[5] Sick (Rewind)

2.7K 209 29
                                    

*Sebelumnya aku minta maaf, karena telat update karena biasanya aku update pagi. Ini juga karena aku udah masuk sekolah, jadi up-nya jadi sore hari. terimakasih, selamat membaca, jangan lupa vommentnya ya teman*

***

Sudah sebulan berlalu. Member Twice dan GOT7 terus berlatih dan mereka mulai tampak sudah begitu akrab satu sama lain. Gerakan-gerakan pun sudah mereka hafal semua.

Jika ditanya keadaan Dahyun dan Mark bagaimana? Mereka tetap sama. Dahyun tetap mejadi gadis usil seperti evil dan Mark tetap menjadi pria es yang tak peduli apapun itu. Kejadian itu benar-benar seperti tak terjadi apa-apa. Keduanya tampak seperti biasa. Walaupun sebenarnya Dahyun merindukan Mark, yang selalu melakukan yang tidak-tidak membuatnya marah. Tapi ia selalu tetap bersikap seperti biasa. Namun yang lebih membuat hati Dahyun sakit adalah Mark semakin dingin dengannya dan enggan menatap wajahnya.

Sekarang ini, sudah termasuk giliran di tempat Twice berlatih. Member Twice sudah mulai pemanasan dan menunggu member GOT7 terkecuali Dahyun. Hari ini gadis berkulit pucat itu tak bisa mengikuti latihan karena fisiknya sekarang sedang lemah, lebih tepatnya dia kembali drop. Yang dilakukan Dahyun hanya bisa berbaring di ranjangnya dengan suhu tubuh yang panas.

Krekk...

Pintu itu terbuka menampilkan ke 7 pria. Serentak Twice berdiri.

"Kalian sudah pemanasan?" tanya Jaebum.

Jihyo mengangguk beberapa kali. "Sudah oppa."

"Baiklah, kami pemanasan dulu" lanjut Jaebum.

Semua member GOT7 mulai pemanasan. Twice pun ikutan kembali pemanasan. Mereka tampak tak merasa ada yang kurang.

Krekk...

Pintu itu kembali terbuka membuat mereka semua mengalihkan pandangan mereka.

Ternyata JYP PD-nim telah masuk ke dalam ruang dance itu. Mereka langsung berbaris, mungkin JYP PD-nim akan memberikan pengumuman penting.

PD-nim mengedarkan matanya, seperti mencari seseorang. Dahinya berkerut setelah tahu ia merasa ada yang kurang.

"Kenapa kalian hanya 8 orang, dimana Dahyun?" tanya PD-nim pada member Twice.

"Dia sedang tidur di dorm" jawab Mina tanpa memberitahu alasannya.

Otomatis PD-nim marah mendengarnya. "Kenapa ia tidur disaat seperti ini? Enak sekali dia!"

Jihyo membuka suaranya. "PD-nim, Dahyun kambuh..." cicitnya.

Amarah PD-nim langsung mereda mendengarnya. Sekarang ia mengerti. Lalu ia menghela kasar. Ini sudah sering sekali terjadi. Ia yakin Dahyun pasti kelelahan.

"Apa dia sudah minum obat?"

Sana mengangguk. "Sudah PD-nim" jawabnya.

JYP PD-nim kembali menghela nafas. "Padahal aku kesini mau memberitahu bahwa Dahyun terpilih sebagai model untuk majalah Ceci. Sayang sekali"

"Baiklah kalian bisa berlatih kembali. Aku harap besok Dahyun sudah pulih" lanjut PD-nim.

Mereka mengangguk serentak. JYP PD-nim pun pergi meninggalkan ruangan itu.

Twice dan GOT7 kembali melakukan pemanasannya.

Mark terdiam, ia merasa ada yang aneh dengan dirinya setelah mendengar kabar itu. Segera dia menggeleng, mungkin hanya pikirannya saja itu.

Krekk...

Pintu itu kembali terbuka mengalihkan pandangan mereka semua kembali.

Chaeyoung membulatkan matanya melihat siapa orang itu. Bibirnya tertarik lebar, sama halnya dengan Tzuyu. Mereka berdua tampak begitu bahagia melihat orang itu.

"Maaf menganggu, apa JYP PD-nim ada disini?"

Pria itu adalah Taeyong, kakak Dahyun. Yang berhasil membuat Chaeyoung dan Tzuyu menjerit kecil melihat ketampanan pria itu yang sungguh tampan luar biasa.

Jaebum membuka suara. "Dia baru saja keluar"

Taeyong mengangguk beberapa kali. "Terimakasih, maaf menganggu kalian"

Pada saat Taeyong berbalik menutup pintu itu, Sana memanggil pria itu lagi.

"Oppa!"

Taeyong membuka pintu lagi, ia menatap Sana bingung.

"Kenapa kau bisa disini? Apa kau ingin bertemu Dahyun?" tanya Sana.

Taeyong menggusap tengkuknya. "Oh itu, aku mendengar Dahyun kambuh. Jadi aku dan Wonho hyung berniat membawanya ke rumah sakit. Mangkannya aku sekarang mencari JYP PD-nim meminta ijin saja"

Mata Sana mulai berair mendengar hal itu. "Apa separah itu?"

Taeyong tertawa kecil. "Tak usah berlebihan. Dia hanya perlu di periksa saja, sedari tadi ia tak sadarkan diri"

"Oppa... aku ikut" cicit Sana mulai mengeluarkan air matanya.

Taeyong meringis memandang wajah-wajah member Twice dan GOT7 satu persatu, mereka terlihat seperti sedang pemanasan.

"Lebih baik kau latihan saja. Aku dan Wonho hyung akan menjaga Dahyun"

"Ah andwae... aku ikut" rengek Sana lagi.

"Sana-ya... kita bisa menjenguknya disaat kita selesai latihan" ujar Momo mengelus pundak Sana.

Sana kembali menggeleng keras. "Tidak, aku ingin melihatnya sekarang. Tolong... aku ingin ikut oppa" Sana kembali memohon pada Taeyong.

Taeyong menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sebenarnya ia tak menghalangi Sana ikut ke rumah sakit, hanya ia tak ingin Sana terhalang karena hanya ingin melihat adik kecilnya itu saja.

"Aku juga ikut"

Suara itu mengalihkan pandangan mereka semua kearah Mark yang tadi mengeluarkan suara. Pria blonde itu mendekati Taeyong.

"Kita bisa pergi bersama" lanjut Mark.

Taeyong meringis, ia jadi merasa bersalah. Tadi Sana yang meminta ikut sekarang bertambah.

"Ah sunbae... sepertinya tak usah. Dia baik-baik saja" ujar Taeyong memandang Mark yang memang lebih tua darinya dan termasuk sunbae-nya.

"Tapi aku ingin melihatnya" ujar Mark lagi.

Mina menatap Mark tak percaya. Apa yang ada di otak pria itu? Kenapa tampaknya Mark ingin sekali menemui Dahyun.

"Hyung... selesai latihan, kita bisa menjenguknya" ujar Youngjae pada Mark.

Taeyong mengangguk setuju. "Ne. Selesai latihan sunbae semua bisa menjenguk Dahyun, aku akan memberikan alamat rumah sakitnya pada Sana melalui pesan."

Mereka mengangguk terkecuali Sana dan Mark. Mereka berdua hanya bisa diam dan mengerti.

"Aku pergi" ujar Taeyong kembali menutup pintu itu.

"Ahk... handsome guy!" jerit Tzuyu selesai Taeyong keluar.

***
"Dasar adik bodoh" gumam Wonho memandang Dahyun yang tertidur dengan suhu tubuh panas.

Sebenarnya ia begitu sibuk karena comeback-nya yang sebentar lagi. Tapi tiba-tiba ia mendengar kabar dari Taeyong bahwa Dahyun kambuh. Siapa yang tak panik? Ia bahkan rela meninggalkan jadwal latihannya demi melihat adik kecilnya itu.

"Hyung... sebaiknya kita segera membawanya ke rumah sakit, agar ia cepat sadar" ujar Taeyong yang baru datang.

Jika di tanya kenapa mereka bisa masuk ke dorm Twice lebih tepatnya kamar Dahyun. Beruntungnya JYP PD-nim cepat di temui Taeyong, dan meminta kunci dorm Twice yang sengaja di kunci. Taeyong juga tak lupa meminta ijin Dahyun di bawa ke rumah sakit.

"Kenapa dia seperti ini?" tanya Wonho beralih pada Taeyong.

Taeyong menghela nafas. "Hyung tahu bukan, dia terkadang lupa minum obatnya. Jika kita tak mengingatinya, ia akan terus seperti ini"

Wonho tersenyum kecil, tapi pandangannya mulai sedih. Tak bisa ia bayangkan adik kecilnya itu kambuh lagi, ini benar-benar mengingatkannya pada saat mereka kecil. Saat Dahyun tak membuka-buka matanya dan hampir seminggu lebih adik kecilnya itu tak sadarkan diri.

"Kenapa dia harus menurunkan sakitku. Seharusnya hanya aku yang seperti ini" gumam Wonho, kantung matanya sudah menampung air mata yang siap keluar.

"Sudahlah hyung. Jangan seperti ini terus. Kau juga bisa drop. Sekarang kita harus segera membawanya"

***
Dahyun telah di rawat di inap VIP. Awalnya kedua kakak beradik itu meminta Dahyun di rawat di ruangan biasa saja, karena mengingat uang mereka yang tak terlalu banyak. Namun JYP PD-nim membantah dan akan bertanggung jawab membawa Dahyun ke ruangan VIP yang mahalnya luar biasa. Alasanya PD-nim juga, ia tak ingin Dahyun terusik dengan banyaknya wartawan yang bisa tiba-tiba muncul.

"Apa kau tak kembali?" tanya Wonho yang melihat Taeyong masih duduk di dekat tempat tidur adik kecil mereka.

Taeyong menggeleng. "Tidak hyung. Aku tak akan bisa tenang, jika aku meninggalkannya. Bagaimana denganmu hyung? Bukankah kau akan comeback beberapa minggu lagi"

Wonho menghela nafas kasar. "Aku tak bisa meninggalkannya. Dia membutuhkan kita"

Taeyong mengangguk. Ia kembali beralih pada Dahyun dengan selang yang ada di hidung adiknya itu. Dahyun masih setia memejamkan matanya. Sekarang ia dan Wonho hanya berharap pada Tuhan, agar Dahyun kembali sadar. Karena mereka tak ingin kejadian dulu terulang. Saat dimana Dahyun berumur 10 tahun tak sadarkan diri hanya karena mendengar penceraian kedua orangtua mereka. Ini benar-benar musibah, mempunyai orangtua egois.

Krekk...

Mereka berdua mengalihkan pandangan pada pintu itu. Setelah tahu siapa yang membuka pintu itu mereka pun berdiri menunduk sopan.

"Oh... annyeong"

Sahutan itu berasal dari Jaebum si leader GOT7. Di belakangnya sudah banyak member GOT7 dan Twice yang memasuki ruangan itu.

"Annyeong sunbae" seru Wonho dan Taeyong bersamaan.

GOT7 memanglah duluan debut dari mereka berdua. Mangkannya mereka harus bersikap sopan pada sunbae mereka.

Member Twice dan GOT7 mendekati pada tempat tidur dimana Dahyun masih memejamkan matanya.

"Dia belum sadar?" tanya Jaebum lagi.

Wonho menggeleng. "Belum sunbae."

Mereka menatap kasihan Dahyun. Wajah Dahyun bahkan lebih pucat seperti biasanya. Bambam seperti merasa bersalah melihat wajah itu. Padahal biasanya ia selalu kesal dengan wajah jahil itu. Tapi sekarang ia merasa bersalah telah menjelek-jelekin pemilik wajah pucat itu.

Mark? Jangan tanya tampang pria itu bagaimana. Yang jelas wajahnya selalu memperhatikan wajah Dahyun tanpa berpaling sedikitpun. Ingatannya jadi kembali dimana Dahyun memukulnya keras, dan lagi dimana Dahyun mengakui perasaannya pada dirinya sendiri. Hatinya bahkan mengilu mengingat itu terlebih lagi air mata yang jatuh di pipi gadis itu 1 bulan yang lalu itu.

Mereka berbincang-bincang mengenai keadaan Dahyun, dan apa sebenarnya penyakit Dahyun.

"Ah dia hanya kelelahan saja" ujar Taeyong. Sebenarnya ia bisa saja mengatakan bahwa adiknya itu memiliki sakit yang memang keturunan, namun Dahyun pernah bilang, jangan memberitahu siapa-siapa bahwa ia lemah. Karena adiknya itu tak ingin orang lain mengasihaninya.

Setelah berbincang lama. Member GOT7 dan Twice akhirnya meminta pamit karena mengingat waktu yang sudah begitu malam.

***
Keesokannya seperti biasa. Member Twice dan GOT7 kembali berlatih. Tanpa Dahyun dan Mark. Pria blonde itu meminta ijin untuk tak mengikuti latihan sehari saja alasannya orangtuanya datang mengunjunginya.

Tapi alasan itu adalah sebuah kebohongan. Mark malah mendatangi rumah sakit dimana Dahyun dirawat. Pria blonde itu seperti seorang pencuri, mengintip kaca itu terlebih dahulu. Tak ada seorangpun yang menjaga Dahyun. Ia tersenyum senang, kemudian langsung masuk ke dalam ruangan itu.

Pandangannya tak lepas pada Dahyun. Ia menduduki dirinya di kursi samping bed king size itu. Ini adalah keinginan hatinya. Ntah kenapa ia menjadi gusar sejak tadi malam semenjak melihat wajah pucat Dahyun. Dan akhirnya ia bertekad menjenguk Dahyun sendiri tanpa sepengetahuan member GOT7 lainnya.

Dengan ragu ia mengambil tangan pucat itu lalu meggenggamnya. Tangan pucat itu begitu panas terkena kulitnya. Perlahan ia mengusap tangan itu.

"Sunbae?"

Mark membelakak saat Dahyun sudah membuka matanya dan bersuara. Spontan tangan itu di lepasnya begitu saja.

Dahyun mengernyit. Ia memandang sekitarnya. Tak ada orang hanya Mark seorang.

"Sunbae sendiri?" suara itu masih telihat lemah.

Mark mencoba menetralkan dirinya sendiri agar tak gugup seperti ketahuan mencuri.

"Seperti yang kau lihat" ujarnya dingin.

Dahyun menghela nafas. Mark tetap seperti dulu, dingin dan seperti malas berbicara dengannya.

"Kemana sunbae lainnya?" tanya Dahyun kembali.

"Latihan"

"Lalu kenapa sunbae disini?"

Mark mencoba menelan ludahnya. Ia melihat kearah lain, mencari alasan kebohongan yang pas untuk Dahyun agar mempercayainya.

"Aku hanya lewat saja" ujarnya masih terlihat dingin.

Dahyun akhirnya mengangguk mengerti walaupun sebenarnya alasan Mark kurang memuaskan untuknya. Perlahan ia menduduki dirinya, mencoba melepaskan selang yang ada di hidungnya.

Mark melihat itu langsung menahan tangan Dahyun. "Apa yang akan kau lakukan?"

Dahyun meringis. "Melepaskannya. Apa sunbae tak tahu? Ini sakit seperti jarum menusuk ke hidungku" ujarnya.

"Tetap saja, kau tak boleh melepaskannya"

Dahyun tertegun melihat tatapan tajam yang diberikan Mark padanya. Akhirnya ia menurunkan tangannya.

"Ck. Tapi ini sakit. Kau saja kalau begitu yang memakai ini" dengus Dahyun menyandarkan tubuhnya ke dinding itu.

Gadis itu bahkan tampak tak sakit. Wajahnya kembali seperti dulu, membuat Mark kesal. Tapi kali ini Mark hanya kesal beberapa detik saja, ia bahkan senang dalam hatinya.

"Sunbae..."

Mark menaikkan alisnya satu menunggu ucapan Dahyun.

"Kau tak kembali?"

Mark menjilat bibirnya, dia kembali berpikir mencari alasan apalagi.

"Aku... aku sudah selesai latihan"

Dahyun mengangguk mengerti.

Mereka hanya diam. Ini benar-benar keadaan yang canggung. Mark tampak melihat kearah lain berpikir topik apa yang akan mereka bicarakan lagi. Sedangkan Dahyun, jangan tanya tentang gadis itu. Membuka mata, hal yang pertama ia lihat adalah pria yang dicintainya? Siapa yang tak bahagia. Walaupun di pikirannya banyak sekali pertanyaan, kenapa bisa Mark menjenguknya hanya seorang diri tanpa bersama orang lain. Jantungnya bahkan sekarang melompat kegirangan hanya melirik pria blonde itu. Tapi segera ia menggeleng menepis rasa itu.

"Apa semuanya baik-baik saja sunbae?" Dahyun mencoba memecahkan keheningan.

Mark menoleh. "Ne? Ah iya semuanya baik-baik saja" ia merutuki dirinya yang berbicara terlalu aneh.

Dahyun kembali mengangguk. "Lalu bagaimana hubunganmu dengan Mina unnie, apa kau sudah mengungkapkan perasaanmu?"

Sejujurnya Dahyun enggan menanyakan hal itu, karena sama saja menyakitkan hatinya. Tapi ia begitu penasaran, seberapa banyak perkembangan Mark mendekati Mina.

Belum sempat Mark menjawab, pintu ruangan itu kembali di buka. Dan muncullah Taeyong dan Wonho.

Spontan itu membuat Mark terlihat panik. Tapi ia berusaha mencoba bersikap seperti biasa. Dia berdiri membungkukkan tubuhnya.

"Sunbae juga disini?" tanya Taeyong menatap Mark.

"Dahyun-ah... kau sudah sadar?!" seru Wonho girang seraya menutup pintu itu kembali.

Mark mengangguk kaku seraya melempar senyum ragu.

Kedua kakak beradik itu menghampiri Dahyun dan Mark.

"Apa kau butuh sesuatu?" tanya Taeyong pada Dahyun.

"Tidak. Tapi aku ingin ini dilepaskan" ujar Dahyun menunjuk selang yang berada di hidungnya.

"Dasar" decak Wonho seraya mengelus kepala Dahyun lembut.

"Jangan seperti ini lagi. Kau membuat kami khawatir" lanjut Wonho.

Dahyun hanya mengangguk mengerti. "Kenapa kau bisa lupa meminum obatmu?" tanya Taeyong lagi.

Dengan santai Dahyun hanya mengedikkan bahunya. Kalau Mark tak ada di ruangan itu, ia akan jujur dengan kedua kakaknya itu. Bahwa penyebab dia lupa minum obat itu adalah Mark. Ia selalu lemas dan akhirnya lupa minum obat sejak pernyataan yang keluar dari Mark, kalau pria blonde itu menyukai Mina. Siapa yang tak sakit?

"Ehem... sepertinya aku harus kembali" ujar Mark mengalihkan pandangan mereka.

Taeyong dan Wonho mengangguk. "Terimakasih sudah berkunjung sunbae" ujar Wonho.

Mark hanya tersenyum kecil. Ia melirik Dahyun sebentar lalu berbalik meninggalkan ruangan inap itu.

"Oppa... dia penyebab semua ini"

Kedua pria itu menoleh pada Dahyun. "Apa maksudmu?" tanya Wonho mengenyit.

Air mata Dahyun tumpah begitu saja. "Di—dia— aku menyukainya oppa. Ta—tapi dia menyukai Mina unnie. Hiks... aku sudah mengatakan padanya bahwa aku mencintainya. Tapi dia bilang dia menyukai Mina unnie, hatiku sakit oppa, hiks..."

Pernyataan yang jujur itu tentu membuat Taeyong dan Wonho terkejut. "Dahyun-ah..." cicit Wonho seraya memeluk tubuh lemas Dahyun.

Taeyong menghela nafas. "Jangan seperti ini Dahyun. Jangan menghancurkan hubungan orang. Biarlah dia menyukai orang lain. Oppa akan berusaha mencari pria lain untukmu"

Dahyun menggeleng pelan di pelukan Wonho. "Aku tak ingin pria lain. Aku hanya ingin dia oppa hiks..."

***
Mark menghembuskan nafasnya kasar. Dia masih setia berdiam diri di ambang pintu itu, mendengar ucapan Dahyun yang jujur itu membuat hatinya mengilu. Ini aneh rasanya. Dan hatinya sakit mendegar kejujuran itu.

***
TBC...

Incident Little Girl Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang