"Kau terlihat cantik dengan gaun itu, sayang. Untuk apalagi kau berlama-lama di depan cermin?"
Helena mendengus kesal mendengar ucapan ibunya itu. Tentu saja bukan karena gaunnya, tapi pikirannya saat ini dipenuhi dengan bagaimana tampang wajah calonnya itu.
Untuk apa ia berdandan secantik ini?
Helena melihat gaun biru pendeknya, turun ke highheels berwarna putih bertalinya.
Rambut coklat nya ia biarkan tergerai dengan sedikit gelombang dan wajah yang di make up tipis.Walau dirinya memang terbiasa dengan dandanan seperti ini, tapi apa harus begini jika hanya akan makan siang bersama?
Rasanya, ia ingin berdandan sejelek mungkin agar rencana pernikahan ini tidak berlanjut."Jangan berani untuk menghancurkan semuanya, Helen.."
Helena tersentak kaget dan mengalihkan pandangan dari cermin kepada ibunya yang terlihat merapikan beberapa kotak make up nya.
"Da-dari mana.. Maksudku, eehh.." Helena tergagap, jika ia bertanya maka itu artinya ia mengakui dirinya jika ia berpikir untuk membatalkannya. Maka Helena hanya memutar-mutar jarinya memikirkan apa kata yang tepat.
"Sudahlah. Ibu bahkan bisa melihatnya dari senyuman devilmu tadi saat kau bercermin. Tak perlu mengelak. Dan ibu ingatkan, jangan memalukan orangtuamu, Helen." Potong Patricia.
Helena meringis dan melirik dirinya kembali melalui cermin. "Baiklah bu.."
"Be a good girl dan jangan mengacau.."
Patricia menepuk pipi Helena dengan sayang sebelum meninggalkan kamar Helena.Helena tersenyum pahit dan menghembuskan napas nya sekasar mungkin. Ia beralih ke lemari untuk menyiapkan tas yang akan ia pakai dan mulai merapihkan barang apa yang akan ia bawa kedalam tas biru tua itu.
Helena keluar dari mobil diikuti oleh ibu dan ayahnya yang memarkir mobil didepan sebuah restoran kelas atas. Helena tidak terlalu mengaguminya karena ia tahu tujuannya kesini untuk apa. Lain hal jika ia ke restoran mewah dan cantik ini untuk berkencan, maka dengan senang hati Helena akan menjabarkan bentuk restoran ini sampai kesudut ruangan sekalipun.
Gordon dan Patricia mendahului Helena, karena putri mereka tentu tidak mengetahui bagaimana rupa teman bisnisnya itu.
"Selamat siang, Tuan Martin."
Helena mengangkat kepalanya saat mendengar ayahnya menyebut nama itu, Helena melihat pria paruh umur duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja dan beberapa pria bersetelan hitam dibelakangnya.
Martin tersenyum dan membalas jabatan tangan Gordon, mereka duduk diikuti Helena yang duduk di samping ibunya.
"Jadi, ini calon menantuku?" Ucap Martin setelah memastikan keluarga dihadapannya duduk yang sontak membuat Helena terkejut.
Gordon pun mengiyakan dan melanjutkan obrolan bisnis dengan Martin yang sialnya ibunya ikut dalam bahan obrolan tidak penting itu membuat Helena hanya duduk kaku dengan sesekali memperhatikan seluruh ruangan.
"Maaf, boleh saya ke toilet sebentar?" Suara Helena membuat 3 orang dimeja itu menengok.
Martin pun tersenyum. "Tentu saja, ms.lambert. Saya akan minta salah satu bodyguard untuk menema-..."
"Eh.. Tidak. Sama sekali tidak perlu. Saya hanya sebentar. Lagipula tidak terlalu jauh dari sini. Itu terlalu berlebihan." Potong Helena dengan tidak enak. Ia tidak biasa dijaga ketat, apalagi ke toilet.. Hell !!!
"Baiklah.."
Helena pun bangkit menuju toilet yang terletak di bagian belakang sudut restaurant sambil menenteng tas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is My Husband (Completed)
Romance18+ NO PLAGIAT, PLEASE !!!! Kisah Helena dan Nathan yang bertemu kembali setelah Nathan meninggalkan Helena yang adalah kekasihnya dahulu. Akankah cinta lama mereka membuat mereka bertahan selamanya dalam sebuah pernikahan yang mendadak? //Maaf kal...