Babak Semi Final
Sehun duduk di deretan paling atas. Sekarang quarter ke tiga sudah di mulai dan Sehun tak melihat Chanyeol di lapangan.
Sehun terlambat datang, salahkan saja gurunya yang seenaknya merubah jadwal menjadi pagi hari. Well, itu tak penting. Sekarang masalahnya di mana Chanyeol?
Ia masih menyusuri sekitaran sampai tangan seseorang menariknya.
"Si Yoda cedera gara-gara Mino."
Kyungsoo duduk di samping Sehun dengan tatapan yang seperti biasa, datar. "Dia sedang istirahat, sepertinya tertidur. Tunggu pertandingan selesai baru kita antar dia pulang."
Sehun mengangguk dan kembali melihat permainan yang mungkin mulai sengit, tertebak dari teriakkan penonton.
Permainan Mino semakin baik dan Sehun mengagumi itu, jika saja dia bermain dengan jujur. Bukan hanya mencetak banyak poin, dia juga mempunyai banyak cara menghentikan pergerakan lawan, kecuali Luhan, permainan teman kakaknya itu sungguh mengesankan. Ia bergerak dengan cepat mengecoh lawan, mengoper bola kepada Tao dari jarak yang jauh, yang membuat poin mereka bertambah tiga.
Permainan selesai kurang lebih tiga puluh menit kemudian, dengan poin 97 - 91 untuk kemenangan tim yang masih di pimpin Kris.
Langkah mereka melambat saat akan menjenguk Chanyeol di ruang kesehatan, sedikit menatap ke arah Kris yang 'menceramahi' Mino.
"Kuharap kau bisa mengikuti final satu minggu lagi."
Chanyeol membulatkan bibirnya, "waw, mereka hebat."
"Selisihnya tak sejauh saat kau ikut bertanding."
Chanyeol tertawa, "tenang saja. Aku bersyukur cedera macam ini cuma perlu sekitar tiga hari untuk sembuh." Ia menatap Sehun yang terus melihat kakinya yang terkilir. "Santai saja wajahmu bocah."
"Bukan begitu, hanya saja, bagaimana membawa badan besarmu ini ke rumah, hyung?"
Sehun menghindar saat setangkai bunga plastik dari vas akan melayang kearahnya, berbarengan dengan datangnya Luhan dan kawan-kawan yang untungnya terlihat sudah tidak berkeringat. Sehun bersyukur tidak jadi membopong si kakak besarnya ini berdua dengan Kyungsoo yang bahkan tidak lebih tinggi darinya.
***
Chanyeol duduk di kursi balkon kamarnya dengan di papah Sehun yang terlihat ngos-ngosan di sampingnya. Matahari siang ini hangat, di tambah angin dingin yang sesekali membuat tubuhnya merinding. Jangan-jangan ada makhluk halus.
"Jadi mau bakso."
Sehun memandang kakaknya yang baru saja bersuara, sedangkan orang itu masih menatap lurus ke arah burung beo peliharaan tetangga.
"Baiklah. Pesan online saja." Mau tak mau Sehun menuruti permintaannya--walaupun Chanyeol belum memaksanya. Habisnya orang itu terlihat seperti lansia yang sedang menikmati masa tuanya. Hati Sehun kan jadi terenyuh.
Saat pesanan datang, Chanyeol melahapnya dalam waktu singkat. Sebuah perbedaan yang signifikan antara dirinya dan lansia.
"Sehun, kau tak perlu berkorbaan demiku."
Sehun yang semula mengantuk lantas menegakkan badannya. Menatap ke arah sang kakak dan menghembuskan nafasnya pelan.
"Kalau berat untukku pun, aku tak akan melakukannya. Aku sudah semacam hilang rasa dengan basket. Tak ada salahnya mencoba yang baru, bonusnya kau tak perlu bekerja di kantor."
Sehun menatap kakaknya yang terlihat berwajah masam dan menatap ke arah lain, alisnya pun tertekuk. "Aku juga sudah minta izin ayah, ayah memintakan izin ke kakek. Cuma lewat handphone, sih."Mata Chanyeol membesar, "lalu?"
"Perlu waktu lama kakek menyetujui. Tapi kemudian dia bilang, boleh saja, asal aku serius mendalami bisnis." Senyuman ringan terukir di bibir Sehun, ia pun berkata, "aku akan mendalami bisnis saat kuliah nanti. Mungkin akan di luar negeri."
"Apa? Kau meninggalkanku di Korea, huh?"
"Ada banyak proses yang dihadapi manusia, apalagi ketika beranjak semakin dewasa. Semuanya demi masa depan cerah, kan? Kau pun begitu. Aku ramal rumah akan semakin sepi beberapa tahun lagi."
Chanyeol mendelik,"cih, sok dewasa." Ia sedikit melirik Sehun dan kembali ke burung beo, "tapi benar juga, sih."
Beberapa saat kemudian, Sehun merasakan sebuah tangan besar mengacak rambutnya, lalu menangkup kedua pipinya dan menggerakannya ke depan dan ke belakang. Gemas mungkin, sampai-sampai Sehun meringis kesakitan.
"Aku tak paham kenapa bocah sepertimu bisa berinisiatif merencanakan ini."
"Aku kan dewasa, bijak, baik, tulus, lalu--"
"Diam!"
Sehun menghentikan ucapannya lalu menatap ke arah Chanyeol. Hm, sepertinya ada yang aneh.
Orang tinggi itu menatap ke langit, matanya memerah dan-- astaga dia berkaca-kaca. Lantas Sehun bingung harus tertawa atau ikut sedih.
"Terima kasih." Ia menghapus air mata yang sedikit keluar. "Di masa depan, mari menjadi sukses dan bahagia."
Sehun tidak menjawab, hanya tersenyum dan menatap lurus ke depan.
"Kita juga harus tetap bisa berkumpul. Bukan hanya kita, ibu, ayah, teman-teman. Akan sangat sepi jika di masa depan tak ada kalian."
"Tentu saja. Ku do'akan kau bisa dapat jodoh."
Plak!
"Aw."
"Sekali-kali KFC."
"Lawakanmu garing."
Plak!
"McD!"
Ya, ingin rasanya Chanyeol membanting kursi ke wajah orag di sampingnya ini.
"Aku mau masuk ke kamar. Tolong."
Chanyeol merentangkan tangannya disambut dengan hembusan nafas yang keras oleh Sehun. Ia berdiri dan menyuruh kakaknya duduk di lantai.
"Kau suruh aku ngesot?"
"Tidak. Duduk dulu. Aku bantu ke kamar."
Pada akhirnya Chanyeol menuruti. Saat Chanyeol duduk di lantai, Sehun menarik tangan Chanyeol dan menyeretnya. Saat sampai di kamar dan sudah duduk di kasur, Chanyeol memukul pelan lengan adiknya itu.
"Hehe, habisnya kau tak tau diri."
Tak mau menanggapi lebih, Chanyeol berbaring di kasur. "Apa yang akan kau lakukan di luar negeri saat hujan berpetir."
"Menyelinap ke tempat temanku nanti."
"Kalau mereka tak meneriamu?"
"Aku akan memelihara kucing. Mungkin aku akan lebih berani."
"Aku hanya tak yakin kau bisa hidup di luar sana, bocah."
Sehun ikut berbaring di samping Chanyeol. "Aku tak mungkin bergantung selamanya dengan orang."
Chanyeol memutar bola matanya. Lagi-lagi sok dewasa, ya walaupun perkataannya benar, sih.
"Lagi pula mungkin ayah ibu akan menemaniku beberapa saat di sana, aku juga akan membiasakan diri."
"Kau begitu mempersiapkannya. Seperti akan pergi besok saja."
"Tenang saja hyung. Masih ada waktu sekitar setahun sebelum aku pergi."
"Ck, aku tak akan merindukanmu."
"Dasar munafik."
Chanyeol lagi-lagi memukul pelan adiknya. "I--iyasih."
"Sejauh apapun aku pergi. Pada akhirnya aku juga akan pulang. Home is not only a place, but also a person. Setua apapun aku nanti, semandiri apapun, pada akhirnya aku ingin kembali bersama kalian. Hyung, ibu, ayah, dan yang lain di sini."
***
MAAP LAMA BANGET BARU BISA APDETTT. Setres dah mo semester enam 😂 Btw spoiler nih. Bentar lagi tamat :)
-Rim-

KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother [Chanhun Brothership Story]
Fanfiction[11-8-2018 s.d 26-3-2020] Chanyeol mendapat adik tiri yang merepotkan. Bahkan sejak interaksi pertama, ia tanpa ragu menjuluki anak itu 'Bocah Setan'. . . . This is brothership and friendship story. Not yaoi. Cerita ori dari otak sendiri :v