Enam belas

512 27 0
                                    

Angin tersenyum getir sambil memandangi satu-persatu orang yang berada didepannya kini. "Kok lo punya pesta gak ngundang gue sih, Vic?" tanya Angin lemah.

Bagaimana Angin bisa menerima begitu saja, saat dirinya melihat kehadiran Fathur dan Dodo yang berada dirumah Vica saat ini. Tapi bukan kedua cowok itu yang membuat Angin kecewa berat. Melainkan kehadiran Elang dan juga Andini yang ikut berada disana.

"Dit," seru Vica.

Jadi ini tempat tujuan Elang mengajak Andini pergi. Ternyata mereka ingin bertamu dirumahnya Vica. Sebenarnya Angin sudah bersusah payah untuk menahan dirinya agar tidak mengikuti Elang dan Andini pergi. Tapi mereka berdua justru malah sudah berada dirumah Vica, tempat yang ingin dikunjungi olehnya.

"Kemampuan gue dalam bermotor lebih hebat dibandingkan elo Ngin," ungkap Elang mencoba membayol, berniat mencairkan suasana pada saat ini. "Gue lebih dulu nyampe sini." Sambungnya lagi.

Bukannya meladeni Elang, Angin justru menengok kearah samping pria itu. "Andini," panggil Angin kepada saudara tirinya itu. "Lo terlalu banyak ngambil milik gue Din." Tubuh Andini seketika bergetar kecil mendengar ucapan Angin tersebut.

Fathur berdehem pelan. "Maaf nih Dit, tapi kita ini ceritanya lagi kerja kelompok. Bukannya apa-apa. Jadi lo gak usah salah paham gitu," ujar Fathur dengan nada yang dibuat setenang mungkin.

"Ini yang gue benci dari diri lo Din, lo itu serakah. Semua yang menjadi kebahagian gue, perlahan lo rebut dari hidup gue." Angin mengabaikan ucapan Fathur tersebut. Semua fokusnya hanya tertuju kepada Andini.

Yah.. gue malah dikacangin. Gerutu Fathur dalam hatinya.

Dodo pun berbisik ditelinga Fathur, "udah kita lebih baik diem aja. Liat apa yang sebenarnya terjadi antara mereka." Fathur pun mengangguk mengiyakan.

"JAWAB!!" teriak Angin kencang yang ditujukan kepada Andini. Membuat fathur, Dodo dan Vica terkaget. Sedangkan Elang, pria itu hanya memijit pelan pelipisnya.

Elang akhirnya berdiri juga dari posisi duduknya itu lalu berjalan perlahan mendekati Angin hingga tubuhnya hanya berjarak satu langkah dengan gadis itu. "Jangan ribut dirumah orang, ga baik." Ungkap Elang pelan.

Angin tak menjawab perkataan Elang. Ia hanya berbalik dan pergi keluar begitu saja dari rumah Vica.
Meninggalkan teman-temannya itu tanpa sepatah kata pun. Angin hanya tidak ingin dirinya lebih menggila didalam rumah Vica. Dirinya masih memiliki etika untuk tidak membuat kegaduhan dirumah orang lain.

Selepas kepergian Angin barusan, Vica langsung menangis histeris. Membuat Dodo terkejut dan kaget sebab posisi Vica tepat berada disampingnya. "Lo kenapa?"

"Ebusyett, nangisnya kenceng amet mbak," ledek Fathur.

---

Vica dan Andini sedari tadi masih saja saling diam-diaman. Sejak pertama masuk kelas, Vica tak berniat menyapa Andini yang kebetulan datang lebih awal darinya. Seperti Vica yang tak berniat menyapanya, Andini pun sama, ia tak berani bertegur sapa dengan Vica untuk sekarang.

Fathur yang melihat hal tersebut pun langsung mencolek lengan Elang yang tengah mendengarkan headset. "Apa?" seru Elang sesudah dicolek lengannya oleh Fathur.

"Mereka kenapa?" Fathur menunjuk kearah Vica dan Andini yang berada di meja depan.

Elang kembali memasangkan headsetnya, "itu masalah cewek," jawaban Elang tersebut membuat Fathur mencebikkan bibirnya sebal.

Ketika suasana kelas yang tadinya tenang, kini mendadak menjadi ricuh. Bahkan ada yang berteriak-teriak histeris saking hebohnya pemandangan saat ini.

ELANGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang