Coba tengok di balik jendelamu
Geser tirai dan tengadahkan kepalamu
Aku sudah beku menunggu
Sementara aku lihat engkau lengah berlalu.Sayup-sayup, tapi aku dengar gelak tawamu
Dalam semilir angin,
Curah hujan yang menghantam kotak-kotak kaca jendelamu,
Dalam suara pancuran air pada piri atap yang membasahiku.Aku berbisik lewat qalbuku:
harapanku engkau menoleh ke-arahku,
Kemudian engkau tersentak seraya berlari keluar menghampiriku;
Dengan handuk tebalmu dan engkau persilakan aku jadi tamu;
Duduk berdua sebangku
Aku sesekali seruput secangkir susu panas buatanmu.Tapi pada yang nyata, aku malu
Sebab aku sudah membeku biru
Tanpa sempat aku sampaikan rindu
Memberi setangkai mawar hitam yang wangi
Saat engkau tanam di makamku.
YOU ARE READING
seumpama senja
PoetryAku tak akan mati, hingga seribu tahun lagi. Aku hidup dalam syair yang kusimpankan untukmu. Bacalah, maka aku hidup.