lima

185 17 2
                                    

"Lo pulang sama siapa?"

Pertanyaan tiba-tiba dari naz membuat mayang yang baru masuk ke dalam rumah tersentak kaget. Apalagi di tambah nada bicara naz yang seperti seorang polisi menyelidiki maling.

"Maksud Teteh?" tanya balik mayang berlagak tak tahu.

Naz mengamati wajah mayang yang tampak salah tingkah, tak lupa dengan berkacak pinggang yang menambah image galak dalam dirinya."gak usah pura-pura, emang gue gak lihat apa lo pulang di antar cowok? Siapa?"

Mayang membuang napas kasar, selalu saja kakaknya ini tahu apa yang dia lakukan. "Gak tahu, pake helmet dia." jawab mayang yang langsung melangkah tanpa peduli tatapan tajam kakaknya itu.

"Lo kalo oon kurangin dikit Dek, masa iya lo gak tahu cowok yang anterin lo pulang." sahut naz mengekor jalan adik satu-satunya itu.

"Apaan sih kak? Lo kepo banget ngurusin urusan gue." timpal mayang yang langsung menghempaskan bokongnya pada sofa setelah melepas sepatu dan melempar tas sekolahnya asal.

Naz ikut terduduk di samping mayang, matanya tak henti menatap wajah mayang yang sudah kesal setiap pulang sekolah di intograsi seperti ini. "Gue cuma khawatir sama lo, tahu lah gimana pergaulan di jakarta. Sekarang jamannya anak muda udah beranak, gue gak mau itu terjadi sama lo Dek."

Mayang memutar bola matanya malas, dan selalu seperti ini lah jawaban kakaknya jika ia berusaha meminta agar naz tidak ikut campur urusanya ini."ya alloh kak, gue masih punya iman. Gue gak akan khilaf soal itu."

"Dek, bahkan nabi sulaiman aja yang iman nya gak di ragukan lagi. Gak tahan waktu di goda cewek, apalagi lo. Gimana kalau misalnya itu cowok grepe-grepe lo." timpal naz membahas kisah nabi sulaiman yang pernah di goda istrinya seorang raja. Dan dialah naz, seorang kakak yang akan sangat over protektif jika menyangkut tentang adiknya yang sedang dekat dengan seorang pria. Kecuali kepada julian ex-boyfriend dari adik kesayanganya itu.

"Lo ngaco deh Teh, gue gak ada apa-apa sama tuh cowok. Lagian dia adek kelas gue."

Naz terdiam sejenak, tanganya terangkat mengelus rambut kecoklatan milik adiknya."adik kelas lo Dek?" mayang mengangguk malas. "Ganteng gak? Kalau tampangnya setara atau lebih ganteng dari Julian. Teteh setuju deh, dari pada kamu ngejomblo mulu."

"Ya alloh Teteh, jangan bahas Julian bisa gak? Gak Mimi, teteh juga sama aja. Gimana gue bisa lupain dia kalau Teteh terus aja nyebut nama cowok itu di depan gue." mayang menepis tangan kakaknya dengan kesal, selama perjalanan pulang dia sudah berusaha untuk melupakan mantan pacarnya itu. Dan setelah dia sedikit berhasil lupa, kakaknya malah dengan tanpa dosanya membawa-bawa namanya lagi.

"Dek, gue kan cuma nanya. Lagi pula apa salahnya sih bahas Julian. Gitu-gitu kan dia udah pernah bahagia-in kamu ya..."

"Walau akhirnya nyakitin juga." sela mayang memotong ucapan naz yang menggantung."udah deh ya, gue lagi gak mau bahas tentang Julian Titik!" lanjutnya penuh penekanan.

Naz yang melihat adiknya semakin kesal malah tambah gemas untuk menggodanya, walaupun dia sangat sayang kepada mayang tetap saja kodratnya adik kakak apalagi yang cuma berpaut dua tahun akan selalu saja terdapat perdebatan kecil bahkan Sampai perkelahian. "Cieee curhat." katanya tersenyum geli.

Mayang tak menanggapi, ia malah mengambil remote dan memindah-mindahkan chanel TV yang sedari tadi menyala.

"Jadi gimana ganteng gak Dek?"

"Biasa aja."

"Ah masa? Katanya tipe cowok lo yang ganteng-ganteng kaya Oppa korea. Sekarang udah rubah jadi yang jelek ya?"

Baper? #Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang