dua puluh delapan

75 9 3
                                    

Demi di buat kaget dengan kedatangan dua adik kakak di rumahnya. Ia tidak pernah menyangka bahwa mayang dan naz akan datang ke rumahnya malam ini. Padahal mereka juga tidak menjanjikan untuk datang, namun alasan apakah yang sampai membuat dua gadis itu datang kesini. Mungkin soal naz, demi masih bisa mengerti. Gadis itu adalah pacar pamannya, namun berbeda dengan mayang. Kenyataan ini sampai membuatnya beberapa kali menggaruk-garuk matanya untuk mencari khayalan tinggi yang singgap di pandangannya ini. Ia bukan tidak senang dengan kedatangan mayang, justru kesenanganya ini sangat begitu besar sampai ia menjadi gugup untuk sekadar mengatakan hai ataupun sambutan. Ini benar-benar tidak dapat di sangka.

Apalagi di tambah pandangan kedua orang paruh baya yang tak hentinya tersenyum menggoda cucuk yang paling di sayanginya ini jadi salah tingkah dan banyak diam ketika ada gadis yang di sukainya.

Walaupun demi tidak pernah bercerita tentang gebetanya kepada Oma dan Opa nya ini. Namun kedua orang tua itu sudah mengetahui dari anaknya, siapa lagi kalau bukan romi mereka juga awalnya tidak menyangka bahwa anak dan cucunya ini bisa mencintai dua orang gadis yang satu darah sekalipun. Namun namanya juga cinta, tidak ada seorang pun yang bisa menyanggah perasaan tersebut.

"Udah lihatinya?" oma yang menyadari perbedaan sikap cucuknya pun, mulai membuka suara dan memecah lamunan sejenak demi.

"Iya dih, gak kicep-kicep lo lihatin adik ipar gue." sewot romi melempar tissue bekas ingusnya kepada demi yang langsung di balas naz di sampingnya dengan cubitan.

"Jorok! Gak sopan lemparin tissue bekas ingus ke adik ipar aku." mendengar pembelaan seperti itu membuat demi hanya terkekeh puas. Apalagi sekarang romi hanya tertunduk diam mendapatnya.

Namun beda dari demi, mayang yang merasa kurang enak dengan ucapan kakaknya langsung menyiku lengan naz dari samping. "Apaan sih kak." desis mayang membisik. Apalagi Oma dan opa nya demi tak henti menatapnya dengan inten.

"Kenapa emangnya? Demi kan emang adik ipar gue Dek." sahut naz tersenyum sumringah melihat adiknya yang mati kuku seperti ini. Dia juga tahu, pengaruhnya pasti karena ada orang tua romi. Soalnya mayang memang tidak sering kesini, sekalinya pun kesini dia jarang bertemu dengan kedua orang tua itu.

"Yaudah ah sekarang kita ke ruang makan aja, Oma udah nyiapin makanan disana. Yuk." ajak Oma kepada anak remaja yang langsung di balas anggukan mengerti oleh mereka semua.

"Kamu jangan malu-malu gitu ya, harus kayak kakak mu ini." Opa yang sedari tadi hanya terdiam pun ikut bersuara. Ia menyarankan pada mayang agar tidak terlalu canggung dan bersikap biasa saja.

"Jadi aku malu-maluin ya Pah?" sahut naz yang merasa tersindir dengan ucapan ayah mertua nya itu.

"Enggak kok, kamu cantik." timpal Opa yang kemudian hanya di balas tawa dari orang-orang disana.

B a p e r ?

"Dem, makasih ya." ungkap mayang setelah beberapa menit ke belakang hanya saling berdiam bersama pria itu.

Mereka berdua kini tengah duduk di atas ayunan taman yang tak jauh dari rumahnya demi. Di temani dengan lampu-lampu malam yang tak terlalu terang, keduanya seakan nyaman saling berdiam diri disana.

"Sebenarnya, gue masih bingung kok lo bisa ada disini sih sama kakak lo? Ya lebih tepatnya gue cuma penasaran sama lo doang ." sahut demi tak dulu menjawab ucapan terimakasih dari mayang yang dirinya sendiripun belum tau atas dasar apa.

"Kak naz di undang sama orang tua kak romi buat makan malam. Dan gue ikut kesini, atas kemauan gue aja. Soalnya ada sesuatu yang mau gue kasih sama lo." jelas mayang tak luput tersenyum kepada demi. Membuat demi pun susah bernapas saja, senyuman mayang pasti akan membuatnya insomnia nanti.

Baper? #Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang