24. Penyesalan

6.1K 348 11
                                    

Maaf jika terlalu lama tidak up cerita. Badan drop lagi dan ada jiwa yang harus saya jauhkan dari yang namanya gadget. Yups... dia adalah buah hati saya. Saat ini saya tidak bisa bebas mengetik cerita dan pegang hp terus2an. Sudah saya katakan barusan alasannya. Saya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena anak saya ikut2 pegang gadget dan menjadi ketagihan. Jadi sebelum semuanya terlambat, saya membatasi diri untuk memegang gadget dihadapan anak. Mohon dimaklumi.

Love u Kalyani Anindya Maharani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love u Kalyani Anindya Maharani. Moga jadi anak sholehah dan menjadi wanita yang selalu beruntung sesuai arti namamu. Peluk cium ibu.

Terima kasih sudah membaca cerita ini dan sabar menunggu lanjutan ceritanya.

Jangan lupa vote dan komen.

Happy Reading....

***

Dirga POV

Sudah seminggu lebih aku mendiamkan Kalya. Sekarang hinggap sebuah penyesalan dalam hatiku. Dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku sangat mencintai Kalya. Dia adalah wanita terbaik yang pernah aku jumpai sebelum peristiwa foto itu. Tidak seharusnya aku mendiamkan Kalya seperti ini. Lagipula dia sudah meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Dan laki-laki bernama Rendra itu sudah menghubungiku dan menjelaskan semuanya juga. Dan dengan terang-terangan akan merebut Kalya disaat hubungan kami renggang dan saat ini kesempatan dia merebut Kalya dariku. Dan tidak akan kubiarkan hal itu terjadi.

Siang ini aku berencana pergi ke rumah Kalya. Seikat bunga mawar merah kesukaan Kalya sudah kusiapkan pagi tadi. Tetapi seseorang merusak rencanaku. Yups...dia adalah Tia.

Tiba-tiba Tia datang ke rumah dengan sebuah tangisan.

"Kenapa pula ni cewek," batinku. Firasaatku seakan-akan ada hal buruk terjadi jika dia ke rumah. Sama saat Kalya datang ke rumah dan ada Tia disini. Seakan-akan ada hubungan spesial antara aku dan Tia. Itulah yang dipikirkan Kalya saat itu.

"Ada apa?" Tanyaku sinis sambil berusaha mendorong Tia yang berusaha memelukku. Menumpahkan tangisannya di dada bidangku.

"Aku akan dijodohkan dengan laki-laki pilihan mama dan papa," kata Tia sambil terisak.

"Baguslah. Orang tua tidak pernah salah memilihkan jodoh untuk anaknya," kataku.

"Tapi aku tidak suka. Aku mencintai Kakak. Katakan pada orang tuaku Kakak akan melamarku," isak Tia.

"Maaf, sudah berapa kali aku katakan aku tidak pernah mencintaimu. Dan jangan pernah datang kemari lagi. Pergilah sekarang. Orang tuamu tidak pernah salah memilihkan jodoh untukmu," kataku mengusir Tia secara halus.

"Aku harus pergi sekarang. Aku tidak punya waktu banyak," kataku tegas. Aku tidak ingin terlambat sedetik pun untuk menemui Kalya.

"Aku mencintai Kakak. Aku hanya mau menikah dengan Kakak," kata Tia sambil menarik lenganku menahan aku pergi.

"Jangan seperti anak kecil," teriaku sambil melepas tangan Tia.

Sia-sia aku menghindar dari Tia. Cewek ini terus saja memegang lenganku erat. Meski kubentak dia tidak pernah takut.

Hal yang aku khawatirkan terjadi. Semua seperti deja vu. Kalya datang saat ada Tia disini. Dia menatapku terpaku dari kaca mobil yang terbuka.

"Kalya!" Teriakku kencang.

Tapi, dia berlalu begitu saja.

"Kalya! Tunggu!"

Aku segera menepis tangan Tia dengan kencang kemudian berlari mengejar Kalya.

Kulihat dia sudah berbelok ke jalan besar. Aku segera menstater motorku kemudian bergegas mengejar Kalya tanpa kupedulikan Tia yang masih menangis seperti anak kecil.

***

Kalya POV

Seminggu lebih aku menghubungi Kak Dirga tapi tidak pernah ditanggapi. Sepertinya kesalahanku tidak pernah dimaafkan. Meski Kak Rendra sudah meminta maaf dan membantuku untuk menjelaskan ke Kak Dirga. Tapi sepertinya sia-sia.

Hari ini, siang ini, aku ingin menemui Kak Dirga. Aku akan meminta maaf untuk terakhir kalinya. Meski harapanku sangat tipis untuk bisa kembali padanya.

Dengan sekotak cup cake yang kubuat tadi pagi, aku melajukan mobilku ke arah rumah Kak Dirga.

Dari kejauhan aku melihat mobil terparkir di jalan depan rumah Kak Dirga.

"Sepertinya tidak asing," pikirku. Tapi aku tidak bisa mengingatnya.

Kubuka jendela mobil dan pemandangan didepan sana membuat aku syok. Cewek itu memegang erat lengan Kak Dirga.

"Kalya!" Kudengar teriakan Kak Dirga memanggilku.

Aku segera menutup jendela mobil dan bergegas pergi dari sini.

"Kalya! Tunggu!"

Teriakan Kak Dirga tidak aku pedulikan. Yang kuinginkan hanya menjauh darinya.

"Apakah ini balasannya," pikirku.

Aku mengendarai mobil dengan pikiran kacau. Air mataku sudah mengalir deras di kedua pipiku.

Tanpa kusadari ada mobil menyalip dari arah depan dengan kecepatan kencang.

Aku terkejut dan segera aku membanting stir ke arah kiri. Dan....

Braakkkkkk.....

Teriakan kencang terdengar ditelingaku kemudian semuanya menjadi gelap.

Cintaku Kepentok Abdi NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang