Dua orang gadis berjalan dengan bergandengan tangan, mereka adalah Kim Mi Rae dan Song Ga Ryung yang kini tengah menuju kediaman keluarga Kim.Ga Ryung mengenali tempat ini, ia ingat pernah diajak oleh ayahnya berkunjung kemari saat hari pertama pemilihan Puteri pendamping. Kini, gadis cantik disampingnya lah yang menyandang gelar itu.
Ga Ryung bukannya tidak berharap dengan gelar itu, ia justru menginginkannya. Sayangnya semuanya kini tinggal khayalan. Ia tidak memiliki kesempatan lagi, apapun itu.
"Eonni. Suatu hari nanti, bisakah kau mengajakku ke Istana?" pinta Ga Ryung kecil sambil menatap Mi Rae dengan kedua bola matanya yang bersinar.
Mi Rae tersenyum sambil mengangguk pelan.
"Eonni, kuharap kau dan seja jeoha hidup dalam kebahagiaan."
Mi Rae tersenyum semakin dalam, ia lalu menghentikan langkahnya, lalu duduk agar kepalanya sejajar dengan gadis kecil yang kini berdiri di hadapannya.
"Mulai hari ini kau akan tinggal disini, Ga Ryung-ah." ucapnya, ia lalu memberi jeda, "Lupakan semua kenangan buruk dan mulai lah semuanya dari awal lagi, mengerti?"
Ga Ryung hanya menatapnya kosong.
Melupakan semuanya?
Termasuk melupakan Ayah dan Ibunya yang sudah meninggal? Melupakan kakaknya yang kini hilang entah kemana? Ah! Dan jangan lupakan tentang hukuman yang harus diterima ayahnya hari ini.
"Eonni, aku mau ke gerbang istana." pintanya lirih dengan air mata tergenang di pelupuk matanya. "Aku harus bertemu dengannya untuk yang terakhir kalinya. Kumohon."
"Ga Ryung-ah..."
"Setelah ini aku akan menghadapi semuanya sendirian. Kumohon eonni izinkan aku melihat Ayahku untuk yang terakhir kalinya. Izinkan aku."
Mi Rae tampak menimang-nimang, lalu tatapannya bertemu dengan tatapan memohon Ga Ryung, membuatnya luluh. "Baiklah, tapi aku tidak bisa menemanimu, Ga Ryung-ah."
"Ne, gwaenchana eonni."
♔Moondust♔
Ga Ryung menatap sedih darah segar yang mengalir menuju dirinya. Itu darah ayahku.
Gadis itu tak mampu lagi menahan semuanya. Jadi gadis kecil itu berlari tanpa arah sambil berteriak mengeluarkan rasa kesalnya terhadap dunia dan langit yang bertindak terlalu kejam pada dirinya yang masih kecil ini.
Hari semakin gelap, langkah kecil gadis itu pun sudah berhenti. Sekarang, gadis itu menatap ke arah langit, memandang bulan yang kini bersinar lembut. Namun tiba-tiba pandangan Ga Ryung mengabur dan sebelum pandangannya berubah jadi gelap total, gadis kecil itu berbicara dalam hati.
Aku sudah kehilangan semuanya. Pada langit malam yang menjadi saksi bisu kesedihanku, aku berharap dan sangat berharap menjadi sinar bulan yang menemani kesedihan siapapun dimasa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Discontinued] Moon Dust
Historical FictionSiapakah Bulan yang benar-benar diinginkan oleh sang Mentari? Siapakah Bulan yang diharapkan para kaum bawah? Siapakah Bulan yang benar-benar mencintai Matahari? -*- Rank #30 Historical Fiction: 21 Agustus 2017