13. Cemburu?

5.8K 337 2
                                    

Siang ini aku sedang berkutat di dapur bersama Nisa. Memenuhi janji pada Nisa untuk mengajari membuat cupcake.

Sepulang dari panti asuhan tadi, kita mampir dulu di toko kue membeli bahan-bahan membuat cupcake. Dan sekarang Nisa sudah sibuk mengintip ke dalam oven melihat cupcake yang sedang dipanggang sedangkan aku sedang membuat buttercream menggunakan mixer.

Tidak butuh waktu lama aku dan Nisa sekarang sibuk menghias cupcake. Tidak lupa ditaburi sprinkle.

Aku memandang cupcake buatanku dan Nisa dengan puas. Tidak sia-sia aku mengajarkannya pada Nisa karena dia cepat menangkap apa yang aku ajarkan.

Aku mengambil kotak kue kemudian menyerahkan pada Nisa.

"Masukkan kesini cupcake yang mau dibawa pulang. Tidakkan Nisa ingin kakakmu mencicipi hasil karya Nisa," kataku.

"Tentu saja, Kak," kata Nisa cepat.

Nisa sibuk memilih cupcake hasil karya dia sendiri untuk dibawa pulang. Tentu saja dia memilih hasil yang dianggapnya paling bagus karena mau pamer pada kakaknya kalau dia bisa membuat cupcake.

"Kakak, apakah aku boleh membawa cupcake hasil karya Kakak juga?" Tanya Nisa sambil melihatku. Berharap aku mengijinkannya.

"Tentu saja. Ambillah. Pilih yang Nisa suka."

"Asikkk....pasti Kak Dirga suka."

Aku hanya tersenyum tersipu. Padahal dalam hati aku menjerit senang.

Setelah membereskan dapur yang tadi berantakan dengan ceceran tepung dimana-mana, aku segera mengantar Nisa pulang. Lagipula hari sudah beranjak sore.

Sekarang aku dan Nisa sudah di mobil dalam perjalanan ke rumah Nisa.

***

Dirga POV

Sore ini aku duduk di teras rumah. Tidak sendirian. Tidak juga dengan Nisa karena Nisa sedang bersama Kalya. Tapi dengan Tia. Cewek yang sudah 2 tahun lalu mengejar cintaku. Tapi aku tidak pernah menerimanya. Meski aku sudah terang-terangan menolaknya Tia tidak pernah mundur.

Aku duduk dengan gelisah. Hari sudah beranjak sore. Sebentar lagi pasti Nisa akan pulang. Dan tentu saja diantar Kalya. Aku tidak ingin membuat Kalya berfikir aku ada hubungan dengan Tia.

"Sebentar lagi Nisa akan pulang. Ku harap kamu juga pulang sekarang," kataku pada Tia.

"Kamu mengusirku?" tanya Tia

"Hari sudah sore. Tidak baik cewek berkunjung ke rumah cowok sampai malam. Aku tidak ingin tetanggaku berfikir buruk tentangku," jelasku.

"Baiklah. Aku pamit sekarang," kata Tia sambil beranjak dari duduknya.

Aku mengikuti dari belakang. Mengantarnya sampai ujung teras.

Entah disengaja atau tidak, tiba-tiba Tia terpeleset. Dengan gerakan refleks aku menahan tubuhnya yang hampir jatuh.

Aku menatap Tia yang sepertinya sedikit terkejut. Tia tersenyum senang.

"Kakak," terdengar suara dari depan. Nisa datang. Tentu saja bersama Kalya. Aku segera melepas peganganku dengan cepat. Tia sedikit terhuyung karena aku melepasnya dengan tiba-tiba. Tapi aku tidak peduli dengannya. Yang kupedulikan sekarang adalah Kalya. Kulihat dia. Dia menatapku dengan pandangan sedikit berbeda.

Apakah dia cemburu?

"Aku mau langsung pulang saja. Lain kali kakak akan main kesini lagi," kata Kalya pada Nisa.

Nisa mengangguk.

"Hati-hati, Kak. Terima kasih untuk hari ini. Udah mengajari Nisa bikin kue. Udah antar jemput Nisa."

Kalya hanya mengangguk sambil tersenyum tipis kemudian bergegas pergi tanpa menoleh padaku.

"Tunggu!" Teriakku.

Tapi sepertinya Kalya tidak mendengar atau sengaja tidak mendengarkan. Dia tidak berhenti ataupun menoleh. Dia terus berjalan ke arah mobil yang terparkir didepan rumah tetangga karena jalan depan rumahku buat parkir mobil Tia. Oleh karena itu aku tadi tidak menyadari kedatangan Nisa dan Kalya.

Aku berlari mengejar Kalya dan menahan Kalya yang hampir mau masuk ke mobil.

"Tunggu sebentar. Dengar penjelasan Kakak. Kakak tidak ada hubungan apa-apa dengan Tia. Adek jangan berfikir yang bukan-bukan."

Kalya tersenyum.

"Kak Dirga ada hubungan atau tidak dengan Kak Tia bukan masalah bagiku, Kak. Tidak ada hubungannya denganku."

Aku terdiam.

"Memang benar. Tapi masalahnya sekarang aku jatuh cinta padamu, Kalya. Aku tidak ingin kamu berfikir yang bukan-buka dan membuat kamu menjauh dariku," batinku.

"Maaf, Kak. Hari sudah sore. Aku pamit dulu. Permisi," kata Kalya sambil masuk ke mobil kemudian pergi dari hadapanku.

Aku berdiri termangu. Menatap kepergian Kalya.

Aku bergegas masuk. Tidak kupedulikan Tia yang masih berdiri di depan rumah. Nisa mengikutiku.

Aku duduk dikursi didepan tv. Nisa mengangsurkan sebuah kotak dihadapanku.

"Nih Kak. Ada cupcake buatanku dengan Kak Kalya. Enak kok. Yang toppingnya berbentuk bunga mawar ini buatan Kak Kalya. Cobalah."

Aku mengambil cupcake bunga mawar buatan Kalya. Dia pintar sekali membuat kue. Kue-kue buatannya selalu enak.

"Aku rasa Kak Kalya mencintai Kakak juga kok. Aku tahu dari raut wajahnya. Jangan ulur waktu lagi untuk mengungkapkan perasaan Kakak padanya sebelum semuanya terlambat. Aku akan selalu mendukung Kakak."

Aku menatap Nisa. Benar perkataan dia. Aku harus segera mengungkapkannya. Aku harus segera mengakhiri kegundahan hatiku. Aku sudah benar-benar yakin dengan perasasaanku.

Cintaku Kepentok Abdi NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang