[ l i m a ]

1.2K 148 5
                                    

Vomment juseyoooo
.
.
.
.
.

All we are is all we've left behind

🌼🌼🌼

Album keduanya rampung dan sekarang masa promosi.

Lelah mendera Rosé tak hanya satu-dua kali. Dengan latihan tiap hari dan perform mingguan, siapa yang tidak lelah coba? Belum kalau sekolah.

Untungnya Rosé diperbolehkan masuk sekolah dengan hari yang selang-seling. Maksudnya, kalau hari Senin masuk, Selasa tidak. Lalu Rabu masuk, Kamis tidak. Begitu.

Namun, seperi tabiatnya, Rosé tetap gigih. Peduli amat dengan tubuhnya yang terforsir. Asal makan terjaga dan masih bisa tidur, dia tidak apa-apa.

Pemikirannya jauh berbeda dengan pikiran sahabat-sahabatnya. Lisa, tidak seperti biasanya, mengingatkannya untuk istirahat cukup. Menyanyi dan menari itu menyenangkan, tapi ada waktunya juga untuk istirahat. Pendapat itu dengan mudah ditepis oleh Rosé dengan mengatakan,

"Yah, promosi paling cuma sebulan,"

Perkataan yang kemudian dia dapati merupakan sebuah kesalahan. Sajangnim menambah masa promosi karena lagunya benar-benar laris manis. Ya sudahlah.

Berbeda lagi dengan Jennie. Teman kecilnya di New Zealand itu memberitahunya untuk cukup tidur. Itu saja. Gadis sibuk itu benar-benar payah dalam memberi nasihat.

Lain lagi dengan Jisoo. Cewek cerdas itu mengiriminya makanan-makanan lezat yang tidak cepat basi--maksudnya, ya begitulah. Agar Rosé bisa memakannya kapan saja. Asal masih hari itu juga.

Kalau Junhoe, pemuda itu tidak banyak berkata-kata soal promosinya. Dia rutin mem-video call-nya dengan alasan mengajarinya beberapa materi. Rosé dengan senang hati menerima kebaikan itu.

Ada lagi saat-saat di mana Rosé menangis karena kelelahan. Hanya Junhoe yang bisa dihubunginya. Bukan berarti ketiga sahabatnya yang lain tidak bisa. Hanya saja, Rosé tidak mau mengganggu rutinitas mereka. Lagipula, kapan itu Junhoe bilang kepadanya untuk meneleponnya jika ada masalah. 'Kan, dia penanggung jawab Rosé di sekolah, katanya.

"Halo?" malam hening itu pecah ketika telepon tersambung. Tangannya yang tidak menggenggam ponsel memegang segelas teh hangat.

"Malam, Rosie,"

"Ngerti nggak kenapa aku telepon?"

"Karena lo... suka suara gue,"

Rosé tertawa. Lelahnya hilang seluruhnya dalam sekejap.

"Kamu nyanyi sekarang,"

"Gue sekarang lagi ndengerin lo, bukan nyanyi,"

"June! Maksudnya aku minta kamu nyanyi,"

"Gue maunya cewek cantik yang nyanyi. Gue kangen suara lo,"

Rosé merona mengetahui siapa cewek cantik yang di maksud. "Aku kan nyanyi terus,"

"Yang buat gue, Cantik,"

Flee (Junhoe Rosé)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang