Elang menghentikan mesin motornya saat sudah berada dihalaman rumah keluarga Andini. Dan sedetik kemudian Elang pun merasakan tubuh Andini yang sedang turun dari motornya dengan cara meloncat, membuat keseimbangan gadis itu sedikit hilang karena telapak kakinya tak siap menahan tubuhnya itu.
"Lagi ngapain sih, pelan-pelan aja turunnya," ujar Elang yang tahu bahwa Andini hampir terjerembab tadi.
"Eh, i-iya maaf," sesal Andini meruntuki kecerobohannya sendiri.
"Yaudah masuk sana,"
"I-iya. E-eh? Haduh!"
Andini terkesiap kaget dan heboh saat tubuhnya basah karena hujan mendadak. Wait, hujan mendadak? Tapi Elang, pria itu baik-baik saja, pakaiannya pun masih kering, tak sepertinya.
Andini bisa merasakan basah disekujur badannya. Dengan sulit Andini mencoba melihat kembali kearah Elang yang tengah mendongakkan wajahnya keatas.
Kedua mata Elang kini menatap tajam kearah seseorang yang sedang memegangi selang 'penyiram tanaman' yang digunakannya untuk menyirami Andini saat ini dari balkon kamarnya.
Angin langsung mematikan kucuran air hujan dari selangnya itu saat melihat Elang turun dari motornya dan dengan cekatan memeluk tubuh basah Andini, sehingga baju seragam pria itu pun sedikit kebasahan. Terutama rambut Elang yang pelan menetes-neteskan air dari sana.
"Angindita! Apa yang kamu lakukan?" pekik Stella, mamah tirinya itu ketika keluar rumah saat mendengar kegaduhan dari luar, "kamu ini kekanakan banget Dita!"
"Mah udah gapapa kok," ujar Andini mencoba menenangkan ibunya itu.
"Yasudah masuklah, dan ganti bajumu. Dan ini siapa? Eh? Elang yah? Wah, ini beneran kamu? Eleh eleh.. Kamu udah gede ya, makin ganteng pula," takjub Stella yang pangling melihat sosok Elang kembali setelah sudah beberapa tahun ini ia tak melihat sosok pria itu.
"Iyah tante,"
"Masuk yah, ganti bajunya, biar gak masuk angin,"
"Oh ngga usah, lagi buru-buru tan,"
"Gitu ya, yaudah deh hati-hati dijalannya. Tante ngucapin makasih banyak sekaligus maaf juga karena ulah Angin yang barusan tadi itu,"
Elang menengok keatas, melihat hilangnya keberadaan gadis itu disana. "Gapapa kok tante, yaudah tan, Din, pamit yah.."
---
Di waktu yang bersamaan pula Angin mulai memasukan sesuatu kedalam tasnya. Dan dengan cekatan pula gadis itu langsung meloncat kebawah melalui jendela rumahnya, lalu disusul dengan tembok tinggi dibelakang rumahnya.
Setelah mendarat dengan benar, Angin langsung membalikan badannya. Dan pas, ia melihat motor Elang tengah menuju kearahnya. Dengan cepat pula Angin lalu merentangkan kedua tangannya untuk mencegat pria itu.
Angin memejamkan kedua matanya rapat-rapat ketika mendengar deru motor milik Elang yang semakin mendekat kearahnya. Dan sedetik kemudian suara deru motor itu menghilang.
"Lagi ngapain?" tanya Elang datar kepada Angin yang kini perlahan sudah membuka matanya.
Tanpa banyak bicara, gadis itu langsung berjalan menuju motor Elang dan manaiki jok belakang. "Ayo jalan," suruh Angin sambil menepak bahu kokoh milik Elang. Membuat pria itu kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANGIN
Teen Fiction"Lo itu seperti api. Jangankan untuk gue peluk, buat nyentuh aja gue harus ngerasain sakit yang luar biasa. Dan apa karena nama gue Angin, jadi lo anggep gue seperti hembusan udara?" -Angindita- "Hilangkan perasaan lo itu. Kita ini hanya berteman. D...