[16] Markhyun [Rewind]

2.4K 179 32
                                    

"Siapa ya?"

Pria itu berbalik seraya tersenyum manis. "Hai... lagi"
_
_
_
_
Dahyun mencoba tersenyum menatap pria hitam manis yang ada dihadapannya sekarang.

"Maaf, aku datang tidak memberitahumu terlebih dahulu"

Dahyun mengangguk beberapa kali. Tapi dalam hati ia meringis melihat kedatangan Mingyu yang selalu tiba-tiba.

"Apa kau sibuk?"

Dahyun menggigit bibir bawahnya. Pertanyaan itu pasti ada makna tersembunyi. Tentu saja ia tahu Mingyu ingin mengajaknya keluar. Ingin rasanya ia menolak mentah-mentah, tapi apa ia sejahat itu? Mingyu pasti sibuk, pria hitam itu pasti juga rela-rela datang kesini untuk menemuinya.

Dahyun menoleh ke belakang sebentar lalu ia kembali menatap Mingyu. "Tunggu sebentar, aku akan menayakan pada managerku jadwal hari ini"

Mingyu mengangguk seraya tersenyum. Dahyun berbalik, berjalan cepat menghampiri Jieun.

"Siapa?" tanya Jieun.

Dahyun menggeleng beberapa kali. "Unnie... apa hari ini Twice sibuk?"

Jieun berpikir sebentar, lalu ia menggeleng kecil. "Tidak, hanya pemotretan saja"

Dahyun mengangguk beberapa kali. "Apa ini masih lama?"

"Memangnya kenapa? Kau ingin kemana Dahyun?" tanya Momo angkat bicara.

"Ah... itu..." Dahyun begitu ragu menjawab pertanyaan Momo itu yang berhasil mengundang perhatian semua member termasuk GOT7.

Bambam memincingkan matanya, ia menoleh kearah pintu luar itu. Ia melihat sosok tubuh yang begitu ia kenali.

Mingyu?

Bambam kembali menatap Dahyun. "Kau ingin pergi bersama Mingyu?"

"Ha?" Dahyun hanya bisa memasang wajah terkejutnya karena Bambam berhasil mengetahuinya.

"Benarkah Dahyun? Kenapa kau ragu mengatakannya?" tanya Jieun.

"Ah maaf. Tapi aku harus cepat. Bisakah unnie?" mohon Dahyun.

Jieun mengangguk beberapa kali. "Baiklah, tak masalah. Pemotretanmu juga sudah selesai"

Dahyun berbalik kembali berjalan menghampiri Mingyu.

"Apa yang di ucapkannya semalam benar? Mereka akan menikah?" gumam Mina yang duduk di sebelah Mark.

Mark mendengar itu melengos. Ia menatap Mingyu dan Dahyun yang sedang berbicara. Sesuatu membuatnya seperti tak suka dengan kedetakan itu.

***
Mingyu hanya mengajak Dahyun berjalan-jalan mengelilingi kota besar itu menggunakan mobilnya dengan kaca gelap. Ia tak ingin orang lain mengetahui mereka.

"Kau ingin kemana?" tanya Mingyu membuyarkan lamunan Dahyun sedari tadi.

Dahyun berdehem. "Terserah saja, aku akan mengikutimu"

Mingyu tertawa kecil. Pandangannya tetap fokus kedepan. "Maaf, kita tak bisa turun. Aku hanya bisa membawamu berjalan-jalan menggunakan mobil. Aku takut orang-orang melihat kita"

Dahyun mengangguk mengerti. Ia memaksa tersenyum menoleh pada Mingyu. "Tak masalah"

Mingyu mencoba fokus menyetir, sesekali ia menoleh sebentar pada wajah cantik Dahyun. Ia merasa Dahyun seperti tak menyukainya, seperti pemaksaan. Terlihat dari wajah gadis itu. Tapi ia mencoba menepisnya jauh-jauh.

***
Dahyun telah kembali ke dormnya tepat pukul 6 sore. Mingyu begitu bahagia membawanya berkeliling kota hingga melupakan waktu. Ia jadi merasa bersalah dengan Mingyu. Mingyu, pria baik-baik kenapa harus di jodohkan dengannya? Yang sama sekali tak menyukai pria itu. Dari yang ia lihat, Mingyu seperti mempunyai perasaan dengannya, tetapi dia? Tidak sama sekali. Sudah di katakan, hatinya hanya melirik Mark seorang. Tapi sialnya, pria blonde sialan itu malah melirik gadis lain. Cintanya bertepuk sebelah tangan.

Dahyun telah membersihkan tubuhnya. Ia merebahkan tubuhnya di ranjangnya, menatap langit-langit kamarnya. Helaan nafasnya terdengar begitu berat.

Krekk...

Dahyun melirik pintu kamarnya yang di buka seseorang. Sana datang kembali menutup pintu itu. Lalu Sana ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Dahyun, sama halnya memandang langit-langit kamar Dahyun.

"Kemana saja kalian?" Sana membuka percakapan.

"Hanya berkeliling kota"

Sana menghela nafas, ia menoleh pada Dahyun. "Kalian memang akan segera menikah?"

Pertanyaan itu membuat Dahyun terkejut, tubuhnya langsung terduduk. Sana ikut menduduki dirinya berhadapan dengan Dahyun.

"Da—dari mana unnie tahu?"

Sana menghela nafas lagi. Ia mengambil tangan Dahyun, menggenggamnya. "Jangan terlalu banyak menyembunyikan masalah. Itu tidak baik Dahyun"

"Unnie tahu darimana?" tanya Dahyun sekali lagi.

"Kau tahu... semalam kau mabuk. Kau mengutarakan segalanya termasuk pernikahan itu"

Dahyun menunduk merutuki dirinya. Pikirannya kembali berputar mengingat kejadian semalam. Ia ingat ia mabuk, tapi ia tidak ingat sama sekali bahwa ia telah membocorkan semua rahasia terbesar ini.

"Lalu apalagi yang ku katakan unnie?"

"Kau mencintai Mark sunbae"

Mulut Dahyun terbuka lebar. Matanya terbelakak seperti ingin keluar. Kepalanya menggeleng beberapa kali. "Tidak! Tidak! Itu hanya gigauan saja, bukankah aku mabuk"

Sana mendengus. "Kau tahu Dahyun, bahkan orang mabuk lebih jujur daripada orang sadar"

Dahyun terdiam, ia menjilat bibirnya. Sekarang apa yang akan ia katakan. Semua orang sudah mengetahui semua rahasianya. Pantas saja semua member Twice tadi pagi memandangnya aneh. Begitu bodohnya dirinya!

"Dahyun-ah... jangan menyimpannya terus. Berceritalah pada kami, kami akan membantumu" ujar Sana lagi.

Dahyun menggeleng kecil, matanya mulai nanar dengan air matanya yang sudah menampung di kelopak matanya. Ia benar-benar cengeng belakangan ini, semua orang telah berhasil melihat air matanya.

"Tidak unnie. Kau tahu Mina unnie menyukai Mark sunbae. Aku tak bisa melakukan apapun"

Melihat itu Sana ikut ingin menangis, ia memeluk Dahyun, mengelus punggung Dahyun. "Aku tahu perasaanmu Dahyun-ah... menangislah, aku bersedia menjadi sandaranmu"

Seketika tangis Dahyun pecah. Kedua bahunya menaik turun dengan cepat. Nafasnya mulai tersengal-sengal. Baju Sana mulai basah karena air mata Dahyun, tapi Sana tak mempersalahkan hal itu.

"A—aku be—begitu me—mencintainya unnie, hiks..."

Sana mengangguk beberapa kali, segera ia menyeka air matanya yang ikut turun. Ia semakin mengeratkan pelukannya.

"Hiks... ta—tapi dia me—menyukai Mi—mina unnie hiks..."

Tiba-tiba Tzuyu datang tanpa sepengetahuan keduanya. Maknae itu berjalan, memeluk keduanya tiba-tiba.

"Unnie..." lirihnya ikut merasakan kepedihan Dahyun.

Dahyun membiarkan Tzuyu memeluknya.

"Jangan menangis unnie..." lirih Tzuyu lagi tak tahan.

Dahyun semakin gencar menangis. "Hiks... aku tidak bisa seperti ini, hiks..."

Beberapa menit Dahyun tak berhenti menangis. Sampai akhirnya jarum jam tepat tertuju 7 malam. Dahyun berhenti menangis, perlahan ia melonggarkan pelukannya.

Sana memegang kedua pundak Dahyun. "Kau kuat Dahyun, jangan menangis lagi"

Sana mengatakan hal itu, tapi ia sendiri menangis melihat Dahyun seperti ini. Tzuyu ikut mengangguk membenarkan ucapan Sana.

"Unnie... hajima"

Dahyun menghapus air matanya. "Aku harus bagaimana lagi? Ini terlalu sulit"

"Apa benar kau dan Mingyu akan menikah?" tanya Sana ragu.

Dahyun mengangguk lemah. "Ne. Ayah menjodohkanku dengannya. Dia juga memberikan waktu 1 bulan untuk mengenal Mingyu, setelah itu kami akan menikah segera"

Tzuyu tercengang menutup mulutnya tak percaya. "Unnie... itu terlalu kejam"

Dahyun mengangguk kembali. "Kau benar Tzuyu, dia memang kejam. Aku harus melaksanakan perintahnya, jika tidak, sesuatu berbahaya bisa terjadi"

"Lalu kau tidak akan keluar dari Twice, kan?" tanya Sana ragu lagi.

Dahyun terdiam sebentar. Ia menatap sendu Sana dan Tzuyu bergantian. "Aku harus keluar setelah kita selesai comeback"

Kedua gadis itu kembali terkejut mendengar hal itu. "Jangan lakukan itu unnie" ujar Tzuyu.

Dahyun menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Aku juga tidak ingin. Tapi itu adalah perintahnya. Aku tidak bisa apa-apa"

"Dahyun-ah..."

Mereka kembali berpelukan dengan perasaan yang begitu sedih dan miris.

***
Dahyun berjalan dengan tubuh sedikit menunduk. Malam ini ia harus membeli pembalut untuk dirinya dengan sendirian tanpa ada yang menemani. Sana dan Tzuyu sudah terlelap dan yang lainnya malas untuk bergerak. Jadilah dia pergi sendirian. Sejujurnya ia juga sangat malas tapi demi dirinya, yasudahlah.

Mendadak kakinya melangkah melihat dua orang pria berjalan berlawanan arah dengannya. Kedua pria itu pun sekarang sepenuhnya sedang melihatnya. Satu pria dengan rambut hitam tersenyum ramah padanya tetapi satu pria yang memiliki rambut blonde hanya menatapnya datar.

"Kau ingin kemana Dahyun?"

Kedua pria itu berjalan mendekatinya. Dahyun mencoba tersenyum kikuk. "Ke supermarket sunbae" jawabnya menatap Jinyoung.

"Ingin membeli apa?" tanya Jinyoung lagi.

"eeehh...." Dahyun sempat berpikir ingin menjawab apa. Masa iya, dia harus mengatakan akan membeli pembalut, itu begitu memalukan.

"Kami juga akan ke supermarket, ingin bersama?" tawar Jinyoung.

Dahyun menggeleng cepat. "Ani. Aku sendiri saja" ujarnya seraya tersenyum lebar.

Tidak, dia tidak ingin berjalan bersama pria blonde itu yang sedari tadi berhasil membuatnya melirik Mark.

"Ahk!"

Jinyoung menundukkan tubuhnya sedikit seraya memegang perutnya.

"Sunbae.. sunbae ada apa?" wajah Dahyun mulai panik melihat Jinyoung seperti kesakitan.

Jinyoung menekan perutnya. "Perutku begitu sakit, sepertinya aku harus membuang air besar. Kalian bisa pergi berdua saja"

Setelah mengatakan itu Jinyoung segera berbalik, berlari meninggalkan keduanya.

Dahyun hanya diam memperhatikan Jinyoung yang berlari sudah menghilang di bawah tangga sana. Perlahan kepalanya bergerak memutar mengarah pada Mark yang sedari tadi hanya diam.

Ia menunduk kecil. "Aku permisi sunbae" pamitnya.

Saat Dahyun mulai melangkahkan kakinya, Mark menahan tangan putih itu. Dahyun gelagapan. Ia meringis melirik tangan kekar itu yang sedang memegang tangannya. Hal ini membuat jantungnya kembali berdetak begitu kencang.

"Kita berjalan bersama saja"

Mark langsung menarik tangan Dahyun menuruni anak tangga.

"Sunbae... kita bisa menaiki lift" ujar Dahyun berusaha melepaskan tangannya.

Mark tetap menarik tangan Dahyun, seperti enggan melepaskannya begitu saja. "Tidak. Aku ingin memakai tangga saja. Seharusnya kau berterimakasih padaku, turun tangga bisa mengurangkan tubuh bulatmu itu"

Dahyun merengut mendengar ejekan itu. Ia menghempaskan tangan Mark ke udara. "Dasar gila!" desisnya berjalan duluan.

Mark terkekeh. Ia bahkan lebih senang melihat sikap Dahyun yang sebenarnya. Rasanya begitu aneh untuknya saat Dahyun bersikap canggung dengan dirinya terlebih lagi panggilan sunbae itu, membuatnya sama sekali tak suka.

***
Saat mereka sudah menginjak tanah di luar gedung JYP itu. Keduanya segera memakai tudung di jaket yang sedang mereka pakai, agar tak ada yang mengetahui mereka.

Mereka berjalan dengan keadaan hening. Dalam hati Dahyun mendumel dengan jalan Mark yang begitu lambat.

"Ah sunbae! Bisakah kau percepatkan jalanmu itu" kesalnya kembali berbalik melipat tangannya di dada.

Mark mengedikkan bahunya. "Aku ingin seperti ini"

Dahyun menggeram. "Yasudahlah, aku duluan saja. Jalanmu lambat seperti siput!"

Dahyun kembali berbalik, ia mempercepatkan jalannya. Mark terkekeh. Ia berlari kecil mensejajari langkahnya pada Dahyun.

Tangan kanannya meraih tangan kiri Dahyun. Mengenggam tangan putih itu dengan hangat. Sontak langkah Dahyun terhenti. Ia mengangkat tangannya yang di genggam Mark.

"Ini apa? Lepaskan byuntae!"

Mark semakim menggenggam tangan itu. "Aku tidak mau"

Dahyun memutar bola matanya malas. Tapi sejujurnya ia begitu senang dengan genggaman hangat ini.

Dahyun kembali berjalan dengan genggaman yang masih setia di tangannya. Mark tersenyum kecil. Ia melirik wajah merengut Dahyun sesekali. Jika jujur, ia lebih menyukai Dahyun seperti ini, daripada sebelumnya.

Mark mulai mengayunkan tangan mereka kecil-kecil. Hal ini membuat Dahyun mendengus tapi membiarkan begitu saja.

Sekumpulan siswa yoeja yang masih memakai pakaian sekolah berjalan berlawanan dari mereka berdua seraya berceloteh tidak jelas. Tapi yang pasti Dahyun dan Mark masih bisa menangkap sebagian celotehan mereka.

"Aku begitu mengharapkan Mark oppa dan Dahyun unnie berpacaran. Mereka itu begitu cocok" histeris salah satu sekumpulan yoeja itu.

Dahyun tersenyum dalam hati mendengar hal itu. Rasanya senang saat mendengar ucapan anak sekolah itu.

Mark dan Dahyun segera menundukkan kepala mereka saat mereka akan melewati sekumpulan siswa yoeja itu. Mark semakin menggenggam tangan Dahyun, membuat debaran di dada Dahyun semakin kencang.

"Jakkaman..."

Salah satu sekumpulan yoeja itu berbalik saat ia seperti mengenali dua sosok tubuh berpasangan melewati mereka tadi.

"Ada apa?" tanya temannya.

Gadis berponi itu mengernyit menatap sepasang manusia sedang saling menggenggam. "Aku seperti mengenali mereka"

Sekumpulan yoeja itu ikut memperhatikan sepasang manusia itu yang mulai menjauh.

"Siapa?"

Gadis berponi itu menggeleng beberapa kali. "Ntahlah. Sudahlah, mari kita lanjutkan jalan kita" ujarnya kembali berbalik.

Sekumpulan siswa yoeja itu pun kembali melanjutkan langkah mereka.

***
Mark dan Dahyun telah sampai di depan supermarket. Mark tersenyum kecil saat melihat seseorang yang berdiri di kasir itu adalah seorang pria tua yang mungkin tidak mengenali mereka sama sekali. Dahyun membulatkan matanya saat Mark membuka tudung jaket hitam milik pria blonde itu.

"Ya! Apa yang kau lakukan? Bagaimana nanti ada yang melihatnya?" bisik Dahyun yang terkesan kuat.

Mark tetap tersenyum. Ia mengarah pada kasir itu. "Dia sudah tua, aku yakin dia tak mengenali kita. Kajja!"

Mark langsung menarik Dahyun masuk ke dalam supermarket yang kosong itu. Supermarket itu terlihat kecil membuat orang-orang begitu enggan memasukinya.

Mark dan Dahyun berpencar kearah yang berbeda. Mark yang tampak berjalan kearah tempatnya minuman dingin, sedangkan Dahyun kearah tempatnya banyak peralatan wanita.

Dahyun melepas tudung jaket merah mudanya. Ia melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tak ada orang yang melihatnya sekarang. Setelah itu, ia menundukkan tubuhnya. Matanya menyipit mencari ukuran pembalut yang biasa ia kenakan.

"Tidak, tidak itu terlalu kecil" gumamnya saat ia melihat pembalut berukuran kecil.

"Eerr..." Dahyun masih sibuk mencari ukuran yang pas untuknya.

Tanpa di sadari gadis putih itu Mark telah berdiri di sampingnya dengan membawa sebotol minuman. Keningnya berkerut melihat Dahyun tampak berpikir hanya memilih saja.

"Kenapa lama sekali hanya memilih saja?"

Dahyun tersentak, tubuhnya langsung menegak. "Ya! Sejak kapan kau disini?"

Mark mengedikkan bahunya. "Baru saja"

"Cepat pilih"

Dahyun mengerang, "Bisakah kau pergi dulu. Aku sedikit malu"

Mendengar itu tawa kecil keluar dari mulut Mark. Untuk apa Dahyun malu dengan hal ini saja?

"Memangnya kenapa, pilih saja."

Dahyun merengut. Dengan cepat ia mengambil asal pembalut itu. Tak peduli lagi dengan ukurannya, karena sedikit kesal dengan Mark.

Tiba-tiba pintu supermarket itu terbuka menampilkan sekumpulan yoeja sekolah tadi yang mereka lihat saat di jalan dengan tawa yang meledak.

Mark dan Dahyun serentak langsung memakai tudung jaket mereka masing-masing.

"Ya! Ppali!" bisik Mark menarik tangan Dahyun menuju kasir.

"Ahjussi, aku meninggalkan payung ku disini, apa kau melihatnya?" tanya salah satu yoeja itu.

Pak tua itu menggeleng pelan. "Aku tidak tahu"

Yoeja itu mendengus. "Dia sudah pikun, lebih baik kita cari saja sendiri" bisik temannya.

Mark dan Dahyun berusaha menutupi wajah mereka saat salah satu yoeja itu melirik kearah mereka.

Mark segera membayar, padahal tadi Dahyun berniat membayar miliknya, tapi Mark langsung cekat membayar keduanya. Dahyun segera mengambil belanjaan mereka. Mark langsung menarik tangan Dahyun keluar supermarket itu.

"Aku seperti mengenali jaket itu" gumam salah satu yoeja itu memperhatikan Mark dan Dahyun yang berjalan di luar supermarket itu.

Seketika yeoja itu teringat. "Bukankah jaket hitam itu pernah Mark oppa pakai saat di fansmeeting!" histerisnya.

Sontak sekumpulan yoeja itu menoleh. "Benar sekali! Cepat kejar mereka!" serunya lagi.

***
"MARK OPPA!!"

Mark dan Dahyun melirik ke belakang mendengar teriakan keras itu. Keduanya terkejut melihat sekumpulan yoeja sekolah itu berlari mencoba mengejar mereka.

Mark langsung menarik tangan Dahyun berlari cepat. Dahyun sudah mulai ketakutan dengan kejaran sekumpulan yoeja itu.

Mereka terus berlari mencoba menghindari sekumpulan yoeja itu yang mulai menggila melihat Mark menggenggam tangan Dahyun.

Sampai Dahyun mulai kelelahan, Mark yang tahu Dahyun sudah kelelahan langsung menarik Dahyun masuk ke dalam sebuah gang sempit yang gelap.

Mark mendorong tubuh Dahyun pelan ke dinding itu. Ia memajukan wajahnya masuk ke dalam tudung jaket milik Dahyun. Nafas Dahyun sudah tersengal-sengal, begitupun Mark. Dahyun dapat merasakan harum nafas mint milik Mark mengenai wajahnya.

Sekumpulan yoeja itu berhenti karena sangking kelelahannya. "Sial! Aku lupa mengambil gambarnya!" desis salah satu yoeja itu.

Mendengar umpatan itu, Mark dengan cepat menarik kedua tangan Dahyun melingkar di pinggangnya, seakan mereka berciuman.

"Aish! Siapa wanita itu, berani sekali mengenggam Mark oppa! Mark oppa hanya milik Dahyun unnie!" kesal teman yoeja itu yang mulai kehabisan nafas akibat berlari.

Yoeja yang memilik poni itu menyenggol teman-temannya melirik kearah gang sempit gelap itu.

"Jaman sekarang, anak muda sudah tak tahu tempat untuk berciuman saja" ujar yoeja berponi itu.

"Ck ck ck... kenapa mereka lama sekali berciumannya" desis temannya.

"Sudahlah, kita harus mencari mereka lagi. Siapa tahu mereka berlari kearah sana" ujar temannya yang lain kembali berlari yang diukiti yoeja lainnya itu.

***
TBC...

Incident Little Girl Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang