Menghilangnya Tommy

2 0 0
                                    

Dan keesokan hari adalah hari penentuan, apakah Eka dan Angel mau memaafkanku atau tidak. Karena aku tidak mau lagi masalah ini jadi beban di tengah-tengah ujian yang sebentar lagi dimulai.

Dan sebelum aku minta maaf esok harinya, Lusi berjanji malam sebelumnya untuk menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi kepada Eka dan Angel khususnya pada Eka yang mudah tersulut emosi, dan berjanji tidak akan ada rahasia lagi diantara kita.

Dan ternyata keraguanku tidak terbukti. Bahkan setelah aku minta maaf Angel memelukku dan Eka tersenyum manis. Tapi mereka langsung menodongku dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai Tommy dan kak Ricky.

" Jadi lu belum ketemu lagi sama Tommy, semenjak dia kasih bekal makan siang?" Angel penasaran.

" Kayak gimana sih orangnya, siapa tahu aja gue pernah liat. Dari apa yang lu ceritain ke Lusi kayaknya itu cowok cool banget ya." aku tak menyangka Eka langsung menawarkan bantuan. Dan langsung saja aku perlihatkan kepada mereka foto Tommy, karena memang aku menyimpannya diselipan buku bahasa Inggrisku.

" Lumayan ganteng Ros." Lusi mengamati.

" Bukan lumayan lagi itu mah, ganteng banget menurut gue malah." Angel menambahkan.

" Pantesan lu nggak mau kasih tahu, mau bikin surprise kan lu." Eka tidak mau kalah berpendapat.

" Ya enggak juga, kan gue juga nggak tahu status kita tuh kayak gimana. Dibilang pacaran tapi dia belum nembak gue, dibilang enggak tapi kita udah kayak pacaran." jawabku pasrah dengan pertanyaan mereka.

" Kalau dari cerita lu sih, cowok ini kayak sok misterius gitu. Atau kayaknya ada sesuatu yang ditutupin dari dia. Buktinya dia nggak hubungin lu lagi, atau jangan-jangan pas lu bilang suka, dia cuma mempermainkan lu doang." Eka menambahkan.

" Kalau kata gue sih enggak. Kelihatannya cowok ini mungkin lagi ada masalah juga, makanya dia menghindar sementara. Dia nggak mau lu jadi ikut terbebani nantinya. Soalnya dari cerita lu mengenai dia yang berpengetahuan luas, dia nggak mungkin bohong. Soalnya dia benar-benar pinter dan dia nunjukkin itu ke lu, supaya lu jatuh cinta juga sama dia." Angel tak mau kalah berpendapat.

" Bisa aja itu cuma akal-akalan dia buat mempermainkan perasaan lu. Dia bersikap sok impressive biar lu suka sama dia tapi ujung-ujungnya dia mempermainkan lu. Sekarang terbuktikan dia nggak muncul-muncul. Kalau dia punya masalah dan nggak mau lu tahu, ngapain mesti menghindar, kan dia bisa berpura-pura nggak ada masalah. Apalagi dia orangnya pinter, pastilah dia bisa menyembunyikan perasaannya."

" Kok jadi banyak spekulasi sih." Lusi yang dari tadi hanya mengamati jadi bingung sendiri, jangankan dia aku saja yang punya masalah juga bingung.

" Gini aja deh, habis pulang sekolah nanti, mending kita cari dia, gimana. Kita cari ke tempat yang pernah lu berdua kunjungi. Sekalian ke rumahnya lagi aja, siapa tahu hari ini dia ada di rumah. Lagian sih lu nggak pernah minta nomor hp-nya atau minimal tahu sekolah homeschoolingnya apa. Jadi kita bisa telpon tempat dia homeschooling, terus tanya deh." menurutku Angel memberikan solusi yang bagus.

" Ya gue kan pas ketemuan sama dia bawaannya kagum dan terkesan terus, jadi sumpah nggak kepikiran sama sekali, mungkin kalau gue nggak pernah diajak kerumahnya, gue juga nggak akan pernah tahu rumahnya kali." itu yang aku sesalkan selama ini.

***

Dan pada akhirnya sepulang sekolah mereka membantuku mencari Tommy. Aku ke taman dimana kita pernah olahraga bareng, Angel ke kota tua naik motor biar cepat sampai. Lusi ke rumah Tommy dan Eka ke tempat warung makan favorit yang sering Tommy kunjungi. Dan kita sepakat kalau ada tanda-tanda keberadaan Tommy akan menghubungi lewat whatsapp.

Setelah kita tiba ke tempat yang dituju masing-masing hingga hampir satu jam, mereka semua whatsapp dan hasilnya sama yaitu keberadaan Tommy nihil. Sampai menjelang dua jam penantian, akhirnya ada whatsapp dari Lusi.

" Ros cepet ke rumahnya Tommy, gue tunggu!" disertai kata 'asap' yang banyak. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju rumah Tommy, walaupun hari sudah menjelang mahgrib. Dan yang pertama sampai tentu saja aku, karena tidak begitu jauh jaraknya dari taman.

" Kenapa Lus, dia ada di rumah?" tanyaku buru-buru.

" Bukan Ros, tadi gue liat ada cewek keluar naik mobil langsung aja gue tanya. Nah pas gue sebut nama Tommy dia nggak kenal. Dan dia bilang kalau dia itu baru aja pindah ke rumah ini. Baru seminggu. Dan dia bilang pemilik sebelumnya bapak-bapak. Dan emang punya anak cowok sekitar SMA gitu. Namanya pak Andi. Terus pas gue tanya apa dia punya alamat pak Andi pemilik rumah ini sebelumnya, dia malah kasih gue nomor ini." Lusi berbicara sangat cepat tapi aku menangkap maksudnya dan seketika ia menunjukkan nomor telepon pemilik rumah yang sebelumnya.

" Pindah? Kenapa dia nggak bilang sama gue, minimal sekedar ucapan perpisahan gitu." dan sambil berpikir aku menatap nomor telepon yang diberikan Lusi.

" Coba aja lu telpon nomor ini, kali aja memang ini nomor bokapnya Tommy?" Lusi tidak sabar ingin tahu. Aku juga ingin tahu tetapi aku harus bicara apa dengan ayahnya Tommy kalau memang ini nomor ayahnya.

Tapi dengan segala keingintahuanku aku mencoba untuk menelpon nomor ini. Setelah tersambung aku berusaha agar terdengar tidak gugup.

" Halo? Ini dengan pak Andi?" dia langsung membenarkan.

" Ini dengan siapa ya? Dan ada urusan apa?" dari suaranya kelihatan dia lelah sekali. Aku sempat berpikir apakah sopan menelpon pada jam segini.

" Apa bapak benar ayahnya Tommy?" aku langsung to the point.

" Iya benar. Ada apa dengan anak saya. Tapi kebetulan dia sedang keluar. Kenapa tidak telepon ke nomor hp-nya saja?" nadanya seperti agak bingung.

" Hp-nya tidak bisa dihubungi om, dan kebetulan dia pernah bilang untuk menghubungi nomor ini kalau ada apa-apa." akhirnya aku berbohong lagi.

" Oh, begitu. Tapi kebetulan dia sedang tidak ada di rumah. "

" Memangnya Tommy sekarang rumahnya pindah ya om? Boleh tahu nggak om pindah kemana?" akhirnya dia mengiyakan dan memberi alamat yang baru. Ternyata tak jauh juga dari sini. Tanpa pikir panjang aku langsung segera menuju alamat itu. Lusi sempat menahanku untuk menunggu Angel dan Eka, tetapi aku mengabaikannya karena ingin secepatnya meminta penjelasan kepada Tommy.

Penjelasan mengenai kenyataan menghilangnya dia selama ini serta perasaannya padaku.

men�l�4@�n

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang