25. Damn, Max!! 2

49.2K 1.2K 7
                                    

Helena membuka matanya dan mendapati pria yang sangat ia rindukan tertidur di kursi sebelah ranjangnya dengan kepala yang berada di atas kasur dan tangan yang menggenggam jemarinya.
Helena bingung akan semua perasaan yang berkecamuk saat ia melihat pria itu.
Hatinya begitu ingin memeluknya sementara pikirannya selalu ingin membencinya, dengan kata lain, nyatanya ia masih sangat mencintai pria itu dari dulu hingga sekarang.

Helena mengangkat tangan kirinya yang terinfus dan mencoba untuk menyentuh kepala dan helaian rambut suami yang begitu ia sayangi.

Sekelebat bayangan kenangan indah mereka berjalan dimemori kepalanya, lalu berganti dengan moment menyakitkan dimana ia harus menerima kenyataan jika bayi yang ia kandung harus keguguran.

Setitik airmatapun jatuh dari matanya, Helena menatap ke arah langit-langit rumah sakit. Ia mencoba menjernihkan pikirannya sesaat sambil memejamkan matanya.

Dengan mata yang masih terpejam, Helena menyadari sesuatu. Ia tahu, jika kejadian ini bukan sepenuhnya kesalahan pria itu. Inipun akibat kelalaiannya dalam menjaga calon buah hatinya, dirinya sendirilah yang membuat kandungannya kelelahan karena ia bekerja terlalu berat. Sehingga, disaat ia sedang drop, dirinya tidak sanggup lagi mengontrol emosi dan pikirannya yang berdampak pada kandungannya.

Jadi, apa yang harus aku lakukan?, batin Helena sambil kembali menatap pria yang masih tertidur itu.

Pintu ruangan terbuka dan Harry masuk dengan sekantung sarapan untuk dirinya sendiri dan Nathan.

Helena mendongak dan tersenyum kecil pada Harry.

"Hai, kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?" Tanya Harry mendekat sambil memencet tombol pemanggil dokter yang terdapat di atas kepala Helena.

"Better. Aku hanya merasa sedikit pusing dan pegal karena tanganku tidak bisa bergerak."

Harry membangunkan Nathan begitu dokter datang dan hendak memeriksa Helena.

"Sayang.. Kau sudah bangun? Apa yang kau rasakan? Apa ada yang sakit? Katakan, Helen. Yang mana?" Nathan yang baru saja terbangun, langsung mencoba memeriksa tubuh Helena dan bertanya semampunya.

Helena melihat wajah kekhawatiran Nathan, sebersit rasa senang dan tenang ia rasakan. Namun, Helena hanya memasang wajah datarnya tanpa menjawab Nathan sama sekali.

"Sudahlah, biarkan dokter yang memeriksanya." Ucap Harry sambil menarik Nathan kebelakang membiarkan dokter memeriksa Helena, karena ia juga bingung melihat reaksi Helena yang terkesan acuh tak acuh pada Nathan.

Setelah menyatakan bahwa Helena baik-baik saja dan tak ada cidera serius, Harry menghembuskan napasnya lega karena tidak ada hal buruk yang terjadi pada Helena begitu pula Nathan yang sangat bersyukur akan penjelasan tersebut. Sang dokter pun pamit keluar ruangan setelah memberi beberapa vitamin karena Helena sudah diperbolehkan pulang saat kondisi wanita itu sudah pulih dan kuat.

"Helen, kau mau sarapan?" Tanya Harry sambil menggenggam tangan Helena. Wanita itupun mengangguk tersenyum.

"Biar aku saja." Sela Nathan pada Harry yang sedang menyiapkan sarapan khusus untuk Helena. Harry pun mengalah dan membiarkan Nathan mengambil alih tugasnya karena ia tahu jika Nathan sedang melakukan aksinya untuk memperbaiki hubungan mereka.

"Oke, aku lupa jika aku ada sedikit urusan. Aku akan kembali nanti siang. Bye, Helena, Nathan." Harry pun pamit keluar, sekalian memberi pasangan itu ruang privasi.

Helena hanya menghembuskan napasnya kasar. Ia tidak tahu harus bagaimana, apa ia membenci pria tersebut?
Nyatanya, tidak.
Apa ia juga merasa takut?
Sedikit.
Apa ia masih tetap percaya pada pria didepannya ini?
Entahlah, mungkin Helena masih memerlukan waktu.

He is My Husband (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang