[31] Years [Rewind]

2.4K 132 10
                                    

Part ini banyak yang di skip
***

Kepalanya dengan cepat menoleh.

"MARK!"

_
_
_
_
Dahyun terduduk dengan wajah terkejutnya.

Kedua mata itu yang sedari tadi terpejam rapat mulai terbuka kecil-kecil. Mulutnya mengerang kecil. Tubuhnya yang sedari tadi tidur telengkup, kini mengganti posisi tidur seperti biasa. Ia belum membuka matanya.

Dahyun masih dalam keterkejutannya. Sejak kapan suaminya itu sudah tidur disebelahnya. Bukankah seingatnya, Mark tak pulang lagi karena sudah terlalu larut. Ah, dia yakin ini hanya mimpinya saja karena terlalu merindukan Mark.

"Eh... apa kau Mark?" Dengan takut-takut ia mengguncang kecil tubuh Mark dengan kakinya.

"Lalu siapa lagi?" Mark bersuara tanpa membuka matanya dan menoleh.

Ini membuat Dahyun kembali terkejut. Bahkan mulutnya sudah terbuka lebar. "Se—sejak—?"

"Jam 11 malam aku sampai" potong Mark.

Dahyun tak menjawab. Ia masih dalam keadaan sangat terkejut dan sedikit takut. Takut-takut itu bukan Mark tapi makhluk yang menyerupai suaminya itu, bukankah itu menyeramkan?

Pria itu akhirnya membuka mata lalu menoleh menatap Dahyun yang terduduk. "Kau sudah tidur, aku tak mungkin membangunimu lagi"

Dahyun tersadar. "Ta—tapi sejak kapan kau mengubah warna rambutmu menjadi coklat?"

Mark mengernyit, Dahyun malah menanyai tentang warna rambutnya. Ia menduduki dirinya. Mengacak rambutnya, persis seperti orang baru bangun tidur.

"Baru beberapa hari yang lalu, aku bosan warna blonde"

"Tapi aku lebih menyukai warna rambutmu itu"

Mark berdecak. "Bisakah kau tidak membicarakan soal rambut sekarang? Kau tak merindukanku?"

Dahyun langsung tersenyum lebar. Ia bergerak memeluk tubuh Mark. "Hahaa... aku lupa sangking terkejutnya" ujarnya dalam pelukan itu.

Mark membalas pelukan itu. Namun baru saja ia ingin memeluk Dahyun dengan erat, sesuatu mengganjal di bagian perutnya. Spontan ia melepaskan pelukan itu, melirik kebawah.

Pada saat ia melihat kearah perut Dahyun, matanya membesar. "Wow?"

Dahyun terkikik sendiri. Ia mengelus perutnya. "Sudah 3 bulan"

Wajah Mark tampak berbinar. Tangannya bergerak mengelus perut buncit itu.

***
Dahyun menggigit bibir bawahnya. Ia meremuk ujung baju Mark sesekali menariknya. Matanya melengkung ke bawah, petanda ia sedang sedih.

"Mark..." rengeknya.

Mark menggeram kecil. "Tidak Dahyun..."

"Sekali saja" mohon Dahyun seraya memasang jarinya menunjukkan jari telunjukkan kehadapan Mark.

Mark menggeleng keras. "Tidak. Itu berbahaya"

Dahyun ikut menggeleng keras. "Aniyo"

Mark berdecak. "Kata siapa?"

"Dokter"

"Apa aku harus mempercayainya?"

"Ah ayolah Mark..." rengek Dahyun lagi.

Mark menghela nafasnya dengan kasar. Ia menangkup wajah Dahyun. "Kau tahu, aku begitu takut jika terjadi apa-apa dengan baby kita. Jadi aku mohon Dahyun, jangan meminta hal itu. Walau aku juga ingin..."

Dahyun mengayunkan bibirnya. "Ini juga keinginan baby kita..." ujarnya seraya mengelus perut buncitnya.

Mark menarik alisnya satu, "Ada seperti itu?"

"Ada, sekarang ini"

"Dwasseo. Lebih baik kita tidur saja, ini sudah malam"

"Mark..." rengek Dahyun lagi menarik tangan Mark yang sudah turun dari wajahnya.

Mark terdiam sebentar dengan wajah berpikir. Ia merasa takut sesuatu hal terjadi dengan baby mereka.

Dahyun mengambil kedua tangan Mark. "Percayalah tak apa. Hanya bermain lembut saja" ujar Dahyun menatap mata Mark, mencoba mempercayai pria itu.

Mark tetap diam menatap Dahyun. Dahyun berharap Mark mengabul keinginannya dan baby mereka.

1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik

Tiba-tiba Mark menarik leher Dahyun mendekati wajahnya. "Hanya perlu lembut saja kan?"

Dahyun mengangguk seraya tersenyum senang.

Dan setelah itu Mark mulai mencium bibir merah muda itu.

***
2 hari kemudian...

"Kau harus kembali?"

Mark mengangguk seraya menghela nafas dengan kasar.

"Secepat itu?" tanya Dahyun mencoba menahan isakannya.

"Hajima. Aku akan kembali nanti"

"Kembali? Kapan lagi? Apa aku harus menunggumu 1 bulan lagi? Ani, 2 bulan? 3 bulan? Atau 1 tahun?"

Mark mendekat saat melihat Dahyun mulai mengeluarkan isakannya. "Aku akan pulang segera setelah comeback ku ini" ujarnya.

"Kapan? Aku... aku tidak bisa menunggu Mark hiks..."

"Pasti bisa. Kita bisa melakukan video call setiap hari"

Dahyun menggeleng. "Tidak mungkin, kau pasti terus lelah"

"Aku akan mengusahakannya"

***
Setelah perkataan itu, Mark menepati janjinya. Setiap malam ia mencoba video call bersama Dahyun, membuat istrinya tertawa hanya dengan lelucuon garingnya, bermaksud sekedar menghilangkan kerinduan diantara mereka berdua. Walau Mark akui, ia benar-benar sudah merindukan Dahyun, walaupun mereka berpisah baru 1 minggu berlalu. Comeback GOT7 berjalan dengan lancar, jadwalnya pun masih padat, masih begitu susah untuk meminta ijin pulang sebentar melihat istrinya itu.

***
2 bulan...

Dahyun mengusap perutnya yang semakin membesar. Mulutnya tak henti mengunyah cemilan seraya memandang TV yang menyala yang ada di hadapannya. Sesekali ia tertawa melihat suaminya yang berada di suatu talkshow. Ia sendiri pun bingung, kenapa ia bisa tertawa sendiri jika melihat Mark tertawa di TV itu, tapi yang pasti tertawa Mark menularkannya.

"Woah... jinjjayo? Siapapun yang berhasil mendapatkan hati Markeu adalah wanita yang beruntung"

Dahyun tersenyum sendiri mendengar ucapan salah satu host itu. Dalam hati ia menunjuk dirinya, bahwa ia adalah wanita beruntung itu.

"Tunggu 4 tahun lagi. Akan ku tunjukkan siapa wanita itu, hahahaaa..." tawanya sendiri.

Tiba-tiba Dahyun merasakan suatu tendangan di perutnya. "Aish... apalagi ini"

"Eoh... apa Mom salah bicara huh?"

Tandangan itu datang lagi. "Ne. Mom memang salah bicara" ujar Dahyun mengalah. Ia benar-benar seperti berbicara dengan orang yang ada di hadapannya.

***
Drrttt drrtt drrttt...

Dahyun langsung cekat mengambil ponselnya lalu mengangkatnya.

"Mark!" serunya girang.

"Hahahaa... kau begitu semangat sekali"

"Tentu saja. Kau menghubungiku"

"Aku merindukanmu"

"Aku sangat merindukanmu"

"Aku sangat sangat merindukanmu"

"Aku sangat sangat sangat merindukanmu"

"Hahahaa... cukup cukup. Aku tahu kau merindukanku"

Dahyun tersipu. "Kau juga"

"Kapan kau pulang?"

"Maaf aku tak pulang 2 bulan lalu, yang ku janjikan kemarin"

Di seberang sana terdengar suara menyesal membuat Dahyun telena.

"Tak masalah. Yang penting kau terus mengabariku"

"Akan ku usahain pulang secapatnya"

Dahyun mengangguk walau ia tahu Mark tak bisa melihatnya. "Mmhh... saranghae"

"Nado saranghae"

***
4 bulan kemudian...

Dahyun menggigit bibir bawahnya. Ia menarik nafasnya lalu menghembuskannya beberapa kali. Terus ia melakukannya, menarik lalu menghembuskan nafasnya secara perlahan. Perutnya mulai merasakan kontraksi. Maklum saja kandungannya sudah mencapai 9 bulan, tinggal menunggu hari. Bahkan bisa di bilang hari ini ia bisa melahirkan, tapi ia berusaha menahannya menunggu kedatangan suami tercintanya yang sebentar lagi akan sampai ke apartement mereka ini.

Jieun sudah selesai mengemaskan perlengkapan Dahyun. Ia tampak gelisah melihat Dahyun mulai meringis kesakitan sesekali.

"Astaga, Dahyun kita harus pergi sekarang, ini sudah waktunya"

Dahyun menggeleng beberapa kali. "Tidak unnie. Mark akan segera sampai"

"Aish... ini tidak ada waktunya lagi Dahyun!" desak Jieun yang tak tahan melihat Dahyun berusaha menahan kesakitan seraya memegang perut besar itu. Rasa ketakutannya jika terjadi apa-apa dengan Dahyun dan baby itu apalagi melihat keringat sebiji jagung di kening Dahyun berlomba-lomba keluar.

"Errr..." erang Dahyun kesakitan dengan memejamkan matanya seerat mungkin.

"Dahyun... ayo sekarang pergi" Jieun mencoba membantu Dahyun berdiri dari sofa itu.

"Hhh... hahhh... aku tidak tahan hahh..." rasanya tubuh Dahyun mulai melemas. Bibirnya pun mulai memutih. Perutnya sangat sakit.

Tit tit tit tit tit

Jieun yang mendengar suara seseorang membuka pintu sandi apartemen itu langsung berteriak, "Ppali Mark!"

Mark masuk langsung berlari mengambil ahli Dahyun dari Jieun. "Tahan sebentar bee..."

***
1 hari kemudian...

Mark tersenyum melihat bayi yang baru lahir di tangannya. Mata kecil itu masih terpejam erat. Kedua tangan kecil yang di bungkus tangan itu pun bergerak-gerak kecil membuat Mark tak sanggup tak mengeluarkan air matanya.

"Mwohani? Kenapa aku menangis" segera ia menghapus air matanya dengan satu tangannya.

Mark mendekatkan bayi itu lalu mencium keningnya bayi itu dengan lama dan lembut.

"Welcome to world my baby" bisiknya pada bayi mungil itu.

***
7 bulan kemudian...

"Bee senyumlah..."

Dahyun berdecak menutup wajahnya dengan satu tangannya. "Hentikan Mark, aku belum mandi"

Mark tertawa masih memegang ponselnya mengarah pada Dahyun. "Tak masalah. Kau tetap cantik mau bagaimanapun"

"Berhentilah merayuku" ujar Dahyun malas seraya mengelus kepala bayi mungil yang ada di gendongan tangannya.

Mark mengambil sekali gambar Dahyun yang sedang mengelus kepala baby mereka. Kemudian ia memasukkan ponselnya ke dalam kantung celananya. Setelah itu ia mendekati Dahyun yang duduk bersandar di king size mereka itu.

"Aigoo... ternyata putraku sudah bangun" ujarnya tersenyum sendiri lalu mencium kening baby mungil itu.

"Tapi ia tetap wangi tidak seperti Mom-nya"

Dahyun berdecak. "Aku masih wangi, cium saja pakaianku"

Mark menatap Dahyun. "Pakaianmu saja, bukan orangnya" ejeknya terkekeh.

Dahyun merengut. "Semalam melelahkan, aku tak sempat mengganti pakaianku"

Mengingat acara pertemuan bersama teman-teman Mark di US semalaman, dan saat itu Mark memperkenalkan dirinya sebagai istri sahnya. Hal itu membuatnya terkadang suka tersipu. Semua teman-teman Mark sangat ramah dengannya. Mark pun tak lupa meminta jangan ada yang mengambil gambar dirinya, dan yang lain memakluminya dan mengerti.

Mark beralih mengelus kepala Dahyun dengan lembut. "Kau masih mengantuk? Tidurlah, biar aku saja yang merawat baby kita"

Dahyun menggeleng pelan. "Ani. Tidurku sudah cukup. Lagian aku juga tak ingin Sam menangis karena ulahmu nanti"

Mark berdecak. "Tak mungkinlah aku membuatnya menangis"

Dahyun hanya terkekeh lalu mencium pipi Mark sekilas, membuat Mark tersenyum sendiri. Ia sangat suka sekarang dengan kelakuan Dahyun yang mulai agresif dengannya.

"Sebentar"

Mark mengeluarkan kembali ponselnya. Kemudian ia mengarahkannya pada tubuh baby kecil itu

Dahyun mengernyit. "Untuk apa?"

Mark mengambil gambar tubuh baby kecil itu yang berada di pangkuan Dahyun. Setelah itu ia memperhatikan gambar itu seraya tersenyum sendiri.

"Aku menanya untuk apa?" tanya Dahyun lagi.

Mark menarik kepalanya, menatap Dahyun. "Memasukkan ke instagram"

"Kau ingin memberitahu sekarang ke semua media?"

Mark menggeleng. "Tidak. Aku akan memotong wajahnya. Biar mereka semua tahu, anakku telah lahir. Lagian anak-anak belum ada yang tahu baby kita sebesar apa sekarang"

Dahyun hanya menangguk mengerti.

Tiba-tiba suara rengekan terdengar dari baby mungil itu. Dengan cekat Dahyun menurunkan sebagian sweaternya, kemudian menurunkan salah satu bra-nya.

Dahyun tersenyum melihat baby mungil itu tak menangis lagi setelah ia menyusuinya.

Mark tersenyum puas melihat hasil postingannya. Tak butuh waktu lama, banyak yang langsung menyukai postingannya dan mengomentarinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat Mark membaca komentar-komentar dari postingannya, ia menangkap banyak komentar yang menyatakan kerinduan pada Dahyun.

Ia menoleh pada Dahyun. "Bee... mereka merindukanmu" ia menunjukkan layar ponselnya kehadapan Dahyun.

Dahyun membaca komentar itu. Ia tersenyum miris. "Aku juga merindukan mereka" ujarnya.

"Tapi aku bersabar, menunggu 3 tahun setengah apa salahnya? Sam masih terlalu kecil"

Mark tersenyum mendengar hal itu. Ia mengecup kening Dahyun. "Aku menyukai sikapmu yang semakin dewasa ini bee..."

Dahyun tersenyum. Ia mengecup sekilas bibir Mark. Mark terkekeh kecil. "Ingin bermain?"

Dahyun berdecak. "Tidak Mark. Aku sudah bilang, Sam masih terlalu kecil"

"Lalu?"

"Aku tak ingin hamil lagi sebelum Sam bisa berjalan, berlari, tertawa, berbicara, dan bersekolah" jelas Dahyun kemudian terkekeh melihat wajah Mark mengerucut.

"Ouhh... Markeu... jangan cemberut begitu"

Mark hanya diam masih mengerucutkan bibirnya.

"Jika target ku itu semua berhasil, kita bisa membuat baby kembar"

Mark menjadi tertawa kecil. "Ada-ada saja. Baiklah kita harus memenuhi target mu itu terlebih dahulu"

"Ppoppo" minta Dahyun manja.

Mark mendekat kemudian mencium bibir Dahyun. Mark menahan tengkuk Dahyun yang mulai mundur dan ia mulai bermain pada bibir itu.

hehkk hekk..

Dahyun langsung mendorong tubuh Mark saat mendengar isakan kecil dari baby mungil itu.

"Ya... kau menekannya" kesalnya pada Mark.

Mark meringis. "I'm so sorry dude" sesalnya seraya mengelus pelan kening baby mungil itu.

Dahyun tersenyum dengan perlakuan Mark yang sudah benar-benar seperti seorang ayah. "Kau ingin menggendongnya?"

"Tentu"

Ayah muda itu beralih mengambil baby Sam ke dalam tangannya. "Uuh... u so handsome."

"Aku mandi dulu" Dahyun bergerak turun dari king size itu.

"Jika Sam menangis, kau tahu kan harus apa?" tanya Dahyun seraya mengikat rambut panjang hitamnya yang sempat ia cat saat hamil.

"Tentu bee. Aku tahu semua, mandilah"

***
4 tahun kemudian...

"1 minggu lagi!"

Mark terkekeh melihat kegirangan Dahyun. "Kau sudah tak sabar lagi ya?"

Dahyun mengangguk antusias. "Ne! Aku sudah tidak sabar bertemu penggemarku. Tapi..."

Mark mengangkat alisnya satu melihat perubahan wajah mendadak Dahyun. "Hhmm?"

"Apa mereka masih mengingatku?"

Mark tersenyum. Ia mengelus kepala Dahyun. "Hampir setiap hari aku menunjukkan komentar-komentar yang ada di media sosialku padamu. Setiap aku memposting sesuatu, pasti penggemarmu berkomentar meminta kau kembali. Itu artinya mereka masih menyayangimu"

Dahyun mencoba kembali tersenyum. "Kau benar"

Mereka kembali diam memandangi TV yang mati di hadapan mereka. Dahyun menoleh kembali mengeluarkan suara.

"Seharusnya tahun lalu aku sudah kembali"

Mark beralih pada Dahyun. "Sam masih membutuhkanmu, jangan terlalu cepat"

Dahyun kembali mengangguk.

"Mark..."

"Ne?"

"Saat aku nanti menjadi solo, apa aku akan menjadi sukses seperti di Twice?"

"Masalah itu belakangan. Kau harus tetap semangat jika nanti kau sukses ataupun tidak. Jika nanti kau jatuh, jangan patah semangat dan langsung mundur, masih banyak yang mendukungmu terutama aku"

Dahyun terharu dengan ucapan Mark itu. "Kau suami idaman, ppoppo"

Mark terkekeh. Ia melaksanakan ucapan Dahyun.

"Mark, mari kita bermain"

"Ha?"

Dahyun mengangguk beberapa kali. Yang awalnya Mark terkejut, berubah menyeringai. Lantas tanpa basa basi ia menarik Dahyun.

***
TBC...

*Kok agak geli ya bacanya? Yawlah semoga aku tak berdoa :')*

Incident Little Girl Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang