6. Help me, Nathan

44.5K 1.3K 50
                                    

Seminggu telah berlalu. Nathan mencoba beberapa kali menghubungi Helena ditengah kesibukkannya meski tanpa jawaban. Nathan memang belum sempat kerumah Helena karena pekerjaannya, ia pun hanya bisa menelpon di sela kegiatannya walau tanpa hasil.

Helena menikmati kesendiriannya saat ini, ia sangat bersyukur ketiga temannya sedang pergi berlibur, mereka memang mengajaknya tapi ia beralasan banyak tugas dan deadline.. Keyzi lah yang memiliki voucher berlibur gratis yang diberi tenggang waktu. Mereka pun berlibur dadakan tanpa bisa memaksa Helena.

"Ya?? Iya, aku baik-baik saja. Hanya banyak tugas. Jangan menggodaku, kalian hanya membuang-buang waktu kalian. Oke, bersenang-senanglah.." Helena memutuskan panggilan di ponselnya. Ia sedang duduk di salah satu bangku taman dekat kelas nya nanti. Ini masih jam istirahat, tapi Helena tidak berminat mencari makan. Seminggu ini, Helena lebih sering diam bahkan cenderung menghindar dari Gordon dan Patricia.
Berangkat di pagi buta dan pulang saat menjelang tidur alias jam 10 malam.

Patricia menjadi khawatir dan juga merasa bersalah. Ia tidak menyangka jika perkataannya berdampak buruk bagi hubungannya dengan Helena.

Patricia hanya bisa memberitahu hal ini saat 2 hari lalu Nathan menelponnya. Patty tahu Nathan sibuk karena pekerjaannya jadi ia tidak ingin mengadukan hal ini, tapi akhirnya ia memberitahukan apa yang terjadi pada Helena saat pria itu menelponnya. Nathan pun hanya menenangkan Patricia bahwa Helena hanya butuh waktu.

"Hai.."

Helena mendongak kaget saat mengetahui suara orang yang tidak ingin ditemuinya kembali terdengar. It mean He is here...!

Helena bangkit berdiri, mengambil bukunya dan berniat menjauh pergi.

Nathan yang melihat reaksi Helena pun merasa emosi. Ia menarik Helena dan membawanya ke mobilnya, untung saja taman itu sepi karena mahasiswa disana sudah mulai memasuki kelas mereka masing-masing.

Helena yang sedang marah pun hanya bisa mengikuti Nathan dalam diam.
Sepanjang perjalanan pun, ia hanya diam begitu juga Nathan yang fokus pada jalanan ramai di Jakarta.

Helena mengeluarkan ponselnya dan berniat menelpon salah satu temannya yang jadwal mata kuliahnya sama dengannya hari ini.

"Halo, Ndre.. Iya, maaf aku tidak bisa ikut kelas sekarang. Benarkah?? Oh, terima kasih ya Andre.. Nanti aku akan ke apartmentmu. Ya, sedikit.. Hhmmm.. Bukan siapa-siapa. Baiklah.. See you.." Helena memasukan ponselnya kedalam tasnya kembali dan memilih untuk fokus ke pinggir jalan, melihat keluar jendela.

Tak disadari Helena jika Nathan sudah mencengkram kemudi dengan kuat dan rahang yang mengeras. Seminggu ia menerima tolakan panggilan dari Helena, tapi dengan mudahnya ia menelpon seorang pria di depannya dan apa katanya tadi??? Ke apartment?? Helena ke apartment seorang lelaki? Yang benar saja! Nathan tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Nathan menepikan mobilnya. Helena pun diam saja walau ia bingung kenapa Nathan berhenti.

Hening cukup lama, Helena pun menoleh ke arah Nathan dan melihat Nathan yang terlihat menahan keras emosinya dengan tangan yang mencengkram stir mobil kuat-kuat.

"Ada apa denganmu??" Helena pun bersuara.

Nathan menoleh kearah Helena.
"Ada apa??? Kau tanya aku, ada apa??"

Helena mengkerutkan dahinya tidak mengerti. Memang ia bertanya apa barusan??

"Harusnya aku yang bertanya ada apa denganmu, Helen? Kenapa kau pergi pagi dan pulang malam? Kenapa kau sering melewatkan jam makan siang dan malammu? Kenapa kau menghindari Mom and Dad??"

Helena terkejut dengan pertanyaan Nathan. Jadi, Nathan memperhatikannya?
Entah kenapa, Helena diliputi rasa bersalah saat menatap wajah Nathan yang frustasi. Memang ia kecewa, tapi kenapa ia jadi seperti ini? Tapi, Helena hanya butuh waktu dan tidak sampai hati melakukan semua ini. Ia hanya kecewa dan lebih memilih menyendiri dari pada membahasnya. Sifat alami.

He is My Husband (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang