[17] Bee... [Rewind]

2.7K 174 21
                                    


DIBUKA!

***
"Sudahlah, kita harus mencari mereka lagi. Siapa tahu mereka berlari kearah sana" ujar temannya yang lain kembali berlari yang diukiti yoeja lainnya itu.
_
_
_
Dahyun sudah merasa sekumpulan yoeja itu sudah pergi. Ia bernafas lega, ketakutannya mulai berkurang. Rasanya begitu menyeramkan saat sekumpulan yoeja itu berteriak histeris dan berlari mencoba menangkap mereka.

Dahyun mencoba mendorong tubuh Mark, tapi Mark tak kunjung pergi dari hadapan wajahnya. Keningnya berkerut, pandangannya begitu gelap, melihat mata Mark saja ia tak bisa lagi.

Dahyun kembali mendorong tubuh Mark dan akhirnya Mark menjauh darinya.

"Untung saja" gumam Dahyun.

Dahyun menoleh pada Mark. "Kajja, kita harus segera kembali sebelum seseorang melihatnya lagi"

Mark mengangguk. Baru saja mereka keluar dari gang sempit itu, sekumpulan yoeja itu datang lagi membuat keduanya kembali ke posisi tadi.

Cup

Dahyun membulatkan matanya. Sesuatu yang lembut berhasil menyentuh bibirnya.

"Aish! Kemana mereka!" teriak salah satu yoeja itu mulai frustasi.

Gadis berponi itu melirik kearah gang sempit itu lagi. "Kenapa mereka lama sekali berciumannya?"

Semua beralih pada Mark dan Dahyun, "Err... sudahlah aku pulang saja lebih baik" ujar temannya.

Kedua yoeja itu bergerak menjauh tapi tidak dengan gadis berponi itu. Ia seperti mengenali keduanya. Tapi dimana?

"Ya! Apa kau akan terus disana?" teriak temannya mengalihkan pandangan gadis berponi itu.

"Ne, aku datang!" Gadis berponi itu sempat melirik sekali lagi kearah gang sempit itu lalu pergi.

Dahyun berusaha menelan salivanya. Mark tak kunjung melepaskan bibirnya. Hanya diam dan tak bergerak. Sesuatu yang bergerumuh di perutnya membuatnya merasa geli seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Tiba-tiba ia tersadar.

Segera Dahyun mendorong tubuh Mark, mendongak menatap mata Mark. "Kenapa kau melakukannya?"

Mark menghela nafas. "Aku tidak tahan"

Mendengar itu membuat Dahyun membulatkan matanya. Semesum apa otak Mark ini?

"Bibirmu terlalu dekat dengan bibirku, siapa yang tahan dengan posisi seperti itu?" lanjut Mark dengan polos.

"YA!" kesal Dahyun.

Dahyun langsung berjalan meninggalkan gang sempit itu dengan kesal karena pemikiran konyol Mark itu.

Di belakang sana, Mark tersenyum kecil saja.

***
Dahyun terdiam melihat Mina berdiri tepat dihadapannya dengan wajah marah. Baru saja ia masuk ke dalam dormnya, Mina sudah berdiri tiba-tiba di depan pintu membuatnya menjadi sedikit terkejut. Di tambah lagi tatapan tajam Mina di tujukan pada dirinya. Ada apa dengan unnie-nya itu?

"Bisakah kita bicara?"

Dahyun mengangguk kaku, bahkan suara Mina terdengar sinis.

Kedua gadis itu berjalan duduk di sofa yang ada di ruang TV itu. Dahyun meringis dalam hati melihat wajah marah Mina itu.

Mina melipat tangannya di dada memperhatikan Dahyun dari atas sampai bawah dengan sinis. "Apa benar kau mencintai Mark sunbae?"

Dahyun tergagap mendengarnya. Sekarang Mina sudah mengatahuinya, lalu apa yang akan di jawabnya. Apa dia harus kembali berbohong? Tapi jika ia jujur, Mina pasti akan marah dengannya dan mereka akan menjadi bermusuhan.

"Jawab dengan jujur Dahyun. Apa benar kau memang mencintainya? Kenapa saat kau mabuk itu, mengucapkannya dengan lantang"

Dahyun menggigit bibir bawahnya. Kemudian ia mendongak, memberanikan menatap Mina.

Kepalanya mengangguk pelan. Melihat itu Mina menggeram marah.

"Kenapa kau melakukan ini padaku!"

Dahyun hanya menunduk pelan, tak berani lagi menatap Mina.

"Padahal dulu kau sering mengejeknya, tapi sekarang? Kenapa kau malah jatuh cinta dengannya? Apa kau sudah berani mengkhianatiku?!" amarah Mina mulai menaik.

Mereka terdiam sebentar. Nafas Mina sudah mulai memburu, ia begitu marah dengan Dahyun mendengar pernyataan yang keluar dari mulut gadis putih itu.

Dahyun kembali mendongak, menatap Mina dengan pandangan sayunya. "Unnie... aku hanya mencintainya, tapi aku tak berharap dia juga mencintaiku"

Mina menoleh kembali pada Dahyun. "Lalu?!"

"Kau bisa memilikinya. Kau tahu kan, aku juga sebentar lagi akan menikah dengan pria lain..."

Mina hanya diam memandang wajah Dahyun. Dahyun membuang nafasnya dengan berat.

"Kau tahu tidak, Mark sunbae juga memiliki perasaan sama denganmu"

Mina mendengus beralih menatap kedepan. "Masalah itu aku memang tahu, bahkan kami sudah berpacaran"

Rasanya dada Dahyun seperti terhantam. Walaupun ia sudah mengetahui Mark dan Mina berpacaran dari Bambam, tetap saja jika ia mendengar berita itu lagi membuat hatinya kembali sakit.

Dahyun berusaha tersenyum. "Selamat unnie, aku senang mendengarnya. Akhirnya kau bisa bersamanya"

Mina kembali menoleh pada Dahyun dengan wajahnya yang masih sinis. "Terimakasih!" lalu gadis berambut hitam itu beranjak dari duduknya, masuk ke dalam kamarnya.

Tes

Air mata Dahyun sukses turun begitu saja. Satu tangan putihnya terangkat memegang dadanya yang merasakan sakit seperti sesak nafas. Rasanya ia pun seperti susah bernafas. Dadanya terlalu sakit hanya untuk menghirup oksigen saja.

***
Pagi telah tiba. Hari ini jadwal member GOT7 dan Twice sengaja di kosongkan, agar cukup untuk istirahat karena comeback mereka tinggal beberapa hari lagi.

Jaebum mendengus melihat dapur dorm mereka begitu berantakan. Ia berbalik, menatap member lain yang bersantai di depan TV.

"YA! Apa tak ada yang ingin memasak?"

Jackson menarik alisnya. "Kau saja, kalau begitu"

Jaebum mendengus. "Apa kalian mau mati kelaparan?"

Youngjae berdecak, "Siapa juga yang ingin"

Jaebum menggeram. "Kalau begitu, siapa yang akan memasak. Ini masih pagi, tapi kenapa kalian malas sekali memasak saja"

Jinyoung berdecak menatap Jaebum. "Kenapa tidak kau saja?"

"Kau tahu kan, aku tidak bisa memasak"

Mendadak Bambam tersenyum sendiri, sesuatu terlintas di pikirannya. "Bagaimana kalau kita menumpang makan di dorm Twice saja?"

Mark mengerut. "Apa kau tak malu, meminta makan?"

Bambam mengerucut. "Lalu bagaimana hyung? Tak ada yang memasak, apa perut kita akan terus kosong. Lagian disana ada Dahyun, si bulat yang pintar memasak" ujarnya diakhiri tawa kecil.

Mark hanya berdecak menggeleng. Member GOT7 lain menjadi tertawa kecil, termasuk Jaebum, yang sedari tadi marah-marah tidak jelas ikut tertawa kecil.

"Itu ide yang bagus" ujar Jaebum.

***
Chaeyoung bergerak dari duduknya, saat mendengar ketukan pintu dorm mereka. Ia bergegas membuka pintu itu.

Matanya membesar melihat sunbae-sunbaenya sudah berdiri di depan pintu dengan menunjukkan gigi-gigi mereka.

"Ada apa sunbae?" tanyanya bingung.

Bambam menyengir. "Apa kami boleh menumpang makan?" tanyanya langsung to the point.

Chaeyoung mendengar itu tercengang. Numpang makan? Padahal ini masih pagi. Kepalanya mengangguk pelan. "Ne—si—silahkan"

Member GOT7 langsung masuk begitu saja setelah Chaeyoung mempersilahkannya. Bambam yang paling begitu bersemangat, apalagi setelah mencium wangi Bulgogi dari arah dapur. Kakinya langsung cepat melangkah ke dapur.

Dan tepat di dapur itu ia melihat Dahyun sedang memasak membelakanginya. Tiba-tiba ide jahilnya muncul, ujung bibirnya tertarik menjadi smirk jahat.

Perlahan ia mendekati Dahyun yang masih berkutat dengan alat dapur.

"BULAT!!"

"KAMJAGIYA!!"

Nafas Dahyun sudah memburu menatap Bambam tajam. Bambam malah tertawa jahat.

"YA!"

Bambam tetap tertawa merasa lucu dengan wajah terkejut Dahyun tadi.

"Mian..."

Dahyun mendengus lalu ia kembali berkutat dengan aktivitasnya. Jika saja ia sedang tak masak, Bambam sudah habis di tangannya sekarang juga. Namun, beruntungnya pria imut itu terselamat.

"Cepat masak, aku sudah lapar"

Dahyun menoleh, keningnya berkerut. "Lalu, apa hubungannya?"

Bambam menyengir. "Karena kami semua akan menumpang makan"

"Aish..."

***
Bulgogi itu sudah selesai. Mereka sudah berkumpul dan siap menyantap makanan lezat itu. Terlihat Bambam dan Yugyeom makan lebih rakus dari yang lainnya. Tapi keduanya tampak tak peduli, merasa acuh dengan pandangan Chaeyoung dan Tzuyu yang melihat mereka ngeri.

Dahyun makan sesekali melirik kearah Mark yang duduk tepat dihadapannya. Kepalanya langsung menunduk saat Mark juga sedang menatapnya.

"Sunbae... buka mulutmu"

Dahyun hanya bisa menahan sakit di hatinya saat Mina mulai membuat kemesraan dengan Mark.

Mark membuka mulutnya menerima suapan dari Mina itu. Hal ini membuat member lainnya melirik kearah Dahyun, yang berusaha menunduk tak peduli.

"Hati-hati sunbae... kau begitu jorok makan" Mina terkikik melihat bekas kecap melekat di sudut bibir Mark, segera ia menghapusnya.

Mark hanya tersenyum kecil. Tapi Dahyun? Hatinya semakin sakit, bahkan air matanya sudah ingin keluar sekarang juga.

Sebuah tangan hangat membuat Dahyun menoleh. Jihyo tersenyum mencoba agar Dahyun menjadi kuat. Dahyun hanya menangguk kecil saja.

Tok Tok Tok

"Biar aku saja" Tzuyu berdiri membuka pintu dorm mereka yang di ketuk seseorang.

Tzuyu terdiam. Pria hitam manis sedang tersenyum ramah dengannya.

"Apa Dahyun ada?"

Suara barriton itu menyadarkannya. Ia melirik kebelakang, lalu menatap pria hitam manis itu. "Ada"

"Bisakah kau memanggilnya?" pintah pria hitam manis itu.

Tzuyu mengangguk. Ia kembali berbalik, mendekati sekumpulan member yang masih asik makan.

"Siapa?" tanya Nayeon melihat kedatangan Tzuyu.

Tzuyu meringis, ia menatap Dahyun. "Unnie... ada Mingyu"

Dahyun langsung mendongak mendengar nama calon suaminya itu.

Sana mendengus. "Kenapa dia selalu datang, apa dia tak sibuk?"

Dahyun langsung berdiri mendekati kearah pintu. Disana berdiri Mingyu seraya tersenyum manis.

"Maaf... tak memberitahumu, kalau aku datang" ringis Mingyu.

Dahyun mengangguk pelan. Mingyu selalu meminta maaf dengannya dan itu membuatnya menjadi bersalah telah mencuekkan pria setampan Mingyu.

"Apa kau sibuk?"

Dahyun menggeleng. "Aku sedang makan"

"Benarkah? Aku akan menunggumu"

Dahyun memberanikan menatap mata Mingyu. "Memangnya kali ini kau akan mengajakku kemana?"

Mingyu tersenyum kecil. "Paman Kim Joon memanggil kita"

Mendengar nama ayahnya disebut, membuat Dahyun mencoba menelan salivanya. Apalagi yang akan ayahnya itu minta nanti?

Dahyun mengangguk mengerti. "Masuklah, aku berganti pakaian dulu"

Dahyun langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya, tak peduli tatapan kebingungan dari member lain. Mingyu masuk ke dorm itu, ia mengernyit saat melihat member GOT7 juga berada disana.

"Mingyu-ah!" panggil Bambam.

Mingyu menoleh pada Bambam, ia tersenyum. "Sini ikut makan bersama" ajak Bambam.

"Tak perlu, aku harus cepat"

Bambam mengernyit. "Memangnya kau ingin kemana bersama Dahyun?"

Mingyu terdiam, ia bingung akan menjawab apa. Ia menoleh kearah lain mencoba mencari alasan.

"Apa kalian memang akan berkencan?" tanya Yugyeom mengalihkan pertanyaan Bambam.

Mingyu meringis seraya mengedikkan bahunya.

Tak lama Dahyun keluar menggunakan jaket hitam dengan membawa tas kecil di bahunya.

"Kau ingin kemana Dahyun?" tanya Jeongyeon menghentikan langkah Dahyun.

"Mmmh... aku ada urusan unnie"

"Makananmu?" lanjut Jeongyeon.

Dahyun menggeleng. "Aku sudah kenyang, aku duluan" ia kemudian berjalan mendekati Mingyu.

Mingyu tersenyum melihat Dahyun dengan rambut gulungan. Mau bagaimanapun dimatanya Dahyun akan tetap cantik sampai membuatnya terpana.

Dahyun yang di tatap terus mendudukkan kepalanya merasa risih.

"Apa kau akan tetap menatapnya seperti itu?" tegur Bambam seraya mendengus.

Mingyu tersadar. Ia mengusap tengkuknya, merasa malu.

"Tunggu..."

Mingyu menghentikan langkah Dahyun. Ia kemudian melepas salendang hitam yang sedari tadi mililit di lehernya. Lalu memasangkan selendang itu ke leher putih Dahyun tanpa persetujuan gadis itu.

"Aku tak ingin kau kedinginan" jawabnya setelah melihat wajah bingung Dahyun.

"Woah..." gumam Chaeyoung merasa terpana dengan keromantisan Mingyu itu.

"Kajja" Mingyu mengambil tangan Dahyun, menggenggamnya lalu membawa gadis itu keluar dorm itu.

Pria blonde yang duduk di sebelah Mina itu tampak menggertakkan giginya menatap tak suka. Satu tangannya di bawah sudah terkepal kuat hingga sampai memerah. Bahkan urat di leher pria itu sebagian sudah berkeluaran.

Jinyoung melihat perubahan wajah Mark itu menarik alisnya satu. Seketika ia mengerti. Mark cemburu! Tapi pria blonde itu sama sekali tak bertindak, hanya diam saja. Dasar hyung-nya itu memang memiliki gengsi besar. Sekarang ia hanya bisa menertawai Mark dalam hati, yang diam tak bertindak seperti orang bodoh.

***
Kim Joon tersenyum melihat kedatangan anaknya bersama calon menantunya. Dahyun melihat itu mendengus dalam hati, ia yakin ini pertama kalinya ia melihat ayahnya tersenyum seperti itu selama ayahnya itu bercerai dengan ibunya.

"Jadi... kalian sudah dekat?" tanya Kim Joon memulai percakapan.

Mingyu tersenyum seraya melirik Dahyun sebentar. "Belum paman"

Kim Joon mengernyit. "Kenapa lama sekali acara pendekatannya?"

Dahyun hanya diam memasang wajah kesalnya, jengah dengan keadaan yang memuakkannya ini. Ia ingin kembali ke dormnya berkumupul bersama member lainnya, termasuk ingin melihat Mark. Hatinya memang sakit, tapi ia tetap merindukan pria blonde itu bagaimanapun.

"Paman... bisakah aku meminta satu hal?"

Kim Joon mengernyit menatap Mingyu. "Apa itu?"

"Bisakah kau mengundurkan waktunya. Aku tidak ingin buru-buru, biarkan kami mengenal dulu lebih dalam" lanjut Mingyu.

Dahyun menoleh. Ia sedikit terharu mendengar ucapan Mingyu itu. Pria hitam itu memang pintar mengetahui isi hatinya. Bahwa ia tak ingin menikah! Apalagi bersama Mingyu, yang sama sekali tak ia cintai.

Terdengan helaan nafas dari Kim Joon, membuat Dahyun kembali menatap sang ayah di depannya. "Baiklah, jika itu memang kemauanmu"

Senyum Dahyun langsung mengembang mendengarnya.

"Tapi hanya 2 bulan!" lanjut Kim Joon dengan tegas.

Seketika Dahyun kembali murung. Mingyu hanya bisa mengangguk pelan.

"Sekarang, Dahyun pergi ke dapur. Disana ada ibumu, kau harus belajar darinya menjadi ibu rumah tangga"

Sebelum Dahyun beranjak dari duduknya, ia menyempatkan mendengus lalu buru-buru berlari kecil kearah dapur.

***
Dahyun menghela nafas dengan berat. Ia melirik jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Matanya mulai berat untuk membuka saja. Ayahnya berhasil menahannya sehingga membuatnya besok harus mati-matian menahan kantuk yang akan datang saat latihan terakhir.

Kakinya melangkah pelan kearah lift. Ia sudah mengantuk berat, segera ia menepuk pipinya agar tersadar kembali.

'Dan saat tengah malam, ia pergi keluar. Mangkannya kau harus tahu, kalian selalu berpas-pasan di lift'

Jarinya terhenti di udara saat ingin menekan tombol terbuka lift itu. Ingatannya berputar mengingat ucapan Jinyoung saat itu.

Kepalanya segera menggeleng lagi. Ia tidak ingin bertemu Mark. Ia tak ingin kejadian lift rusak itu terus berlanjut, dan jika pun itu terjadi lagi, rasanya ia ingin menangis. Mengingat kelakuan Mark dengannya selalu romantis, tapi dihadapan seluruh manusia, pria blonde itu bersikap dingin dengannya dan acuh.

Ia mendongak memandang anak-anak tangga yang begitu banyak diatas sana.

Haruskah?

Baiklah. Mungkin ini adalah pilihan terakhirnya, agar ia tak berjumpa dengan Mark. Bukannya percaya diri bahwa Mark pasti ada di lift itu, hanya saja ia mencoba untuk menghindar.

Ia pun mulai menaiki anak tangga itu menuju lantai 4 tepat di dormnya.

Beberapa menit kemudian, dengan nafas mulai tersengal-sengal ia berhasil menapakkan kakinya di lantai 3. Tinggal beberapa anak tangga lagi. Dalam hati ia menyemangati dirinya.

Mendadak langkahnya terhenti. Tubuhnya menegang saat matanya menangkap tubuh Mark duduk di anak tangga menuju lantai 4.

Tapi ada yang berbeda dari pria blonde itu. Mark tampak menundukkan kepalanya dengan tubuhnya yang terkadang ambruk lalu bangun.

Matanya berhenti melihat 4 botol soju di dekat pria blonde itu. Segera ia berlari mendekati Mark.

"Su—sunbae..." panggilnya sedikit menundukkan tubuhnya.

Mark tak menyahutnya, kepalanya terus mengangguk seperti orang mabuk.

"Sunbae?!"

Dahyun mencoba mengguncangkan tubuh Mark. Tapi Mark malah menghempaskannya ke udara. Dahyun berdecak, ia mengambil 4 botol soju yang sudah kosong itu lalu membuangnya di tempat sampah dekat tangga itu. Kemudian ia kembali berjalan mendekati Mark. Ia tak habis pikir dengan Mark, bagaimana bisa pria blonde itu mabuk seperti ini.

"Sunbae? Iroena!!" Dahyun semakin mengguncangkan tubuh Mark dengan kuat.

Dan berhasil. Mark mendongakkan kepalanya. Ia tersenyum melihat Dahyun.

Dahyun membelakak saat tiba-tiba Mark menariknya menjadi terduduk disamping pria itu. Segera ia bergeser sedikit saat lengan Mark menyentuh lengannya, dan berhasil menghasilkan sesuatu seperti tersetrum di dalam dirinya.

"Kenapa kau menjahuiku?"

Bau alkohol langsung tercium di indra penciuman Dahyun, ia memandang wajah Mark yang tampak persis seperti orang mabuk berat.

"Apa yang terjadi denganmu sunbae?"

Mark mendekatkan tubuhnya pada Dahyun, membuat tubuh Dahyun tak bisa berkutik lagi.

Perlahan tangan Mark terangkat menangkup pipi putih Dahyun. Dahyun hanya bisa diam, tetapi ia ingin sekali menangis sekarang juga melihat keadaan Mark seperti kacau.

"Kau tahu, aku seperti ini karenamu..."

"...Aku cemburu melihatmu bersamanya..."

Dahyun tercengang mendengarnya. Benarkah? Ada serbesit rasa bahagia mendengar hal itu. Namun, apa itu benar? Keadaan Mark sekarang tak menyakinkannya sama sekali.

"Kau mengatakan mencintaiku, tapi kenapa kau pergi bersama pria lain? hmm...?"

Mark mengelus pelan pipi Dahyun. Dahyun hanya diam membiarkan sentuhan lembut itu.

"Apa kau melupakanku mmhh...?"

Dahyun menatap kebawah lalu menggeleng pelan. Sedetik pun ia tak bisa melupakan Mark, apapun kegiatannya pasti ia akan mengingat Mark jika berkaitan.

"Lalu kenapa kau bersama pria lain? Kau ingin membuatku cemburu?"

Tidak sama sekali! Dia sama sekali tidak ingin membuat Mark salah paham. Hanya saja, Mingyu selalu datang tiba-tiba tanpa sepengetahuannya. Mana mungkin ia tega mengusir pria hitam itu begitu saja. Dan lagi, seharusnya pertanyaan itu harusnya di tujukan untuk Mark.

'Kenapa kau bersama Mina unnie? Kau ingin membuatku cemburu?'

Seharusnya dia menanyakan hal itu. Namun, ia tidak berani sama sekali.

"Bee..."

Bee?

Dahyun mendongak mendengar panggilan itu. Keningnya berkerut, siapa yang di panggil Mark.

"Kau manis seperti madu, dan aku menyukainya..."

"Su—sunbae kau sudah mabuk" Dahyun memberanikan mengeluarkan suara.

Mark menggeleng pelan. Jempolnya bergerak mengelus pipi mulus Dahyun. "Tidak sama sekali"

"Kau mencintaiku, kan?"

Dahyun kembali menunduk. Mark menarik paksa Dahyun menatapnya. "Jawab dengan jujur bee..."

Dahyun tak tahu lagi harus menjawab jujur atau tidak. Ingin rasanya ia menggeleng keras lalu mendorong tubuh pria blonde itu. Tapi pemikiran dan tindakannya begitu berbeda.

Kepalanya sekarang mengangguk. Seketika Mark tersenyum. "Berjanjilah jangan pernah dekat dengan pria manapun"

Dahyun hanya diam memasukkan kedua bibirnya seperti kue macaron.

Mark mendekatkan wajahnya dan berhenti saat hidungnya menyentuh hidung Dahyun.

"Berjanjilah bee..."

Kepala Dahyun perlahan mengangguk seperti terhipnotis dengan mata hitam itu. Baiklah, sekarang Mark akan memanggilnya 'bee' jika mereka berdua, tapi jika dihadapan orang lain. Pria blonde itu pasti kembali dengan sikap aslinya. Ia yakin seratus persen!

Mark tersenyum, ia memiringkan wajahnya. Mengecup bibir merah muda Dahyun.

Dahyun membiarkan hal itu. Ia juga merindukan sentuhan ini.

Awalnya hanya kecupan, tapi lama kelamaan bibir itu semakin liar. Dahyun juga tak munafik, buktinya kini kedua tangannya sudah melingkar di leher Mark dan membalas ciuman itu dengan agresif.

***
TBC...

Incident Little Girl Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang