[21] Come Back [Rewind]

2.6K 164 27
                                    

Bagaimana agar Dahyun kembali luluh dengannya? Ini rumit mencintai gadis seperti Dahyun.
_
_
_
_
"Ayolah Dahyun, jangan terus marah denganku"

Dahyun hanya diam dengan mata terpejam. Ia membiarkan Mark sedari tadi memohon dengannya. Tapi ia hanya diam, tidur membelakangi Mark. Rasanya ia engga hanya melihat wajah Mark itu, mengingatkannya dengan setiap kejadian mesra Mark dengan Mina.

"Bee..."

Suara itu mulai melembut, tapi Dahyun tetap kekeh dengan dirinya.

"Oh ayolah... berhenti seperti anak kecil"

Mark mulai tampak frustasi, sedari tadi tak ada respon ia dapat dari Dahyun. Wanita itu tetap membelakanginya tanpa bersuara.

Dengan perlahan ia mendekatkan tubuhnya pada Dahyun, memeluk pinggang itu dari belakang. "Kau ingin apa? Aku akan menurutinya, asal kau memaafkanku"

Dahyun berdecak, ia menghempas kedua tangan Mark yang bertengger di pinggangnya. Dia masih begitu kesal.

"Bee..."

"Pergi saja dengan Mina unnie" akhirnya Dahyun bersuara.

"Aish..."

"Menjauhlah! Aku tidak ingin berdekatan dengan pria jahat sepertimu"

Dahyun menggerakkan tubuhnya kecil menjauh. Mark malah ikut mendekatkan tubuhnya, tak mendengar ucapan Dahyun itu.

"Kenapa kau semarah ini huh? Aku hanya memanggilmu bulat saja"

Dahyun langsung berbalik, memukul dada itu keras. "Kan!"

Mark meringis, matanya terpejam kecil-kecil. Sesuatu terlintas di otaknya. "Aah... apha"

Dahyun mengernyit melihat Mark terpejam kesakitan seraya memegang dada.

Melihat reaksi datar Dahyun, membuat Mark semakin gencar melakukan aktingnya. "Apha... jinjja apha..." tangannya sudah meremuk bajunya.

Dahyun mulai terlena. "Ji—jinjja? Di—dimana?"

Dalam hati Mark tersenyum, Dahyun mulai luluh. "Disini... ap—apha..." ujarnya terbata-bata masih memegang dadanya.

Wajah Dahyun seketika berubah. Ia kembali memukul dada Mark lebih keras. "Kau pikir aku bodoh hah?! Dasar pria jahat" ia kembali membalikkan tubuhnya, membelakangi Mark.

Mark berdecak, usahanya gagal, malahan ia semakin menambahkan kesakitan di dadanya.

"Lalu apa yang harus kulakukan, agar kau tidak marah padaku lagi huh?"

"Pulangkan aku"

Mark menghela nafas. "Yasudahlah. Aku akan menghubungi Jonghyun hyung agar menjemputmu"

Sebenarnya ia tidak rela pulang cepat, karena ia masih ingin merefresh otaknya yang akhir-akhir ini disibukkan dengan comeback mereka dan sekaligus ingin bersama Dahyun lebih lama, hanya sayangnya wanita itu malah marah besar dengannya.

Mark bergerak menuruni ranjang itu mengambil ponselnya di meja kecil samping king size itu. Dahyun berbalik seketika.

"Apa kau tak ikut?" tanyanya sedikit ragu.

"Tidak. Aku masih ingin disini saja" ujar Mark menoleh sebentar lalu kembali memainkan ponselnya.

Dahyun menggigit bibir bawahnya. Bukan itu yang ia inginkan. Ia ingin Mark harus ikut bersamanya.

Baru saja Mark mengangkat ponselnya mendekatkan ke telinganya, Dahyun langsung merebut paksa ponsel itu.

Mark mengernyit bingung. "Kenapa?"

Dahyun menggeleng, dan langsung cepat memutuskan panggilan itu yang sempat tersambung.

"Aku tak mau"

"Apa maksudmu? Bukankah kau ingin pulang?"

Mark memandang Dahyun bingung dan tak mengerti. Bukankah tadi Dahyun menginginkan pulang.

Dahyun memayunkan bibirnya. "Aku tidak mau, kau tidak ikut"

Mendengar hal itu, seketika ujung bibir Mark terangkat. "Wae? Kau masih ingin bersamaku, huh?" godanya seraya memainkan kedua alisnya.

Melihat tatapan itu membuat Dahyun mendengus. "Kenapa kau percaya diri sekali?"

Mark tertawa kecil dengan kebohongan Dahyun itu. "Lalu kenapa kau menahanku?"

"Tidak, aku tidak menahanmu"

Mark mengangguk beberapa kali. "Ooh baiklah. Kembalikan ponselku, aku ingin menghubungi Jonghyun hyung lagi"

Dahyun malah menyembunyikan ponsel Mark di balik tubuhnya seraya kepalanya menggeleng kecil.

"Ada apa denganmu? Bukankah kau ingin pulang?"

Dahyun kembali menggelengkan kepalanya. Mark semakin tidak mengerti apa yang diinginkan Dahyun sekarang. "Lalu apa?"

"Tapi kau ikut pulang" cicit Dahyun dengan wajah memelas.

"Ah tidak. Aku masih ingin disini dulu, kau bisa pulang duluan" tolak Mark.

Dahyun menggeram. "Aku tidak mau! Pulanglah bersama" suaranya mulai meninggi menandakan ia mulai kesal.

Mark mengangkat alisnya satu. "Apa itu pemaksaan?"

Wajah Dahyun berubah kembali menjadi memelas. "Pulanglah bersama" suaranya kembali memelan, menatap Mark memohon.

Mark mengangguk beberapa kali membuat Dahyun sumringah. "Tapi besok"

Dahyun mengangguk antusias. Tak masalah untuknya, yang terpenting ia dan Mark bisa pulang bersama.

"Tapi..."

"Apalagi?!"

Mark memutar bola matanya malas mendengar suara Dahyun kembali mengeras.

"Tepati janjimu!"

Dahyun menggeram. "Dasar byuntae!"

Mark bersedekap menatap Dahyun. Dahyun berdiri di king size itu, lalu merentangkan kedua tangannya.

"Lakukanlah byuntae!"

Smirk Mark langsung keluar dan tanpa butuh waktu lama, ia melakukan hal yang di inginkannya sedari tadi.

Dahyun memang kesal dengan Mark karena pikiran mesum pria itu, namun siapa yang tahu, ia juga menikmati semua sentuhan Mark yang diberikan padanya. Dan cintanya semakin membesar pada pria blonde itu.

***
"Cepat hubungi dia lagi hyung" ujar Jaebum pada Jonghyun.

Jonghyun mengangguk dan kembali sibuk pada ponselnya mencoba menghubungi Mark, yang tadinya sempat menghubunginya duluan. Tapi tiba-tiba Mark memutuskan ponselnya dan seketika saat ia ingin menghubungi Mark kembali, ponsel pria blonde itu kembali sibuk.

Jonghyun menggeleng seraya meringis karena ponsel Mark kembali sibuk. "Ponselnya sibuk lagi"

"Astaga! Apa yang mereka lakukan sekarang? Kenapa mereka santai saja" ujar Jinyoung berdecak.

"Hyung, kenapa tidak kau jemput saja mereka?" usul Bambam.

Jonghyun terdiam sebentar. "Tapi... aku takutnya saat aku sudah sampai disana, mereka sudah pulang duluan. Yang lelah siapa? Aku juga kan"

Jackson berdecak. "Kenapa hyung memikirkan hal itu? Hyung adalah manager kami seharusnya hyung memang harus lelah"

Jonghyung menggeleng. "Tidak. Aku hanyalah bertugas mengatur jadwal kalian, jadi yang lelah itu hanya kalian, tidak aku"

"Dasar sombong!" desis Youngjae.

Jonghyun hanya tertawa kecil, karena memang biasa untuknya menyombongkan dirinya di hadapan anak-anak GOT7, dan itu selalu di anggap candaan untuk yang lainnya.

***
Pagi telah kembali. Mark dan Dahyun bergegas membereskan barang-barang mereka, karena tepat jam 9 nanti mereka harus sudah berada di bandara. Jonghyun, manager GOT7 juga sudah menunggu di kamar sebelah mereka. Malam-malam pria itu sudah datang menjemput mereka dan menurut Mark menganggu aktivitasnya dengan Dahyun.

Dahyun berlari kesana kemari seperti mencari sesuatu. Wajahnya juga terlihat gelisah.

Mark mengernyit melihat Dahyun, ia sudah selesai mengemaskan barangnya, tinggal menunggu Dahyun.

"Apa yang sedang kau cari?"

Dahyun menghentikan larinya, ia menoleh pada Mark. "Obatku, apa kau melihatnya?" suaranya mulai serak.

Sontak Mark membulat, ia langsung ikut mencari obat Dahyun, membuka laci-laci lemari. Ini tak bisa di biarkan, obat Dahyun begitu penting untuk wanita itu. Dahyun kembali ikut bergerak mencari obatnya.

Mark menangkap butiran-butiran obat yang terletak di bawah king size itu, ia menunduk mengambil obat itu.

"Ini bukan?"

Dahyun mengangguk cepat, lalu berjalan mendekati Mark. Baru saja ia ingin mengambil obatnya, Mark langsung mengangkat obat itu tinggi-tinggi.

"Wae?" tanya Dahyun bingung.

Mark tampak menatap Dahyun serius. "Katakan sejujurnya, kau sakit apa?"

Dahyun terdiam sebentar. Merasa tidak yakin, mengungkapkan kebenarannya pada Mark.

"Bee... cobalah jujur denganku." Mark mulai menghaluskan suaranya.

Dahyun menggigit bibir bawahnya. Ia menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan. "Jika aku mengatakannya dengan jujur, apa kau akan tetap bersamaku?"

Mark tersenyum lembut, ia menurunkan obat itu. Kemudian lebih dekat pada Dahyun. "Tentu saja"

Dahyun menggeleng kecil. "Aku tidak yakin. Setelah aku mengatakan yang sebenarnya, aku merasa kau akan meninggalkanku dan menganggapku penyakitan"

Mark menggeleng keras. "Ani! Itu tidak akan terjadi! Percayalah padaku"

Dahyun kembali menghela nafas. Ia mendongak menatap Mark dalam. "Tubuhku lemah ini karena keturunan dari ibuku. Ini tak bisa sembuh, aku harus minum obat setiap seminggu sekali, jika tidak aku akan pingsan seperti biasanya..."

Mata Dahyun mulai berair. "...Hidupku selalu bergantung dengan obat..."

Mark terhenyak. Ia mendekat, memeluk Dahyun, mengusap punggung itu dengan lembut lalu mencium kening Dahyun sekilas.

"Gwenchana. Sekarang aku disini akan menemanimu sampai selamanya"

"Berjanjilah..."

"Pasti!"

Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Jonghyun terdiam dengan mata membesar melihat pemandangan yang ada dihadapannya.

Mark dan Dahyun spontan melepaskan pelukan mereka, mendengar pintu itu terbuka. Keduanya tampak salah tingkah.

"Kalian? Kenapa—?"

Mark berdecak. "Kenapa hyung main masuk saja!" kesal Mark pada Jonghyun.

Jonghyun memincingkan matanya memandang Dahyun dan Mark bergantian. "Ada apa dengan kalian? Apa kalian punya hubungan?" tanyanya mengimintidasi.

Mark dan Dahyun saling pandang. Dahyun menggeleng kecil, memberikan isyarat agar Mark menutup mulut saja.

"Tidak"

Jonghyun merasa kurang puas dengan jawaban Mark itu. Ia mendekat. "Kau bohong! Jelas-jelas aku melihat kalian berpelukan"

Mark memutar bola matanya malas. "Apa salah sunbae memeluk hoobae?"

Dahyun mengangguk membenarkan ucapan Mark itu.

Jonghyun meringis. "Tidak sih, hanya aku merasa—"

"Jika hyung terus bertanya, kita bisa terlambat" decak Mark berlalu mengambil kopernya dan milik Dahyun.

Jonghyun beralih menatap Dahyun seperti meminta jawaban yang lebih jelas. Dahyun hanya bisa diam menunduk tak bersuara.

***
Pesawat sudah terbang jauh. Mark bersyukur kebetulan Dahyun duduk di sebelahnya. Itu artinya ia masih punya waktu untuk bermesraan dengan wanita itu sebelum adanya kehadiran member lain yang menghambatnya untuk berdekatan dengan Dahyun saja. Dan Jonghyun duduk paling depan, jauh dari tempat mereka duduk.

Keduanya juga sengaja memakai jaket lalu menutupi wajah mereka dengan tudung jaket itu agar manusia-manusia yang mengenal mereka tak mengetahui keberadaan mereka.

Mark melirik Dahyun yang sudah mulai tertidur pulas di pundaknya. Walau wajah putih Dahyun tak kelihatan karena tudung jaket pink itu, ujung bibirnya masih bisa tertarik merasa nyaman. Lalu matanya turun melirik kedua tangan mereka saling menggenggam menghasilkan kehangatn dalam dirinya sendiri.

Sekarang ia telah berjanji dalam hatinya bahwa ia tak akan melepaskan Dahyun sedikitpun. Ia akan menjaga Dahyun dan selalu di sisi wanita itu pun sampai selamanya. Sedikit terkejut mengetahui Dahyun mempunyai tubuh yang lemah, tapi itu tidak membuatnya menjauhi wanita itu.

Beberapa menit kemudian Dahyun mulai mengerjapkan matanya. Kepalanya pelahan bergerak menegak begitupun tubuhnya. Mulutnya terbuka, menguap lebar merasa puas telah tertidur selama berjam-jam. Baru saja, ia ingin menggarut kepalanya yang terasa gatal, sebuah tangan kekar menggenggamnya. Ia beralih menengok Mark yang ternyata juga sedang menatapnya seraya tersenyum sendiri.

Keningnya berkerut. "Ada apa denganmu? Kenapa tersenyum sendiri?"

Mark tetap menarik kedua ujung bibirnya. "Memangnya kenapa? Apa aku salah tersenyum sendiri"

Dahyun bergidik ngeri. "Itu mengerikan"

Mark terkekeh tanpa bersuara. Dahyun berniat melepaskan tangannya, tapi Mark tak mengijinkan hal itu.

"Lepaskan, tanganku mulai kepanasan" dengus Dahyun.

Mark menggeleng. "Tidak mau"

Dahyun mendengus. Sifat Mark yang mengesalkan untuknya kembali kambuh seperti biasa, dan itu selalu berhasil membuatnya kesal dan marah pada pria blonde itu, tapi untungnya hanya sebentar.

Melihat wajah Dahyun berubah kesal, Mark akhirnya melepaskan genggamanya. Tapi ia kembali beralih merangkul pundak Dahyun.

Kali ini Dahyun membiarkan hal itu. Ia kembali menyandarkan kepalanya di pundak Mark.

Mark sesekali mengelus kepala Dahyun yang di lapisi tudung jaket pink itu.

Dahyun tiba-tiba teringat sesuatu. Ia mendongak menatap dagu Mark yang sangat dekat dengannya.

"Apa kita harus merahasiakan ini semua?" tanya Dahyun pelan tapi masih dapat Mark dengarkan.

"Jika itu keinginanmu, aku akan melakukannya" jawab Mark yakin beralih mengelus lengan Dahyun.

"Aku takut, mereka akan kecewa dengan kita..."

"Tapi mereka akan mengerti suatu saat nanti"

Dahyun menghela nafas. "Kita harus merahasiakan ini dulu"

Mark mengangguk pelan lalu mengecup puncak kepala Dahyun. "Baiklah. Aku akan ikuti keinginanmu"

Dahyun tersenyum kecil. Hatinya menghangat dengan sikap lembut Mark ini. Kecupan hangat di keningnya pun masih begitu terasa. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada Mark, dan mulai kembali memejamkan matanya.

Tanpa sepengetahuan keduanya, Jonghyun berdiri mengintip di balik kursi yang ada di depan mereka berdua. Ia memincing melihat kedekatan keduanya. Kecurigaannya semakin membesar. Ia sekarang merasa yakin, keduanya pasti memiliki hubungan.

***
Tak terasa pesawat sudah siap melandas di siang hari. Segera Mark dan Dahyun memakai kacamata hitam mereka sebagai penyamaran. Jonghyun berjalan cepat memimpin jalan keduanya. Tampak jelas di wajah Jonghyun kecemasan. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan orang-orang yang ada di bandara itu tak mengarah pada mereka dengan kecurigaan.

Dan bersyukurnya mereka berhasil masuk ke dalam mobil yang Jonghyun telah pesankan.

***
Tzuyu melompat senang melihat Dahyun telah berdiri dihadapannya. Dan langsung saja ia memeluk Dahyun erat.

"Unnie... bogo sipho" serunya.

Dahyun membalas pelukan itu. Ia tersenyum. "Aku juga..."

Member lain juga ikut senang melihat kepulangan Dahyun.

"Dahyun-ah..."

Dahyun melepaskan pelukan Tzuyu itu. Ia beralih pada Mina seraya mengernyit.

"Kenapa kau bisa tertinggal? Apa kau sengaja? Dan kenapa bisa kau dan Mark sunbae bertahan selama beberapa hari?" tanya Mina seperti mengintimidasi.

Dahyun tergagap. Ia berdehem dan siap menjawab dengan kebohongannya. "Aku lupa membawa passport ku unnie. Kalau soal Mark sunbae aku tak tahu. Aku saja baru tahu besoknya dia tertinggal juga"

Mina memincing. "Benarkah? Lalu apa alasanmu mematikan ponselmu hah? Mark sunbae juga. Kalian berdua sama-sama mematikan ponsel dan tidak bisa di hubungi sama sekali. Apa kalian melakukan sesuatu?"

Jeongyeon mendengus. "Ya! Kenapa pertanyaanmu banyak sekali. Jangan berpikir seperti itu. Dahyun juga baru sampai, biarkan saja dia dulu beristirahat"

Mina mendengus. "Tapi aku penasaran unnie"

Jeongyeon berdecak. "Lebih baik kita semua mandi bersiap karena member GOT7 sebentar lagi akan datang"

Dahyun membulat. "Untuk apa?" tanyanya cepat.

"Merayakan kepulangan kalian!" seru Jihyo.

Dahyun tersenyum sendiri. Member GOT7 akan datang. Pasti Mark juga akan hadir. Bagaimana nanti penampilannya, apa dia harus memakai pakaian terbuka atau...?

***
Chaeyoung beranjak dari duduknya setelah mendengar pintu dorm mereka di ketuk. Tapi tiba-tiba Dahyun yang juga mendengar ketukan pintu itu berlari cepat mendahului Chaeyoung. Bahkan dia masih memakai celemeknya dan meninggalkan dapurnya yang sedari tadi ia berkutat dengan alat masak.

Chaeyoung mengernyit melihat Dahyun yang begitu semangat membuka pintu itu. Bahkan unnienya itu masih sempat-sempatnya membersihkan celemeknya.

Kreekk...

"Woah... Dahyun-ah!" seru Bambam seraya merentangkan kedua tangannya seakan ingin memeluk Dahyun.

Dahyun langsung memundurkan langkahnya menjauh dari Bambam.

"Dahyun-ah kenapa menjauhiku?" ujar Bambam dengan lesu.

Dahyun menggeleng bergidik.

"Bisakah kami masuk?" ujar Jinyoung.

Dahyun mengangguk beberapa kali seraya tersenyum hangat. "Silahkan"

Member GOT7 satu persatu memasuki dorm Twice itu. Dahyun sudah menanti-nanti seseorang yang sedari tadi ia tunggu.

Tapi saat semua member sudah masuk, sama sekali tak terlihat batang hidung seseorang itu. Tubuhnya langsung melemas lesu dan siap berbalik.

Namun, sebuah tangan menariknya keluar dari dorm itu.

"Kau mencariku mmhh...?"

Dahyun tersenyum malu dengan kepala menunduk. Pipinya sudah memanas.

"Tidak"

Mark mengangguk beberapa kali. "Ooh.. begitu ya"

Mark siap berjalan ingin masuk kembali ke dalam dorm Twice, tapi Dahyun menarik tangan Mark membuat pria blonde itu mengangkat alisnya satu.

"Iya, aku mencarimu" akuinya.

Mark tersenyum puas. Dengan cepat ia mengecup pipi Dahyun. "Kajja. Kita masuk" sebentar ia menyempatkan mengelus kepala Dahyun lalu masuk duluan.

Dahyun masih sempat tersipu malu. Lalu ia bergerak ikut masuk ke dalam dorm itu.

Tapi tiba-tiba langkah Mark terhenti membuatnya ikut terhenti. Penasaran, ia menoleh pada sesuatu yang berhasil membuat Mark berhenti seketika.

Matanya membesar melihat Mina sudah berdiri depan mereka dengan wajah marah.

Apalagi ini?

***
TBC...

Incident Little Girl Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang