note: di chapter ini ada sedikit konflik asmara Chanyeol (sedikit, kok) :v tapi cuman sebagai bumbu-bumbu saja dan tidak terlalu berpengaruh pada alur cerita. Brothership dan friendship-nya tetap dominan di ff ini.
Happy reading ;)
***
Chanyeol terlalu bersemangat hari ini. Sehun yang baru saja selesai mandi dan baru saja akan menonton televisi melihat orang itu dengan mulut terbuka.
"Mau kemana sih."
"Menemui seseorang." Chanyeol tersenyum bangga sambil mengambil kunci motornya.
"Dan kau bolos sekolah?"
"Aku sudah lama tak bertemu dengannya. Bolos sesekali bukan masalah."
Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya sok dewasa, "tidak patut di contoh."
***
Ini bahkan lebih awal daripada Chanyeol biasa pergi sekolah. Bukan bermaksud mengganggu, ia hanya menghindari kemungkinan Haneul tak ada dirumah. Mereka memang bisa dibilang sudah putus komunikasi. Mungkin sekolah di Amerika lebih menyibukkan daripada di Korea, walau Chanyeol hampir seratus persen yakin jawabannya tidak.
Salahkan dia yang terlalu mencintai gadis itu sampai-sampai terlalu mempercayainya. Dan salahkan Haneul yang menggantung hubungan mereka dengan kata 'istirahat dulu dan koreksi diri masing-masing'. Chanyeol menyukai kalimat itu kalau harus dibandingkan dengan kata putus. Setidaknya ia punya harapan dan mempunyai alasan untuk menemui gadis itu seperti sekarang.
"Haneul."
Mata gadis itu melebar dan terlihat risih. Chanyeol tentu tersenyum jika respon gadis itu lebih baik. Sepertinya ada yang salah.
Baru saja akan memasuki pelataran rumah, gadis itu buru-buru menutup pintu. Chanyeol lantas mengetuk pintu sambil memanggil nama Haneul. Ia hampir menyerah, namun ibu Haneul membukakan pintu dengan raut khawatir.
"Mari masuk." Ibu Haneul berucap dengan lembut. Ia mempersilakan Chanyeol duduk. Orang itu duduk dengan wajah gusar.
"Jadi, apakah dia tak menerimaku lagi?" Suara Chanyeol melemah. Sungguh ibu Haneul merasa prihatin. Ia sudah mengenal anak ini dengan baik dan ia tak pernah melihatnya dengan ekspresi seperti ini, bahkan saat kepergian Haneul ke Amerika.
"Sebelumnya maafkan dia," ucap wanita itu sambil mengelus punggung Chanyeol, "aku tak tau apa yang orang itu berikan hingga Haneul mau kembali dengannya. Jika aku tau dia di Amerika juga, aku jelas tidak membiarkan Haneul berangkat."
Chanyeol masih tak melepaskan pandangannya ke lantai. Rasanya ia tak sanggup menghadapi semuanya. Apa yang paling ditakutinya benar-benar ada dihadapannya sekarang. Selama ini dia diam dalam ketidakpastian. Sekarang semuanya sudah pasti. Mereka berakhir.
"Demi Tuhan kau jauh lebih baik dari lelaki itu. Kuharap kau mendapatkan yang lebih baik," wanita itu menghela nafasnya, "Haneul bahkan tak menjalankan pendidikannya dengan baik."
"Begitu, ya," Chanyeol buka suara setelah beberapa waktu terdiam. "Kurasa aku harus pamit dulu. Terima kasih bibi."
Chanyeol berdiri dan membungkuk kepada ibu Haneul. Ia sempat melihat gadis itu mengintip dari pintu kamar.
"Sampaikan salam perpisahan ku pada Haneul." Ia tersenyum kali ini. Namun entah karena apa, itu dapat membuat hati dua perempuan dirumah itu ngilu. Sungguh, begitulah rasanya membuat kecewa orang yang sejenis Chanyeol.
***
Setelah mengantar guru homeschooling-nya, Sehun kembali masuk ke rumah. Ia menyadari sedari tadi handphone Chanyeol bergetar. Orang itu tak membawa handphone-nya, mungkin karena buru-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother [Chanhun Brothership Story]
Fiksi Penggemar[11-8-2018 s.d 26-3-2020] Chanyeol mendapat adik tiri yang merepotkan. Bahkan sejak interaksi pertama, ia tanpa ragu menjuluki anak itu 'Bocah Setan'. . . . This is brothership and friendship story. Not yaoi. Cerita ori dari otak sendiri :v