15. Kenangan

5.7K 320 5
                                    

Aku berniat untuk kembali ke Yogyakarta sore nanti. Siang ini aku ingin mengelilingi kota Magelang. Kota yang memberiku banyak kenangan. Untuk urusan pekerjaan tentu sudah dihandle orang kepercayaanku. Jadi aku bisa sedikit tenang menikmati hidupku.

Kutelusuri jalanan di kota Magelang. Kenangan-kenangan yang lama kembali berputar dalam memoriku. Hingga tak terasa aku tiba di suatu tempat. Tempat yang dulu menjadi saksi cerita cinta waktu sekolah dulu. Ya, taman badaan. Aku memarkirkan mobilku. Berjalan menuju salah satu kedai bakso disana. Kedai bakso krikil yang dulu sering aku datangi dengan kekasihku. Mantan kekasih lebih tepatnya sekarang. Entah apa kabarnya dia sekarang. Karena aku sudah tidak pernah komunikasi dengannya lagi semenjak putus 5 tahun lalu.

"Pak, pesan bakso 1 porsi. Tidak pakai mie ya pak. Minumnya es teh manis," kataku kepada penjual bakso.

"Baik mbak,"

Aku memilih kursi dipojok menghadap ke taman. Tidak butuh waktu lama semangkuk bakso kerikil dan segelas es teh manis sudah terhidang didepanku. Aku segera menyantapnya.

"Pak, bakso komplit 3 porsi. Minumnya 2 es teh manis dan 1 es jeruk," terdengar suara seseorang memesan bakso. Aku menoleh ke arah suara itu. Sedikit kepo memang. Ada 3 orang laki-laki berseragam tentara.

Aku mengernyitkan dahi. Sepertinya aku kenal dengan salah satu tentara tersebut. Tapi aku tidak begitu yakin.

Deg...

Dia adalah Agung. Ya aku ingat sekarang. Teman Kak Adit yang pernah diajak double date dan beberapa kali pernah ketemu denganku.

Aku tertunduk. Berusaha untuk pura-pura tidak peduli dengan sekitar. Semoga Kak Adit tidak ikut juga karena aku ingat jika Kak Agung adalah teman dekatnya dan selalu bersama kemana-mana. Aku menyantap baksoku.

Rombongan pak tentara itu duduk tidak jauh dariku. Aku melirik dan sedikit lega karena tidak ada Kak Adit.

"Semoga Kak Agung lupa denganku," doaku dalam hati.

Sepertinya dugaanku salah. Salah satu tentara tersebut berdiri dan mendekatiku.

"Kalya," panggil Kak Agung.

Aku mendongak melihat wajahnya sambil sedikit terkejut padahal sebenarnya sudah tahu kehadiran Kak Agung dan dua orang temannya.

"Eh, Kakak. Kak Agung kan ya," kataku sambil pura-pura sedikit lupa.

"Apa kabar? Lama tidak jumpa. Tambah cantik ajah," kata Kak Agung sambil duduk dikursi didepanku.

Aku tersipu.

"Alhamdulillah baik, Kak. Kakak sendiri apa kabar,"

"Alhamdulillah baik juga dek."

"Gung, punya kenalan cewek cantik kok diem ajah. Kenalin donk," teriak salah satu tentara yang bersama Kak Agung.

"Sini, ku kenalin sekarang," balas Kak Agung.

2 tentara tersebut kemudian berdiri dan bergabung denganku. Kak Agung pindah duduk disampingku sedangkan mereka duduk didepanku dan Kak Agung.

"Kenalin ini Kalya. Kalya, ini Rendra dan Satria. Kalya ini mantannya Adit" jelas Kak Agung.

Aku bersalaman dengan Kak Rendra dan Kak Satria.

"Mantannya Adit toh. Kok dulu Adit gak pernah bilang punya pacar secantik ini," kata Kak Rendra.

Aku hanya tersenyum.

"Sekarang udah ada gantinya Adit atau masih sendiri?" tanya Kak Rendra.

"Kalau masih sendiri aku mau jadi gantinya Adit," kata Kak Rendra lagi. Sepertinya Kak Rendra hobi ceplas-ceplos.

Kak Agung menendang kaki Kak Rendra dibawah meja.

"Apaan sih, Gung. Orang lagi berusaha kok diganggu," omel Kak Rendra.

Aku hanya tersenyum. Bingung mau jawab gimana. Untung pesanan mereka segera datang.

Aku menyeruput minumanku karena baksoku sudah habis. Aku ingin beranjak dari dudukku dan segera pergi dari sini tapi Kak Agung menahan tanganku.

"Jangan pergi dulu. Kakak masih ingin ngobrol denganmu. Sebentar saja sampai jam istirahat Kakak habis."

"Iya, kenapa buru-buru," kata Kak Rendra.

Aku tersenyum sedikit dan kembali duduk. Kutunggu mereka sampai selesai makan.

"Dek, Kakak minta no telfonmu. Yang dulu tidak bisa dihubungi," kata Kak Agung.

"Yang dulu sudah tidak kupakai, Kak. Aku sudah ganti nomor," jelasku. Memang semenjak putus dengan Kak Adit aku langsung ganti nomor karena takut Kak Adit bisa menghubungiku dengan nomor lain karena nomornya sudah ku blokir.

"Tolong catat disini," kata Kak Agung lagi sambil mengangsurkan handphonenya padaku. Aku menulis no telfonku di handphone Kak Agung.

"Aku minta no telfon juga boleh gak?" tanya Kak Rendra yang langsung mendapat tonjokan pelan di bahu dari Kak Agung.

"Nanti minta Kak Agung ajah," kataku.

"Yaaah, mana mau ngasih. Padahal udah mau married masa masih mau deket-deket cewek lagi," kata Kak Rendra sedikit kecewa. Aku tersenyum geli.

"Kakak mau married?" tanyaku pada Kak Agung.

"Iya. 2 bulan lagi. Sama Kinan. Kamu masih ingat dia kan. Dulu pernah jalan bareng," kata Kak Adit.

Aku mengangguk.

"Selamat ya, Kak, moga langgeng," kataku.

"Adek dateng ya. Undangannya nanti Kakak kirim via WA atau bbm. Nanti kirim pin bbm adek,"

"Insya Allah, Kak."

"Ya dah. Jam istirahat Kakak bentar lagi habis. Nanti kakak hubungi adek ajah. Sampai ketemu lagi. Mau nitip salam buat Adit tidak?" tanya Kak Agung.

Aku hanya menggelengkan kepala.

"Bakso sama minumnya biar Kakak ajah yang bayar," kata Kak Agung sambil beranjak pergi membayar semua makanan.

"Terima kasih, Kak," kataku sambil ikut berdiri dan beranjak pergi setelah pamitan dengan kedua teman Kak Agung.

Aku segera memacu mobilku ke arah Yogyakarta. Rencanaku mengelilingi Magelang dan singgah ke beberapa tempat gagal sudah. Aku ingin segera sampai rumah dan beristirahat. Pertemuan yang tidak disengaja dengan Kak Agung membuat luka dihatiku sedikit terbuka.

Tapi kok tadi Kak Agung tidak bersama Kak Adit ya?

Cintaku Kepentok Abdi NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang