Dua Puluh Satu

800 50 20
                                    

Hati Angin begitu gelisah saat kedua mata tajam milik Elang tengan menatapnya intens. Angin takut jika Elang terlalu cepat mengetahui bahwa dirinya menyukai pria itu. Angin belum siap untuk mengakui hal tersebut.

"M-maaf,"

"Hah, Maaf buat apaan?" heran Elang yang kini sudah duduk. Dan pria itu justru bertambah heran saat Angin menundukan dalam-dalam wajahnya. "Sini deh. Emangnya gak cape berdiri terus?"

Elang menarik pergelangan tangan Angin agar duduk ditepian ranjang yang sama dengannya. "Gue minta maaf buat kelancangan gue nyium tangan lo tadi,"

Elang hanya tertawa mendengarnya.

"Gue kira kenapa. Justru gue yang harusnya minta maaf, Ngin." Ekspresi Elang pun kembali serius.

"Buat?"

"Maaf karena gak bisa nolongin elo tadi. Pasti ini sakit banget kan?" ujar Elang sambil menatap balutan perban di sikut Angin.

Angin hanya tersenyum simpul. "Elo sendiri kenapa bisa sampai di infus?"

"Oh ini, gatau Degas yang masangin. Katanya gue butuh cairan ini," jawab Degas sambil melirik botol cairan yang tinggal sedikit lagi isinya.

"Demannya udah turun?"

"Cek aja sendiri." Elang menuntun lengan Angin untuk menyentuh keningnya.

"Mendingan kok," ucap Angin yang merasa lega. "Oh iya, kok UKS-nya sepi sih? Anak-anak yang luka-luka pada kemana?"

"Mereka lagi ngelanjutin perlombaan." Balas Elang.

"What?!" kaget Angin. "Kok lo baru bilang sih? Gue juga mau ikutan!"

Elang langsung mencegah Angin untuk pergi. "Mau kemana?"

"Ke lapangan lah,"

"Ngapain? Kaki tangan lo nyampe diperban gitu masih pengen ikutan main?! Ga boleh. Lo disini aja."

"Lah ngatur-ngatur. Mereka juga sama kok luka-luka kayak gue. Masa gue diem aja disini sih?"

"Ya tapi lo itu lukanya parah bego.." Elang menoyor kening Angin pelan. Membuat gadis itu melotot kesal.

"Gak, gue mau tetap kesana!"

"Nih anak bandel banget sih!"

Grep

Elang dengan cepat mendekap tubuh Angin hingga gadis itu tak bisa berkutik sedikitpun. "Lang, lo ngapain sih? Itu ada CCTV, tolol!!" bentak Angin panik karena kelakuan Elang ini bisa saja membuat ia dan pria itu bermasalah.

"Janji dulu, lo gaakan kemana-mana." Elang tak sedikit pun melonggarkan dekapannya itu.

"Janji."

"Yakin?"

"Iya!"

"Oke," Elang pun melepaskan pelukannya. Namun mata pria itu melotot terkejut ketika Angin langsung melesat pergi menuju pintu keluar UKS. "Woy Angin! Sialan lo nipu gue, jangan tinggalin gue woy! Temenin gue disini!!" teriak Elang yang mencoba agar gadis itu tak pergi ke lapangan. "Dasar cewek, gak bisa dipercaya." desisnya jengkel.

Sesampainya Angin dilapangan, gadis itu melihat anak-anak cowok tengah beradu futsal. Sedangkan ceweknya tengah bertanding voli. Namun Angin melihat ada Andini disana.

"Dita!" seru Mita yang melihat ada sosok Angin ditepi lapangan. "Sini!"

Angin pun mengangguk paham. Gadis itu berjalan menuju tempat anak-anak kelasnya kumpul untuk memberi dukungan.

ELANGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang