5. Upset

47.6K 1.3K 10
                                    

"Apa kau yakin dengan keputusan ini, Sayang? Pertama kali kau melihatnya saja kau langsung pergi meninggalkan kami." Patricia menaruh majalah yang sedang ia baca ke meja. Saat ini mereka sedang ada diruang keluarga.
Helena menaruh buku kuliahnya di pangkuannya dengan segelas jus jeruk ditangan kanannya lalu meneguknya.

"Jangan dipaksakan, Sayang. Kau tahu, Dad akan menyesali diri Dad sendiri karena merasa gagal untuk membuatmu bahagia." Ucap Gordon yang baru saja datang dari arah ruang makan.

"Mom, Dad. Aku sudah memutuskannya, lagipula bukankah kalian yang memohon padaku untuk menikah dengannya agar perusahaan Dad tidak bangkrut?"

Gordon dan Patricia menjadi semakin bingung akan sikap putri mereka itu, terakhir kali mengucapkan itu, Helena sangat terpukul tapi kali ini, putri mereka seakan bahagia dengan perjodohan paksa itu.

"Dad akan mencoba untuk menghandle nya. " Potong Dad.

Helena menggeleng. "Benar kata Dad, Karyawan Dad membutuhkan biaya juga. Mereka juga akan sama terpukulnya jika berhenti mendadak dari pekerjaannya. "

"Kau tidak perlu memaksa." Ucap Patricia.

"No.. I never force my self to do something that i do not like.." Ucap Helena yakin sambil menaruh gelas jus sarapannya ke meja.

"Are you okay, sweetheart?"

"Sure.. I more than okay.. Something's wrong?" Tanya balik Helena pada Patricia.

Patricia tergugu mendengar pertanyaan putrinya.

"Baiklah, jika kau bisa menerima. Aku hanya tidak ingin kau menyesal." Ucap Gordon setelah hening sekian lama.

"Okay... Aku yakin dengan pilihanku. Aku sudah memikirkannya beberapa hari terakhir. Aku pergi Mom, Dad. See you.." Helena bangkit sambil membawa buku-bukunya dan merangkul tasnya.

"Mari, Non. Saya antar kesekolah." Ucap Pak Udin, sopir pribadi keluarga Lambert sambil membuka pintu mobilnya.

Helena menggeleng. "Tidak perlu, Pak. Aku akan naik bus saja. Jam kuliahku masih 2 jam lagi. "

"Baiklah, Non. Jika ingin dijemput, Nona bisa telpon saya. Hati-hati dijalan."

Helena mengangkat tangan kanannya didepan kening layaknya hormat pada bendera.
"Oke. Terima kasih, Pak Udin."

Pak Udin hanya bisa menggeleng kepalanya sambil tersenyum melihat tingkah anak majikannya itu, sungguh berbeda dengan Kakak Lelaki nya.. Ya, Helena memiliki seorang Kakak Lelaki yang sedang berkuliah di Berlin,Germany dan belum pernah pulang ke Indonesia karena sibuknya dunia perkuliahan disana. Namanya Sean, dia lebih cenderung dingin dan pendiam tapi baik hati. Hanya saja Sean lebih jarang menunjukan rasa bahagianya kecuali pada keluarganya. Itu pun hanya Helena,Patricia dan Gordon. Walau begitu, Sean sangat terlihat cool dan tegas membuat semua orang akan menyukainya dalam sekali tatapan. Memang keluarga Lambert adalah keluarga dengan Gen rupawan yang luar biasa.

------
Helena memasang earphone di telinganya setelah menemukan kursi yang pas di bus untuk mengantarnya ke Kampus. Hari ini ia ada 3 mata kuliah. Satu di jam 10 pagi, yang kedua di jam 1 siang dan terakhir praktek di jam 4.

Selama seminggu ia mengambil libur, membuat tugasnya menumpuk, Helena memutuskan untuk mencuri waktu agar bisa menyelesaikan tugas susulannya.

1 jam kemudian, ia sampai didepan kampusnya, Helena melangkahkan kaki menuju perpustakaan dengan terburu-buru. Ia tidak ingin membuang waktu yang ada jika ingin tugasnya cepat selesai.

Helena menyampirkan tasnya ke pundaknya dan mencoba merapikan buku-buku tebal di dekapannya.

"Wow.. Wow.. Woww..!!! " Helena hampir saja menjatuhkan buku-bukunya, tiba-tiba seseorang menahannya dan membantunya..

He is My Husband (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang