Tujuh belas

512 25 0
                                    

Sesampainya mereka di warga -warung galau-, Angin langsung duduk disebuah kursi panjang. Begitu pula dengan Neta juga yang ikut duduk bersampingan dengan Angin, sedangkan Elang dan Fathur, kedua pria itu duduk bersebrangan dengan kedua gadis itu.

Angin mendengus kesal saat dirinya harus berhadapan dengan Elang. Dan pria itu pun tahu betul jika gadis dihadapannya ini tengah ngambek padanya.

Elang menyeringai kecil ketika menlihat bibir Angin yang berkomat-kamit. Seolah tengah menyumpahinya dengan kalimat-kalimat anarkis.

Nasi goreng yang sempat dipesankan oleh Neta pun akhirnya datang. Angin tersenyum sumrigah saat menerima piring yang disodorkan oleh Neta tersebut.

Namun saat akan menyuapkan sendokan pertamanya, Angin justru dibuat jengah oleh Elang karena dengan sengaja, pria itu justru menghembuskan asap rokok yang tengah dihisapnya itu kewajah Angin.

"Elang lo rese banget sih!!" teriak Angin membahana.

Elang tak takut sama sekali dengan tatapan membunuh Angin. Ia masih asyik menggoda gadis itu dengan asap rokoknya.

Angin menggibas-gibaskan tangannya ke udara agar asap-asap tersebut menghindar darinya. Sesaat Angin sempat terbatuk. Tetapi Elang tak berhenti, ia justru semakin gencar untuk menyerangi Angin dengan kepulan asap rokoknya.

Kegiatan jahil Elang pun terhenti saat melihat muka Angin yang memerah sambil terus terbatuk-batuk. Sepertinya Angin terlalu banyak menghirup asap tersebut.

Elang berdiri dan berjalan memutari meja untuk menghampiri gadis itu. Ditepuk-tepuknya pelan punggung Angin oleh Elang agar menuntaskan batuknya itu.

"Ngin, lo gapapa kan?" tanya Elang.

Tiba-tiba saja..

BUK

Angin menonjok wajah Elang yang posisinya tepat disamping kepalanya. Ada raut kesakitan yang Angin lihat dari wajah tampan Elang. Namun pria itu segera mendatarkan kembali ekspresinya. Neta dan Fathur hanya melongo menyaksikan pergulatan antara keduanya itu.

"Loh Dit, mau kemana?" heran Neta yang melihat Angin dengan sigap bangkit berdiri, berniat untuk pergi dari warung tongkrongan tersebut.

Elang hanya menggedikan bahunya cuek. Tanda tak peduli dengan kemarahan gadis itu.

Padahal dalam lubuk hati Angin yang terdalam, ia mengharapkan Elang akan mengejarnya dan membujuk dirinya agar memaafkan keusilan pria itu. Entahlah, Angin seperti tengah merajuk saat ini dan ingin bersikap manja kepada pria itu.
Tetapi Angin harus menelan kenyataan pahit saat ia tak melihat tanda-tanda Elang akan mengejarnya.
"Dasar Elang gendeng! Cowok sayko plus psikopat! Kenapa cowok model dia harus hadir didunia ini coba? Udah nyeleneh, sinting, goblog, tak berperasaan, aneh pula. Dan lebih parahnya lagi, kenapa spesies kayak dia harus ada disekitar gue sih? Mana satu kelas lagi!" gerutu Angin sambil menendangi beberapa bebatuan kecil dijalanan.

Elang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan saat mendengar gadis didepannya ini tengah mengumpatnya. Yap, Elang memutuskan untuk menyusuli kepergian Angin.

Sadar jika ada derap langkah lain dibelakang tubunya, Angin pun memutarkan badan dan terpekik keras melihat sosok jangkung dibelakang tubuhnya.

"Udah ngomongin gue nya?" ucap Elang datar dan dingin.

Angin memutarkan bola matanya dingin. "Siapa ya?"

Elang menyeringai mendengar pertanyaan itu. "Gue? Elang Damis Ardiyo pria tertampan didunia dengan tingkat kecerdasan diatas rata-rata. Semua cewek yang ngeliat gue pasti akan jatuh cinta,"

ELANGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang