Chanyeol rasanya sudah gatal ingin beranjak dari rumahnya. Tak penting hari Minggu atau apa, ia hanya akan di rumah pada malam hari dan berangkat lagi pada paginya layaknya pekerja kantoran. Hari ini rencananya ia akan hang out dengan teman-temannya, lalu kencan dengan pacarnya yang jumlahnya lusinan itu kemudian membeli gitar akustik baru. Namun, rencana tinggal rencana. Ayahnya bilang ia harus menjadi anak rumahan sampai ayahnya datang dengan membawa keluarga baru. Tak heran sih, ayahnya baru menikah beberapa hari yang lalu.
Pemuda yang kelebihan tinggi badan diusianya yang baru akan menginjak sembilan belas itu menaikkan bantal yang agak melorot dari lengan sofa. Ia tak biasa tidur siang, jadinya matanya terasa panas saat dipejamkan.
Ia mengacak rambutnya dan menggeram frustasi. Rasanya bagai setan yang dibacakan mantra saja kalau dirinya hanya berdiam tanpa melakukan apa-apa. Ia hampir akan membanting meja disampingnya jika suara bel dari depan pintu tak berbunyi.
Chanyeol membuka pintu dan tersenyum kepada dua anggota keluarga barunya, lain pada ayahnya, senyum masam rasanya lebih pantas ia beri pada orang itu.
"Aku tak menyangka kau akan sekacau ini." Ayahnya terkekeh sambil mengacak rambutnya yang sudah berantakan. "Untungnya rumah masih aman dari amukanmu," ucap ayahnya lagi sambil berlalu bersama sang istri baru yang tersenyum ramah kearahnya. "Ngobrol-ngobrolnya pas makan malam saja," sambung ayahnya tanpa menoleh.
Kini tinggal adik barunya -ia lebih senang memanggil dengan sebutan adik baru ketimbang adik tiri- yang kalau tak salah bernama Oh Sehun. Ia tak pernah bertemu orang ini sebelumnya lantaran saat orang tuanya menikah, Chanyeol tak bisa hadir karena mengikuti final pertandingan basket. Lagipula Chanyeol tak cocok dengan acara yang menurutnya kaku seperti itu. Kalau dengan ibu barunya, Chanyeol pernah melihat fotonya di handphone sang ayah. Mungkin ayahnya pernah membawa orang itu ke rumah, tapi ingat 'kan? Chanyeol hanya akan pulang pada saat malam tak perduli hari libur sekalipun, kecuali saat ia sakit sebagai tambahannya.
Kembali pada pemuda yang bagai manekin di depannya. Bukan, Chanyeol bukan ingin mendeskripsikan betapa tampannya orang itu, hanya saja wajah flat-nya itu lho, seperti patung saja.
Tangan putih itu menjulur kearahnya, beberapa saat kemudian ia merasakan telinganya ditarik-tarik.
"Telinga ini asli?"
What the-
Tidak-tidak, ayahnya tak memperbolehkannya berkata tak sopan. Walau suka keluyuran begini, perkataan ayahnya selalu ia taati.
Chanyeol mengepalkan tangan dan menggigit-gigitnya begitu melihat adik barunya berlari sebelum beberapa saat lalu sempat memamerkan senyum menjengkelkan kearahnya. Rasanya rencana Chanyeol hari ini harus terlaksana sebagai pelampiasan untuk menenangkan isi kepalanya yang serasa mendidih. Salah apa ia hingga dikaruniakan adik baru sejenis itu.
Eh, tapi kalau bicara tentang salahnya, banyak sih. Mungkin Tuhan mengirim ujian dalam bentuk bocah setan itu agar segala dosanya diampuni.
#
Testing cerita baru -yang sebenarnya sudah dibuat berabad-abad yang lalu-
:VCerita buat para exo-l yang haus akan epep brothership. Susah kan yak nyari epep brothership? *Pengalamanku iki :"
Wes lah, ini kalau gaada yang baca berarti aing kayak wong sedeng. Jadi baca yak :"
Sampai jumpa di chapter atu,
Pai Pai
-Rim-
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother [Chanhun Brothership Story]
Fanfiction[11-8-2018 s.d 26-3-2020] Chanyeol mendapat adik tiri yang merepotkan. Bahkan sejak interaksi pertama, ia tanpa ragu menjuluki anak itu 'Bocah Setan'. . . . This is brothership and friendship story. Not yaoi. Cerita ori dari otak sendiri :v