12. Panti Asuhan

5.7K 327 3
                                    


Matahari sudah mulai naik. Aku sedang bersiap-siap. Hari ini aku akan ke panti asuhan Sayap Ibu. Kegiatan rutinku tiap bulan. Kegiatanku terhenti ketika hp yang kutaruh di meja berdering. Ada panggilan masuk. Kulihat siapa yang menelfonku. Nisa. Aku segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum," sapaku.

"Waalaikumsalam," jawab Nisa disebrang sana.

"Ada apa dek pagi-pagi sudah nelfon,"

"Kakak sibuk tidak hari ini?" Tanya Nisa.

"Hari ini kakak akan ke panti asuhan. Gimana?"

"Nisa pengen belajar bikin kue, Kak."

"Bagaimana kalau Nisa ikut Kakak ke panti asuhan trus nanti siang belajar bikin cup cake. Mau?"

"Oke, Kak,"

"Kalau begitu siap-siap sekarang ya. Kakak jemput."

"Baik Kak," kata Nisa riang. "Kalau begitu Nisa siap-siap dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawabku sambil menutup telfon.

Setelah dirasa rapi aku segera berangkat. Aku menjemput Nisa dulu baru ke panti asuhan.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Nisa karena jarak rumah kami dekat. Kulihat dia sudah rapi dan menungguku di teras. Tanpa membuang waktu dia segera masuk ke mobilku.

"Pagi, Kak. Cantik sekali Kakak hari ini," sapa Nisa sambil memujiku.

Aku hanya tersenyum. Tanpa banyak tanya aku segera menjalankan mobil menuju panti asuhan. Padahal dalam hati kecilku ingin sekali bertanya tentang Kak Dirga pada Nisa.

"Kak Dirga sedang olahraga sama teman-temannya, Kak," jelas Nisa seakan-akan tahu apa yang sedang ada dipikiranku.

"Nisa gak ikut olahraga?" tanyaku.

"Enggak, Kak. Capek. Mending Nisa di rumah. Kak Dirga udah tau kok kalau Nisa ikut kakak."

Aku hanya mengangguk-angguk.

"Eh, gimana kencan semalam, Kak?" Tanya Nisa membuat wajahku sedikit memerah.

"Enggak gimana-gimana," jawabku pelan.

"Maksud Nisa Kakak suka juga enggak sama Kak Dirga. Nisa bakal seneng banget kalo Kakak sama Kak Dirga," kata Nisa menggebu-gebu.

"Adek ngomong apaan seh. Kakak kan juga baru beberapa kali ketemu Kak Dirga. Semalem juga cuma makan bareng kok," kataku berkilah.

"Eh, Kakak panggil Nisa 'adek'? Berarti Kakak suka sama Kak Dirga dong," kata Nisa membuat mukaku tambah merah.

"Tuh muka kakak merah."

"Kakak tidak ada hubungan apa-apa dengan Kak Dirga. Kita hanya berteman. Itu ajah."

Nisa hanya tersenyum mendengar penjelasanku meskipun masih tidak percaya.

Akhirnya sampai juga di panti asuhan. Aku segera memarkir mobilku.

"Kakak sering kesini?" tanya Nisa.

Aku mengangguk.

"Setiap bulan Kakak kesini."

Kami berjalan menelusuri lorong ruangan. Sebelumnya aku memberitahu kedatanganku kepada bu Dewi, kepala pengurus Panti Asuhan Sayap Ibu. Aku sudah sering kesini membantu belajar anak-anak dan bermain.

"Mengingat anak-anak disini membuat Kakak menjadi pribadi yang selalu bersyukur. Meskipun Kakak sedang ditimpa cobaan pun harus tetap bersyukur. Kedua orang tua kakak masih ada. Banyak yang menyayangi Kakak. Begitu pun Nisa harus selalu bersyukur. Meski orangtua Nisa sudah tidak ada, Nisa masih memiliki kakak yang menyayangi Nisa. Yang ada buat Nisa. Nisa pernah mendapat kasih sayang orang tua juga. Nisa bisa mendatangi pusara kedua orang tua dan berdoa disana. Sedangkan mereka, kedua orang tua mereka siapa pun tidak tahu."

Aku membuka salah satu pintu ruangan. Didalam ada beberapa anak kecil yang sedang bermain didampingi oleh Mbak Erna dan Mbak Ika, pengurus panti asuhan sayap ibu.

"Kakaaakkkkkkk," teriak anak-anak sambil berhamburan ke arahku. Aku memeluk mereka dan mencium satu persatu.

Setelah mengenalkan Nisa pada mereka aku mengajari mereka membaca dan berhitung. Sungguh menyenangkan bisa berbagi kebahagiaan dengan mereka.

Kebahagiaan tercipta dari diri kita sendiri. Selalu bersyukur adalah cara paling mudah kita mencapai kebahagiaan.

Cintaku Kepentok Abdi NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang