enam belas

100 10 9
                                    

"Berdiri lo!" bentak mayang setelah dirinya tiba di depan meja tempat rio duduk bersama kawan-kawan kelasnya di kantin. Wajah gadis itu terlihat begitu marah. jika kalian yang melihat sendiri mungkin kalian tidak akan berani menatap matanya.

Rio yang mendapat titahan itu justru malah tak peduli, ia tetap dengan santainya memakan makanannya sembari mengobrol ria dengan temannya yang lain.

"Gue bilang berdiri!" kini mayang berkata di barengi dengan gebrakan keras pada meja tempat rio cs itu yang membuat seisi kantin menoleh ke arahnya.

Rio berdecih kesal dengan malas ia pun mendongak memperlihatkan wajah angkuhnya pada mayang. "Apa?" tanyanya terdengar lirih.

"Gue bilang berdiri!"

Rio pun akhirnya mengikuti saja, dengan rasa malasnya ia berdiri dan menghadap gadis yang sudah beberapa kali menyentaknya itu. "Mau lo apa?"

Plakkkk

Seisi kantin yang masih melihat kejadin tersebut begitu di buat kaget dengan tamparan tiba-tiba dari tangan mayang untuk rio. Banyak yang menjerit histeris, apalagi yang masih duduk di kelas sepuluh. Mungkin mereka tidak menyangka punya kakak kelas cewek yang begitu berani.

"SETAN LO!" pekik rio emosi. Tangannya tengah aktif mengelus pipi kanan bekas tamparan dari mayang yang memang begitu keras dan tajam, bahkan harus di akui effectnya membuat pipi pria itu terasa perih.

"LO YANG SETAN!" balas mayang tak kalah emosinya. Wajahnya begitu memerah dengan mata yang menunjukan bahwa ia benar-benar tidak sedang bercanda saat ini. Bahkan kawanan rio yang melihat jelas pun sampai bergidik ngeri melihat nyali mayang yang begitu berani."LO PIKIR LO SIAPA SEENAKNYA NYAKITIN SAHABAT GUE? GUE GAK AKAN TINGGAL DIAM YAH LIAT MIMI TERUS LO SAKITIN!"

Mayang begitu tak bisa lagi menahan emosinya, bahkan tangannya terus menerus mendorong dada bidang rio yang membuat pria itu terpaksa memundur.

"Lo itu udah gak waras! Ngapain lo macarin mimi kalau nyatanya lo malah bikin mimi menderita. Dia sahabat gue dan gue gak akan tinggal diam!"

"Lo yang siapa sok ngatur-ngatur gue anjing!" tangan rio terangkat untuk menampar balik mayang, namun sayangnya sudah ada tangan lain yang menghalangi dan malah mencengkram tangan pria itu kuat.

"Lo jadi cowok jangan pengecut beraninya sama cewek!" kata pria itu yang ternyata adalah demi. Satu tonjokan pun ia lemparkan pada rio yang membuat pria angkuh itu tumbang.

"Lo gapapa kak?"

Mayang tidak menanggapi pertanyaan demi. matanya tetap fokus melihat keadaan rio yang kini sudah bangkit dan tertawa kecil. "Ini pacar lo? Gue kira cewek kaya lo gak laku. Tapi masih ada ya yang mau, yaa tapi cocok sih sama-sama suka ikut campur urusan orang." sungut rio berujar yang sudah di pasti ia tunjukan kepada mayang.

"Jauhin sahabat gue atau lo..."

Belum sempat mayang mengakhiri perkataanya, tangan rio sudah lebih dulu mendorongnya keras yang membuat mayang langsung tumbang seperti yang rio alami sebelumnya. "Atau apa hah?!"

"Bangsat lo!" pekik demi ikut emosi. Ia benar-benar tidak terima melihat gadis yang ia sukai terluka oleh tangan pria yang bahkan tak layak di akui sebagai keturunan adam. Jika memang pantas kenapa dia berani berbuat seperti ini pada kaum yang lebih lemah

"Apa?" sahut rio menantang yang seolah menunggu tonjokan berikutnya dari tangan demi.

Demi sangat ingin sekali menonjokan tangannya pada wajah rio bahkan sampai bertubi-tubi sekalipun. Namun hatinya seolah menolak dan lebih memilih membantu mayang yang masih terduduk di atas lantai.

Baper? #Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang