Min Kyung Hee malam ini tidak bisa tidur nyenyak, beberapa malam terakhir, ia selalu memimpikan gadis kecil yang menemaninya ketika Festival beberpa tahun yang lalu. Ia juga memimpikan shaman choi yang waktu itu mendatangi rumahnya. Ia yakin ada sesuatu yang tidak beres, atau mungkin ini adalah pertanda. Entahlah, Min Kyung Hee juga tidak tahu.
Dengan hembusan angin malam yang menerpa wajahnya, Ratu Min menikmati segarnya bernafas di malam hari dengan bunga-bunga yang bermekaran di Taman kediamannya.
"Selamat malam, Jungjeon mama." ujar Shaman Choi sambil memberi hormat pada sang Ratu.
Kyung Hee hanya tersenyum tipis, "Apa yang membawamu kesini, Shaman Choi?"
Shaman Choi menatap langit malam dengan pulan purnama dan bintang-bintang yang bersinar indah. "Langit menuntunku kesini."
"Apa langit ingin menyampaikan sesuatu kepadaku melalui anda?" tanya Kyung Hee penasaran. Pertemuan pertamanya dengan Shaman Choi merupakan pertemuan paling ia ingat. Saat itu, Shaman Choi mengatakan Posisi yang seharusnya sejak dulu sduah ada di genggamannya sebentar lagi akan kembali. Ia yakin seratus persen kalau yang Shaman Choi maksud adalah posisi Ratu yang kini didudukinya.
Shaman Choi tersenyum tipis, ia dapat membaca isi hati sang Ratu, wanita istana itu pasti sangat berharap dapat mendengar kabar gembira seperti yang dahulu pernah ia sampaikan. Sayangnya, yang ia lihat kali ini bukanlah kabar gembira untuk sang Ratu.
Tentu saja ia tak akan menyampaikan hal tersebut.
"Apa kabar, Jungjeon mama?" sapa Shaman Choi sembari menundukkan kepala pada sosok Bulan baru di istana.
"Tidak baik." ujar Ratu Min terlalu jujur, entah mengapa ia merasa dekat dengan Shaman Choi, membuatnya merasa nyaman untuk bercerita dengan wanita itu, perasaan yang muncul ketika pertemuan mereka dahulu. "Ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku."
Shaman Choi tak bertanya, ia hanya menatap langit malam ini yang begitu indah.
"Bagaimana keseharian anda, mama?"
"Menyenangkan, aku bisa mengerjakan tugasku sebagai seorang Ratu dan membantu Raja dengan berada disisinya." jawab Ratu Min berseri-seri. "Bisa berada disisi orang yang kau cintai dan membantunya serta terus-menerus memberinya semangat adalah kebahagian tersendiri."
Shaman Choi tersenyum mendengar tuturan barusan, bagaimana pun ia ikut berbahagia atas Ratu Min apapun yang terjadi. Seorang wanita yang sedang jatuh cinta memang selalu bisa membawa perasaan bahagia untuk sekitarnya.
Beberapa menit terdiam diri, Shaman Choi lantas teringat akan sesuatu. "Maaf sebelumnya, mama. Hamba dengar ada keributan di kediaman para dayang malam ini. Mungkin anda bisa membantu mengatasinya."
Ratu Min tampak terkejut, "Benarkah?"
"Ye, mama."
"Aigo. Terima kasih Shaman Choi atas informasinya, aku pergi dulu." Ratu Min segera berderap pergi dari sana yang langsung diikuti okeh para dayang-dayangnya.
Semuanya dimulai hari ini, mama. Apapun yang akan terjadi nantinya, semuanya ada ditangan anda selaku sosok yang mencintai dengan sepenuh hati.
♚Moondust♚
"Apa yang kalian lakukan disana?!"
Para dayang yang kini tengah membawa paksa Bo Ryung yang tampak kacau. "Aku tanya, apa yang kalian lakukan disana?!" suara Ratu Min naik satu oktaf. Semua dayang yang ada disana langsung bersujud memohon ampun.
Ratu Min lantas berderap mendekati lokasi kejadian. Ditatapnya Bo Ryung yang tengah menangis sesegukan, tampak menyedihkan dengan chima yang sudah robek, menampakkan betisnya yang terluka karena sabitan.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Discontinued] Moon Dust
Historical FictionSiapakah Bulan yang benar-benar diinginkan oleh sang Mentari? Siapakah Bulan yang diharapkan para kaum bawah? Siapakah Bulan yang benar-benar mencintai Matahari? -*- Rank #30 Historical Fiction: 21 Agustus 2017