata Junhoe.
"Lho ini teks drama? Ada drama?" Rosé mengangkat sebuah dokumen dan menujukkannya kepada Junhoe.
"Iya. Tapi itu buat si Chanwoo. Dia, 'kan aktor cilik,"
"Oh si Jung Chanwoo. Anak kelas sepuluh itu ya? Kok kamu bisa dapet ini?"
"Ketinggalan di gue,"
Junhoe menatap Rosé jenaka. Ada kilat jahil di matanya. "Gue paling suka dialog yang ini," Junhoe menunjuk salah satu baris.
"Daisukida," mata Rosé melebar setelah sadar dengan artinya.
"Gue juga sayang lo,"
Kampret. Kena jebakan
"Eh bener, gue serius. Ini serius, Chaeyoung,"
Rosé hanya tertunduk. Dirinya tersipu malu.
***
"Dek, kasih ini ke Lisa," pinta kakak laki-laki Rosé, Chanyeol.
"Kak Cey, dia itu nggak suka sama kakak. Masih aja dideketin,"
"Yaelah. Ngefans doang salah?"
Rosé memutar bola matanya. "Ya ya ya. Ngefans nggak harus ke artis,"
"Lagian dia kasian diet mulu. Mau jadi sekurus apa dia?"
"Nah ya itu yang ngekhawatirin," kata Rosé mendukung.
"Nah, makanya kasih ini ke dia," Park Chanyeol menyerahkan susu kotak itu.
"Kak Cey nggak ke sekolah?"
"Izin gue. Capek banget nglembur terus seminggu ini,"
Rosé mengusap bahu kakaknya dengan lembut. "Istirahat,"
"Iya,"
***
Rosé bersumpah akan menghindari Junhoe sementara waktu ini. Dia masih malu dengan kecanggungannya tadi malam. Sialan sekali kenapa harus kata-kata itu.
Chaeng, kok kamu gitu aja malu sih? Ngasih tanda hati ke fanboy biasa aja napa ke yang ini sampe malu setengah mati?
"ROSIE! ANGKAT TANGAN!"
Nah ini nih. Suara ini.
"E-eh, iya?" Rosé mengangkatkedua tangannya seolah tertangkap melakukan kriminal.
"Klub vokal. By the way, kemaren gue cuma bercanda. Jangan ngambek gitu sampe ngehindarin gue mulu,"
Melihat raut jenaka Junhoe, Rosé melupakan semua kecanggungan kemarin. Dia tersenyum.
Kebiasaan.
"Jangan senyum mulu. Ngeyel banget sih gue bilangin," Junhoe menggerutu sembari menggenggam tangan Rosé dan menariknya ke ruang musik.
***
Malamnya, ketika ponselnya berdering dan menunjukkan nomor manajernya, gadis itu mengangkat telepon dan sedetik kemudian dia langsung pamit pulang.
Rosé senang sekali malam itu. Dia akan menyelesaikan albumnya yang sudah tiga perempat selesai. Ah! Dia menyengir bahagia sepanjang perjalanan.
Sebelum pergi, dia tersenyum lebar menatap Junhoe yang matanya ikutan bersinar.
"Aku pulang dulu ya,"
"Titip oleh-oleh," celetuk Junhoe begitu pintu ruang musik terbuka.
Rosé tertawa renyah. "Mau apa?"
"Mau Park Chaeyoung,"
Dan perkataan itu sukses membuat Rosé tersipu dan berusaha mati-matian menyamarkannya dengan tawa canggungnya.
***
Pendek aja ya setelah kemaren panjang :v
Vomment juseyo